Sukses

Dampak New Normal, Seragam Sekolah Tradisional Inggris Terancam Menghilang dari Peredaran

Departemen Pendidikan Inggris mensyaratkan agar seluruh pelajar dan staf selalu mengenakan seragam sekolah bersih secara menyeluruh.

Liputan6.com, Jakarta - New normal memaksa semua aspek kehidupan harus beradaptasi, termasuk di dalamnya adalah sektor pendidikan. Tak hanya soal cara pengajaran, tetapi juga aturan baru berkenaan seragam sekolah.

Menyusul arahan Departemen Pendidikan Inggris yang merekomendasikan agar pelajar dan staf datang ke sekolah setiap hari dengan pakaian bersih, sebuah sekolah di dekat Bradford memutuskan tak mewajibkan penggunaan blazer, kemeja, dan dasi mulai September 2020. Padahal, ketiga busana itu sudah menjadi ciri khas seragam sekolah anak-anak Inggris selama ini.

Menteri Pendidikan Inggris Gavin Williamson menyatakan pemerintah ingin agar semua pelajar kembali ke ruang kelas pada tahun ajaran baru yang dimulai September mendatang. Sejumlah aturan disusun, termasuk mengatur seragam sekolah.

Aturan tersebut direspons oleh Ketua Kelompok Parlemen Lintas Partai terkait Pendidikan Mandiri yang berasal dari Partai Konservatif, Andrew Lewer. Ia mengkritik kebijakan tersebut seraya menyatakan seragam sekolah tradisional terancam menghilang dari kebudayaan masyarakat.

"Hal terakhir yang kami ingin lihat adalah pukul telak pada tradisi sekolah-sekolah di Inggris yang terbaik, seragam khusus yang dipakai dengan bangga oleh pelajar di 90 persen sekolah yang ada," ucapnya, dikutip dari The Sun, Senin (22/6/2020).

Ia menambahkan, tak ada alasan melarang penggunaan blazer sekolah. Ia merujuk pada penjelasan salah seorang ahli kesehatan Profesor Linda Bauld yang menyebut risiko penularan virus corona dari blazer sekolah ataupun dasi adalah minimal.

"Tidak seperti rumah sakit di mana staf harus mengganti dan mencuci pakaiannya setiap hari, sekolah adalah tempat yang risiko transmisinya sangat rendah," sambung Lewer lagi.

 

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengganti Seragam

Seragam sekolah tradisional yang biasanya ditandai dengan warna atau pola berbeda juga terancam hilang dari peredaran karena tuntutan masyarakat untuk tidak lagi menggunakan item branded. Menurut Lewer, argumentasi mengganti tradisi seragam sekolah yang sudah mengakar dengan sesuatu yang tidak bermerek tidak beralasan.

"Alasan untuk mengurangi barang-barang bermerek adalah demi mengurangi biaya, tetapi saya membantah klaim yang dibuat bahwa orangtua akan menghemat uang jika sekolah beralih ke barang-barang generik, seperti kemeja putih polos dan celana abu-abu dan rok yang dibeli di supermarket lokal. Banyak cara lain yang bisa dilakukan untuk membantu keluarga berpendapatan rendah," ucapnya.

Awal pekan lalu, Kepala Sekolah Beckfoot Oakbank di Keighley, Yorkshire Barat, menyatakan 1.500 muridnya diminta tak lagi menggunakan blazer, dasi, dan kemeja mulai tahun ajaran mendatang. Tina Smith mengatakan kaus polo dan jumpers bisa dikenakan sebagai pengganti, sebagian karena alasan corona dan sebagian demi menghemat biaya.

Dalam surat yang dikirimkannya kepada para orangtua, "Aturan Departemen Pendidikan menyatakan bahwa blazer dan dasi tidak disarankan dipakai seiring rekomendasi agar siswa dan staf datang ke sekolah datang setiap hari dengan pakaian sepenuhnya bersih sebagai tindak pengamanan untuk semua."

Ia menyebut mencuci blazer dan dasi, atau bahkan mencuci dan menyetrika kemeja bersih setiap hari tidak realistis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.