Sukses

Lucunya Bayi Orangutan Fitri yang Lahir di Taman Safari Bogor Saat Idul Fitri

Kelahiran bayi orangutan Fitri melengkapi kelahiran satwa dilindungi lainnya, yakni gajah Covid di Taman Safari Bogor.

Liputan6.com, Jakarta - Kabar gembira datang dari Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua. Tepat pada hari pertama Idul Fitri 1441 Hijriyah pada 24 Mei 2020, lahir orangutan betina. 

"Alhamdulillah, di hari bahagia Idul Fitri sekaligus prihatin dengan situasi pandemi COVID-19, telah lahir jam 05.00 WIB bayi orangutan betina," ungkap Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya di Jakarta, Senin (25/5/2020), dalam rilis yang diterima Liputan6.com.

Menteri Siti mengatakan bayi orangutan itu merupakan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dari induk Evi dan jantan Ipung. "Mengingat kelahirannya masih dalam suasana hari raya Idul Fitri, saya menamakan bayi orangutan ini dengan nama Fitri," ucapnya.

Kelahiran Fitri melengkapi kebahagiaan lembaga konservasi itu. Pada bulan lalu, bayi gajah lahir di Taman Safari Bogor pada 28 April 2020.

Bayi gajah itu dinamai Covid lantaran lahir di tengah pandemi Covid-19. Dikutip dari laman tamansafari.com, proses kelahiran mamalia itu cukup mendebarkan. Si bayi gajah lahir jelang matahari terbit dengan sehat dan sempurna.

Covid lahir dari pasangan induk bernama Nina yang berusia 46 tahun dan pejantan bernama Kodir yang berusia 44 tahun. Kedua orangtua Covid ini berasal dari Riau. Dengan kehadiran Covid, total jumlah gajah di Taman Safari Bogor menjadi 51 ekor.

Kelahiran Covid juga menambah panjang daftar kesuksesan Taman Safari Bogor dalam pengembangbiakkan satwa langka dan terancam punah. Beberapa waktu sebelumnya, Taman Safari Bogor juga telah mencatat prestasi dengan keberhasilan pengembangbiakkan burung Kasturi Raja, spesies burung langka yang berasal dari Papua.

"Keberhasilan dalam pengembangbiakan satwa melalui program konservasi saat ini, bukan hanya kelahiran mamalia besar saja. Tetapi ada beberapa satwa yang berhasil berkembang biak di antaranya burung Kasturi Raja yang tergolong langka," ujar Jansen Manansang, Direktur Taman Safari Indonesia.

 

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kelahiran Banyak Satwa

Selama penutupan Lembaga Konservasi dan berlangsungnya Penerapan Sosial Berskala Besar (PSBB), banyak satwa yang lahir di LK antara lain Gajah Sumatera di TSI Cisarua dan Gembira Loka Yogyakarta, komodo (12 ekor), burung Kasturi Raja (1 ekor), orangutan Fitri di TSI Cisarua, Tarsius (1 ekor) di Faunaland Ancol, Kasuari (3 ekor) di R Zoo and Park di Sumatera Utara, serta satwa-satwa eksotik lainnya seperti Jerapah, Zebra dan common marmoset.

Menurut Menteri Siti, hal itu menandakan bahwa pengelola LK telah menerapkan kesejahteraan satwa dengan baik, sehingga satwa dapat berkembangbiak secara alami dan telah menjalankan fungsinya sebagai tempat pengembangbiakan di luar habitat dengan tetap mempertahankan kemurnian genetiknya.

"Diharapkan melalui program breeding terkontrol ini, program konservasi ex-situ link to in-situ bisa dijalankan dan pada akhirnya peningkatan populasi in-situ dapat tercapai," katanya.

Menteri Siti menerangkan pentingnya pengelolaan populasi spesies terisolasi, konektivitas kantung-kantung habitat satwa, dan penciptaan kantung-kantung baru untuk mendukung peningkatan populasi serta pengelolaan metapopulasi.

"Untuk itu, saya sedang kembangkan kebijakan untuk mendorong adanya konektivitas kantong-kantong baru satwa melalui pengembangan sistem kawasan lindung yang mencakup areal yang bernilai konservasi tinggi di konsesi-konsesi sektor kehutanan dan perkebunan. KLHK telah mengidentifikasi ada 1,4 juta hektare area bernilai konservasi tinggi yang dapat masuk ke dalam sistem kawasan yang dilindungi," jelas Menteri Siti.

Pada tingkat spesies, Indonesia telah menyusun peta jalan untuk memulihkan populasi 25 spesies target yang terancam punah. Melalui lebih dari 270 lokasi pemantauan, beberapa populasi spesies meningkat, seperti Jalak Bali, Harimau Sumatra, Badak Jawa, Gajah Sumatra, dan Elang Jawa.

Kemudian pada tingkat genetik, Indonesia telah mempromosikan bioprospeksi (bioprospecting) untuk keamanan dan kesehatan pangan, seperti Candidaspongia untuk anti-kanker, dan Gaharu untuk disinfektan, yang produksinya telah ditingkatkan selama pandemi COVID-19.

3 dari 3 halaman

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini