Sukses

Mengenal Sarah Al Amiri, Sosok Penting dalam Misi UEA ke Mars

Salah satu tokoh utama dalam misi Uni Emirat Arab (UEA) ke Mars adalah Sarah Al Amiri, yang juga menjabat Menteri Negara Ilmu Pengetahuan Tingkat Lanjut.

Liputan6.com, Jakarta -  Punya gedung pencakar langit tertinggi di dunia maupun pusat perbelanjaan terbesar di dunia, sepertinya belum cukup bagi Uni Emirat Arab (UEA).

Burj Khalifa dinilai masih kurang tinggi. UEA ingin terbang menembus langit. Maka, negara kaya penghasil minyak di pesisir Teluk Persia itu membangun kendaraan penjelajah ruang angkasa.

Mereka akan meluncurkan misi antariksa ke Planet Mars. Negara yang yang luas wilayahnya kurang dari Provinsi Riau itu hanya butuh waktu enam tahun untuk membangun industri antariksanya dari nol.

Hebatnya lagi, banyak wanita yang terlibat dalam misi ke Mars tersebut. Mereka pun sudah menyiapkan roket pengorbit yang akan dikirim ke Mars yang diberi nama Hope.

"Kami ingin pengorbit itu sampai di Mars dan kembali pada Februari 2021 yang merupakan tahun peringatan kelahiran Uni Emirat Arab ke-50. Hope punya makna simbolis bagi kami," ucap Omran Sharaf, Manajer Misi UEA ke Mars, seperti dilansir dari Space.com.

Salah satu tokoh utama dalam misi tersebut adalah Sarah Al Amiri, Kepala Operasi Sains dan Wakil Manajer Misi UEA ke Mars. Sebagai pemimpin, Sarah punya andil penuh untuk memilih siapa saja ilmuwan yang akan terlibat dalam misi Mars tersebut.

Ia bahkan ditugaskan untuk memberikan pendidikan non-tradisional untuk melatih para insinyur agar bisa membangun Hope dalam waktu yang singkat.  Selain terlibat dalam proyek tersebut, Sarah juga masih menjabat sebagai Menteri Negara Ilmu Pengetahuan Tingkat Lanjut di Kabinet UEA sejak 2017.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kuliah Ilmu Komputer

Sarah kemudian membuat tim berisi para ilmuwan antariksa yang sudah diberi pelatihan khusus di Amerika Serikat (AS). Anggota timnya rata-rata berusia 27 tahun dan 34 persennya adalah wanita.

Rencananya, Hope akan berada di Mars selama satu tahun. Para peneliti UEA akan mempelajari planet merah tersebut, terutama tentang atmosfernya yang tipis.

Uniknya, Sarah Al Amiri ternyata tidak punya latar belakang pendidikan ilmu keplanetan. Dilansir dari The Indian Express, 20 Juli 2020, saat kuliah ia memilih jurusan ilmu komputer. Namun setelah lulus, ia ingin menghasilkan sesuatu yang baru dan tidak berkaitan dengan ilmu komputer.

Dan saat melihat ada lowongan kerja di Pusat Luar Angkasa Mohammed bin Rashid di Dubai, Sarah merasa sangat tertarik. Ia pun mulai bergabung pada 2009 dan menjabat sebagai insinyur pada program satelit.

Lalu pada 2014 ia pindah divisi untuk memimpin misi Hope. Pada 2017, Sarah menjadi perempuan Arab pertama yang melakukan presentasi di ajang TED Talks di New Orleans, Louisiana, AS.

3 dari 3 halaman

Satu-satunya Perempuan di dalam Ruangan

Acara itu termasuk acara bergengsi bagi mereka yang ingin berbagi soal ide dan gagasan tentang perkembangan masa depan.  Dalam acara itu, Sarah menjelaskan tentang Hope yang akan dikirim ke Mars.

Kalau di berbagai negara merasa ada kesenjangan gender antara wanita dan pria di industri teknologi, Sarah justru tidak merasa demikian di Uni Emirat Arab. Menurutnya, sebagian besar mahasiswa yang lulus dari jurusan sains adalah wanita.

"Sebagian besar lulusan sains di UEA adalah wanita, dan 50 persen dari karyawan kami di program luar angkasa adalah wanita. Jadi kita tidak melihat tren kesenjangan gender yang selama ini terjadi secara global. Ironisnya, saat bertemu dengan para peneliti internasional, saat itulah saya sering menjadi satu-satunya perempuan di ruangan," terang Sarah Al Amiri dalam wawancaranya bersama Sophie Hardach untuk World Economic Forum.

Meski keberangkatan ke Planet Mars sedianya dilakukan pada 17 Juli 2020 tapi mengalami penundaan karena cuaca buruk. Sarah dan tim tetap optimis bahwa Hope akan bisa segera dikirim ke Mars. Akhirnya, rencana mereka terwujud pada 19 Juli 2020 setelah Hope lepas landas dari Tanegashima, Jepang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.