Sukses

Menyeruput Varian Baru Kopi Susu dari Kisaku yang Diklaim Ramah Lingkungan

Dengan tambahan menu baru, Kisaku kini memiliki dua varian kopi susu alternatif.

Liputan6.com, Jakarta - Bila bosan menyeruput kopi susu yang itu-itu saja, Anda bisa mencicipi varian baru kopi racikan Kisaku. Brand lokal yang hadir sejak September 2019 kali ini menawarkan kopi susu yang diklaim aman bagi pengidap intoleransi laktosa.

Apa rahasianya? Alih-alih susu sapi, Kisaku menggunakan susu almond untuk menghasilkan Almond Mylk Latte. Pahitnya kopi bisa diimbangi oleh cita rasa gurih agak manis-nya almond.

Bagi saya, racikan tersebut pas untuk lidah orang-orang yang bukan coffee-addict. Ditambah sepotong cracker manis, segelas kecil kopi susu almond bisa mengisi kebutuhan energi di pagi atau bahkan sore hari.

Catherine Halim, co-founder dan Managing Partner Kisaku, menyebut kehadiran Almond Mylk Latte melengkapi varian kopi susu alternatif yang lebih dulu ada, Oat Mylk Latte, yang cita rasanya dominan pahit. Ia menilai minat masyarakat atas susu alternatif semakin meningkat.

"Selain cocok dikonsumsi oleh mereka yang memiliki intoleransi laktosa, susu gandum dan almond sesuai bagi penganut paham vegan, serta lebih ramah lingkungan," kata Catherine, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Selasa, 5 Agustus 2020.

Berdasarkan data National Institute of Health, sebuah badan kesehatan di Amerika, 70 persen masyarakat keturunan Asia mengalami intoleransi laktosa. Angka ini berbeda jauh dengan masyarakat Eropa Utara yang terbiasa mengonsumsi produk susu sapi murni, sehingga tingkat intoleransi laktosa hanya berada di kisaran 5 persen.

Sementara, klaim lebih ramah lingkungan didasarkan pada penelitian yang dilakukan University of Oxford, Inggris. Hasil riset menyebut segelas susu sapi menghasilkan emisi gas rumah kaca hampir tiga kali lebih banyak dari susu alternatif.

Produksi satu gelas susu sapi per hari selama setahun juga membutuhkan lahan seluas 650 meter persegi, yakni sepuluh kali lebih banyak daripada luas lahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan segelas susu gandum. Bahkan, luasan lahan yang dibutuhkan untuk produksi susu almond lebih sedikit lagi.

"Selain itu, asupan air yang dibutuhkan untuk memproduksi segelas susu gandum dan susu almond, juga jauh lebih sedikit dari kebutuhan produksi segelas susu sapi," sambung Catherine.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kemasan Botolan

Catherine menegaskan bahwa penyediaan varian baru tersebut merupakan bagian dari langkah menjadikan Kisaku sebagai tempat bersosialisasi yang lebih ramah lingkungan. Apalagi, peminat kopi susu alternatif terbilang menjanjikan.

"Kami pun berkomitmen menggunakan susu alternatif dari merek terbaik, salah satunya adalah Oatly, merek susu gandum berkualitas tinggi yang disebut New York Times sebagai alternatif terbaik dari susu sapi," tambah Catherine.

Saat ini, mayoritas minuman kopi Kisaku bisa dipadukan dengan susu gandum atau susu almond. Dengan membayar biaya Rp18.000, konsumen bisa memesan Iced/Hot Latte, Iced/Hot Kampoeng Latte, Iced/Hot Mocha, Iced/Hot Chocolate, dan Iced/Hot Green Tea Latte, dengan komponen susu sapi diganti dengan susu almond/oat.

Kisaku juga menyediakan kopi botolan berukuran 1 liter, yang mencakup minuman kopi berbahan baku susu alternatif seperti Almond Mylk Latte (Rp149.000/1 liter) dan Oat Mylk Latte (Rp199.000/1 liter). Dapat disimpan selama tiga hari di dalam kulkas, kopi botolan ini cocok untuk para penikmat susu alternatif yang ingin tetap menikmati kopi sambil bekerja di dalam rumah.

"Dua pilihan susu alternatif yang kami sediakan merupakan bentuk komitmen KISAKU dalam memenuhi setiap kebutuhan pelanggan. Baik pecinta kopi hitam, minuman non-kopi, ataupun kopi susu berbahan gandum dan almond," tutup Catherine.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.