Sukses

Tradisi Makan yang Berubah karena Virus Corona Covid-19

Perubahan tradisi dalam rangka mencegah transmisi virus corona baru ini menimbulkan pro-kontra.

Liputan6.com, Jakarta - Selama 40 tahun, Linda He dan keluarganya telah makan dengan mengambil makanan dari sumpit yang sama. Tradisi ini telah berusia sangat panjang di kalangan komunitas Tionghoa dan terancam hilang karena virus corona baru.

Mengutip laman AsiaOne, Selasa, 16 Juni 2020, bulan lalu saat berevolusi dengan sajian meja makan, He menambahkan sepasang sumpit lain yang hanya digunakan untuk penyajian.

"Berbagi makanan sudah jadi tradisi dan saya selalu berpikir kami harus meninggalkannya karena itu bantu mencegah penyebaran penyakit," ucap warga Shanghai tersebut.

Risiko penyebaran COVID-19 dilaporkan telah membuat banyak orang di Tiongkok memikirkan ulang kebiasaan makan mereka. Berbagi makanan dengan sumpit sendiri diartikan sebagai cara menunjukkan kepedulian.

"Beberapa teman saya mengatakan, mereka mulai menggunakan sumpit penyajian di rumah seperti saya," tuturnya.

Dalam sebuah polling melibatkan 30 ribu warga di tenggara kota Xiamen pada Maret 2020, kebanyakan mereka telah menggunakan sendok maupun sumpit penyajian sebagai tindakan preventif transmisi virus, menurut laporan Xiamen Daily.

Pemerintah percaya, berbagi makanan adalah satu satu cara virus, termasuk corona, bertransmisi di antara anggota keluarga.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tuai Pro-kontra

Perubahan ini juga jadi dilema bagi sejumlah bisnis restoran. Deng Yanping, seorang pemilik restoran di Jiaxing, mengatakan pihaknya mulai menyediakan alat makan khusus penyajian, juga mengatur meja dalam jarak aman untuk kembali menarik pelanggan.

"Biasanya hanya restoran besar yang melakukannya. Menyediakan alat makan terpisah berarti membutuhkan lebih banyak tangan untuk mencuci mereka," tuturnya.

Kendati demikian, promosi menggunakan alat makan khusus penyajian ini sebenarnya sudah dilakukan pemerintah saat SARS mewabah di awal 2000-an. Kampanye ini pun memperlihatkan hasil berbeda-beda.

"Mengubah kebiasaan orang bisa memakan waktu sangat panjang. Tapi, apa yang dilakukan sekarang merupakan awal yang baik," kata Deng.

Li Liang, warga Beijing berusia 34 tahun menghadapi penolakan saat menyarankan penggunaan alat makan pribadi pada ayahnya. "Ayah saya mengatakan, 'Apakah kamu melihat saya sebagai orang luar?'," ucapnya.

Bagi orangtua dan kakek-nenek, mereka umum mengekspresikan rasa sayang dengan mengambil makanan dan meletakkannya ke piring anak atau cucu. Sedangkan, anak-anak melakukan hal serupa untuk menunjukkan rasa hormat mereka.

Karenanya, gerakan ini masih terus diwarnai pro-kontra, lantaran menyangkut mengubah kebiasaan yang sudah lama mengakar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.