Sukses

Cerita Pria yang Divonis Tak Boleh Makan Mi Instan Seumur Hidupnya

Berdasarkan pengakuannya, Tomy sebelumnya bisa melahap setengah kardus mi instan dalam waktu seminggu saja.

Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang tak suka mi instan? Makanan yang satu ini memang enak rasanya, mudah dibuat dan harganya terjangkau. Namun, mi instan tak boleh dikonsumsi secara berlebihan. Seorang warganet bahkan divonis tak boleh makan mi instan lagi seumur hiduup.

Kisah ini dialami oleh pria dengan nama depan Tomy yang membagikan pengalamannya lewat Facebook. Tomy adalah penyuka berat mi instan. Ia mengaku mulai ketagihan makan mi instan saat menjadi mahasiswa.

"Hai, gw mau berbagi sedikit pengalaman yang mungkin dianggap sepele bagi semua orang, tapi akan berujung serius ke depannya. Ini gw buat atas permintaan murid gw yang khawatir dan sayang sama teman-temannya. So, please bear with me and all of my story, yes?" tulis Tomy.

Tomy menceritakan soal bahayanya makan mi instan secara berlebihan. Akibat dari kebiasaannya ini, ia sekarang dilarang makan mi instan lagi seumur hidup. Dari hasil pemeriksaan, dokter mengatakan kalau beberapa organ tubuhnya mengalami luka yang parah.

Tomy menjelaskan kalau ia sangat gemar makan mi instan ketika masih kuliah. Kebiasaan ini terjadi karena hidup sebagai anak kos. Karena tinggal sendirian tanpa ada pengawasan dari orangtua maupun anggota keluarga lainnya, Tomy pun jadi sering makan mi instan. Selain harganya murah, kebetulan tempat kosnya berdekatan dengan dapur.

Berdasarkan pengakuannya, ia bisa melahap setengah kardus mi instan dalam waktu seminggu saja. "Rekor yang pernah gw alami adalah tiga kardus dalam waktu tiga minggu," tulisnya.

Satu kardus mi instan umumnya berisi 40 bungkus . Dalam tujuh hari saja, Tomy menyantap 20 porsi mi instan.

Bukan itu saja, pria berkacamata ini juga mengaku punya pola makan yang buruk. Ia mengaku sering menunda waktu makan meskipun perutnya sudah lapar. Tomy pun menyesali kebiasaannya tersebut karena sibuk melakukan kegiatan lain sampai menepis keinginannya untuk makan saat perutnya sudah merasa lapar.

"Mungkin kalian sedang asyik dan merasa tanggung, tapi bagi asam lambung dan tubuh kalian, tidak ada kata tanggung tersebut. Asam lambung akan tetap bekerja dan tubuh kalian harus diisi oleh makanan biarpun itu hanya biskuit tanpa gula untuk menenangkan asam lambung tersebut. Dan kebiasaan ini, gw bawa sampai ke masa kerja dimana memiliki efek berlanjut ke masa sekarang," tulisnya lagi.

Kalau dirangkum, kombinasi pola makan buruk yang dialami Tomy ini sudah sangat mengkhawatirkan. Sering makan mi instan, telat makan, dan tiduran usai makan ternyata membuat tubuhnya berontak.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Muntah Darah

Puncak dari kebiasaan buruk ini adalah muntah darah yang dialaminya. Tak hanya itu, setelah dilakukan pemeriksaan, beberapa organ saluran cerna Tomy mengalami kerusakan serius. Lewat unggahan pada 20 Juni 2020 tersebut, Tony juga menunjukkan foto organ perutnya.

"Foto Gastroskopi di bawah adalah bentuk segala kebodohan dan kesalahan yang gw alami semua kejelekan dan hal buruk yang gw lakukan dulu. Gw sempat juga mengalami muntah darah atau istilah keren nya Blood Vomit karena darah dari kerongkongan turun ke lambung gw dan lambung tidak bisa mencerna sama sekali karena darah turun terus," tulisnya lagi.

Setelah melihat kondisinya yang sangat parah, dokter melarang Tomy untuk makan mi instan lagi seumur hidupnya. Bukan hanya mi instan, ia juga tak bisa lagi menikmati minuman soda dan harus membatasi konsumsi camilan serta makanan pedas.

"Vonis: dilarang SEUMUR HIDUP. Gw suka makanan pedas dan asam seperti sambal, makanan korea spt kimchi, tteokbokki, dsb. Vonis: Dilarang makan selama SATU TAHUN, kalau bisa SELAMANYA," ungkapnya.

Kebiasaannya tiduran usai makan juga tak boleh lagi dilakukan. Usai makan, Tomy harus duduk atau berdiri minimal 30 menit atau 2-3 jam. Tentunya kita berharap bisa mengambil pelajaran dari apa yang dialami oleh Tomy.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.