Sukses

Cerita Akhir Pekan: Produk Lokal di Mata Milenial dan Generasi Z

Mengapa milenial dan generasi Z lebih dekat dalam konsumsi produk lokal?

Liputan6.com, Jakarta - Produk lokal tak lagi bisa dipandang sebelah mata. Kian tahun, merek dalam negeri makin menjamur dalam kategori lebih luas. Sebagai social media native, milenial dan generasi Z telah sangat familiar dengan kelompok produk satu ini.

"Dominasi produk lokal saya kira muncul karena fenomena-fenomena, seperti keterbukaan informasi dan kemudahan akses terhadap informasi tersebut. Dengan keberlimpahan informasi, kreativitas jadi terbangun dan membentuk semangat yang bersifat produktif," jelas pemerhati sosial, Yusar, lewat pesan pada Liputan6.com, Jumat, 14 Agustus 2020.

Menurut founder local brand Jumma Kids, Winny Caprina, dominasi milenial dan generasi Z terhadap produk lokal erat dengan banyaknya variasi. Jadi, mereka bisa dengan sangat bebas memilih sesuai gaya dan karakter masing-masing.

"Di sisi lain, generasi ini pun mudah digiring. Jadi, tergantung lingkungan sosial, ada pengaruh role model yang mereka lihat di social media. Banyak influencer atau artis yang juga menggemborkan pakai produk lokal. Saat memakai produk lokal pun ada kebanggaan tersendiri," ucapnya lewat pesan, Sabtu, 15 Agustus 2020.

Sementara di mata seorang konsumen produk lokal, M Paschalia Judith J, membeli produk lokal sama dengan menyambung rantai kebermanfaatan di dalam negeri. Judith sendiri bukanlah orang yang asing dengan produk dalam negeri karena eksplorasinya sudah dimulai setidaknya 10 tahun lalu.

"Aku sudah membuktikan sendiri produk lokal tidak kalah keren secara kualitas karena ada beberapa barang yang sampai sekarang masih awet. Desainnya pun aku cocok. Lebih dari itu, ada dampak ekonomi di dalam negeri. Rantai keberkahan berputar di Indonesia," ucapnya lewat pesan, Sabtu, 15 Agustus 2020.

Konsumen lain yang juga membeli produk lokal, Putri Tiara Damayanti, menyambung bahwa membeli produk lokal, walau tidak banyak, diharapkan bisa membantu, terlebih di masa pandemi seperti sekarang.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Strategi Menggaet Milenial dan Generasi Z

Sebagai pelaku bisnis lokal, Winny mengatakan, di samping endorse, di mana memerlukan alokasi dana lebih besar, pihaknya punya strategi lain dalam menggaet milenial dan generasi Z. "Mengemas materi marketing yang akan dinaikkan," tuturnya.

Mulai dari foto, sampai penyampaian yang harus sesuai gaya hidup sekarang, terutama dalam pemilihan bahasa. Komunikasi macam ini akan membuat generasi tersebut merasa sefrekuensi dengan brand

Berbagi value yang sama pun dikatakan Cissylia Stefani-van Leeuwen selaku Brand Director BASE sebagai faktor lain. "Biasanya berat ke isu-isu tertentu, misal apakah ramah lingkungan. Pun tentang pemanfaatan bahan, apakah plant-based, vegan friendly. Mereka sangat optimis bahwa the world will be the better place," ucapnya dalam one on one interview, beberapa waktu lalu.

"Mereka sudah terliterasi dengan baik dan melek benar dengan beauty trend di luar sana. Globalisasi tren tersebut kemudian menyebabkan adanya perubahan dari sisi espektasi," Chief Executive Officer (CEO) BASE, Yaumi Fauziah Sugiharta menjelaskan.

Menurut Yusar, dominasi produk perlu didukung segenap elemen masyarakat supaya langgeng. Pelaku bisnis lokal diharapkan selalu mengantisipasi dan adaptif terhadap permintaan-permintaan masyarakat yang sifatnya dinamis. "Perlu meningkatkan kemampuan menangkap tren yang terjadi dalam struktur masyarakat luas," ucapnya.

3 dari 4 halaman

Kategori Favorit

Sebelum pandemi, kategori fesyen jadi incaran Judith dalam belanja produk lokal. Setelah krisis kesehatan global, ia mulai menaruh atensi lebih intens pada makanan dan minuman. "Bahkan, aku sudah sampai di tahap melihat bahan bakunya ini lokal atau bukan," katanya.

Sebisa mungkin, Judith mempertimbangkan membeli produk yang dari hulu ke hilirnya memberdayakan sumber daya dalam negeri. "Pun tidak, misal ada beberapa produk jualan teman, setidaknya ada dampak ekonomi yang dirasakan langsung," ucapnya.

Sementara, Tiara konsisten di kategori beauty. "Sekarang lagi suka juga beli kerajinan dan barang-barang dekor karena selama pandemi jarang keluar rumah," katanya lewat pesan, Kamis, 13 Agustus 2020.

Soal menjadikan pembelian produk lokal sebagai kebiasaan, Judith mengatakan, pertama, harus terbuka dulu. "Selalu tanamkan di mindset, keuntungan pembelian ini akan dinikmati di dalam negeri," ujarnya.

"Pelan-pelan saja. Jangan langsung dibeli semua minggu ini. Coba berinteraksi dengan penjual buat dapat cerita-cerita seru di balik produk karena brand lokal biasanya suka menjaga relasi dengan customer. Jadi kayak teman saja, sambil cerita dan ngobrol," tuturnya.

Lalu, sebagai upaya kelanggengan pembelian, biasakan mulai beli barang lokal yang dimanfaatkan setiap hari. Tiara mengatakan, pembiasaan ini pun bisa dilakukan dengan mengikuti akun media sosial para produsen produk lokal untuk tetap update informasi terbaru. 

4 dari 4 halaman

Memperpanjang Usia Konsumsi Produk Lokal

Yusar mengatakan, keberlanjutan produksi dan konsumsi produk lokal lekat dengan loyalitas konsumen. "Loyalitas konsumen dapat terbentuk jika terjadi kepercayaan dan kepuasan terhadap produk-produk yang mereka konsumsi," paparnya.

Selaras dengan anggapan tersebut, Winny menganggap, pelaku bisnis dalam negeri bertanggung jawab membuat produk berkualitas baik. Dengan begitu, lama-kelamaan konsumen bisa membuktikan kualitas itu sendiri.

"Yang harus diingat, generasi baru lahir setiap hari, jadi harus terus mengedukasi. Juga, mempertahankan jati diri sebagai brand lokal. Dengan ditutupnya perbatasan di masa pandemi, sebenarnya ini jadi peluang kita menggaet pasar lokal," katanya.

Sementara, Judith mendorong brand lokal untuk terus semangat menjaga relasi dengan konsumen. "Semisal ada cerita di balik produknya, please diceritakan saja. Itu nilai tambah. Kampanye terus. Kalau bisa bahan bakunya lokal dan menggaet pihak sekitar tempat produksi untuk memberi kebermanfaatan," tuturnya.

Di samping, terut bergabung dengan komunitas serupa. "Selain dapat update ilmu, jaringan pun luas dan bisa kolaborasi. Collab ini yang biasanya bakal memberi kejutan buat konsumen," imbuhnya.

"Semangat terus buat brand lokal, pasti banyak yang dukung karena keren banget dampak ekonominya," tandas Judith.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.