Sukses

Cerita Akhir Pekan: Puasa Tahun Ini Tak Lagi Sama karena Corona COVID-19, Bagaimana Menyikapinya?

Waktu yang biasa digunakan untuk buka puasa bersama di restoran atau mengikuti berbagai acara di luar rumah, bisa diganti dengan beribadah di rumah.

Liputan6.com, Jakarta - Umat muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia sudah memasuki bulan Ramadhan mulai Jumat, 24 April 2020. Namun, menjalani ibadah puasa kali ini dirasa berbeda karena berlangsung di tengah pandemi corona Covid-19.

Meskipun pandemi masih berjalan, umat Islam harus tetap menjaga kesehatan badan dan pikiran agar khusyuk menjalankan ibadah puasa. Selain itu, sejumlah tradisi dan kebiasaan yang biasa dilakukan di bulan puasa tidak bisa kita jalani.

Seperti buka puasa bersama, salat tarawih di masjid, ziarah ke makam anggota keluarga, berkunjung ke rumah orangtua dan kerabat, ngabuburit, berburu takjil dan masih banyak lagi.

Psikolog Maharani Ardi Putri atau lebih dikenal dengan Putri Langka membagikan tips untuk umat Islam agar badan dan pikiran tetap sehat di bulan Ramadan. Yang utama, berpikir positif dan hindari hal negatif.

"Pikiran dan perasaan itu akan mempengaruhi tubuh kita. Kalau misalnya kita terlalu banyak berpikir yang jelek bisa mempengaruhi imunitas kita. Kalau imunitasnya sudah turun, nanti badannya yang sakit," tuturnya saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 23 April 2020.

Putri juga menyarankan agar umat Islam lebih banyak membaca berita-berita Ramadan yang menyenangkan atau mengikuti kuliah agama melalui media sosial. Mengenai sejumlah kebiasaan atau tradisi yang tidak bisa dijalankan untuk sementara waktu, ia mengatakan hal itu tidak akan terlalu mempengaruhi ibadah Ramadan.

"Saya rasa hampir kita semua sudah terbiasa melakukan banyak kegiatan di rumah sejak pandemi ini masuk ke Indonesia. Jadi pas masuk bulan puasa, kita sudah terbiasa melakukan berbagai hal termasuk ibadah di rumah. Memang nuansanya pasti beda, awal-awal mungkin ada sedikit penyesuaian tapi setelah itu sudah terbiasa," terang psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Pancasila ini.

Meski begitu, Putri melihat tetap ada sisi positif dari menjalankan berbagai kegiatan di rumah saja. Waktu yang biasa digunakan untuk buka puasa bersama di restoran atau mengikuti berbagai acara di luar rumah, bisa diganti dengan beribadah di rumah. Bahkan waktu beribadah bisa lebih banyak lagi.

"Kalau biasanya waktu kita lebih banyak di jalan karena macet atau kumpul bareng teman buat buka bersama, sekarang jadi lebih banyak waktu di rumah. Kita bisa ibadah, mengaji, belajar mendalami agama lewat televisi, internet, jadi bisa lebih banyak kan ibadahnya," ujar Putri.

"Kalau soal kangen buka bersama atau ketemu sama teman atau keluarga, kan bisa buka bersama online, ya bisa memanfaatkan teknologi untuk melepas kangen dan tetap menyambung silaturahmi," lanjutnya.

Selain itu, bagi mereka yang mampu disarankan perbanyak berbagi rezeki kepada orang lain yang sangat membutuhkan. Menurut Putri, berbagi rezeki bisa menimbulkan perasaan positif bagi diri sendiri. Apalagi, di tengah masa pandemi Covid-19, perekonomian sebagian masyarakat menurun karena aktivitas di luar rumah dibatasi.

"Ramadan atau bulan puasa kan tentang bagaimana kita menjaga keyakinan kita, bagaimana kita memahami apa yang kita lakukan selama ini. Jaga keyakinan kalau kita melalui pandemi ini bersama," ujarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Banyak Minum Air Putih

Untuk makanan juga tak ada perbedaan yang signifikan. Perubahan hanya pada waktu makan saja yang bergeser yaitu saat berbuka dan sahur. Di tengah pandemi seperti sekarang ini, menurut ahli gizi Inge Permadi, apa yang kita santap saat sebelum maupun saat Ramadan disarankan tak jauh berbeda. Menu sehat dan seimbang tetap jadi pertimbangan utama dalam menyiapkan makanan saat sahur maupun berbuka.

"Makanan yang seimbang seperti selama ini kita santap selama pandemi, ada protein hewani, nabati seperti ikan, telur, ayam dan yang terpenting selalu ada sayuran. Buat sayuran yang mudah dimasak dan bahannya juga mudah seperti sup. Menhangatkan makanan saat sahur juga tak masalah, asalkan bukan sayuran karena sayuran harus selalu fresh," terang Inge saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 24 April 2020.

"Selain makanan, yang nggak kalah penting harus banyak minum air terutama air putih. Masih dengan formula yang sama, minimal 8 gelas sehari, bisa dua gelas saat berbuka, empat gelas setelah berbuka dan menjelang tidur, dan dua gelas lagi saat sahur," sambungnya.

Minuman manis seperti teh juga boleh dikonsumsi tapi secukupnya saja, seperti saat berbuka. Kurma juga jadi pilihan terbaik. Namun Inge menyarankan untuk menyantap kurma yang teksturnya agak keras. Kurma yang agak empuk biasanya rasanya jauh lebih manis dan mengandung banyak gula.

Untuk takjil, sebaiknya kita buat sendiri di rumah apalagi di saat pandemi Covid-19 seperti sekarang. Selain penjual takjil kemungkinan bakal berkurang drastis, faktor kebersihan juga harus jadi pertimbangan utama.

"Kalau memang masih ada yang jual takjil di pinggir jalan, usahakan di tempat dan kemasannya yang cukup bersih. Kalau untuk kolak atau yang lainnya seperti gorengan, sebaiknya dihangatkan lagi setelah dibeli, setelah itu baru dimakan, supaya lebih terjamin kebersihannya," jelas ahli gizi dari MRCCC Jakarta ini.

"Tapi kalo beli es atau yang dingin kan susah dipanaskan, malah jadi nggak enak. Jadi sebaiknya jangan beli minuman es. Tapi lebih baik lagi kalau kita bikin sendiri di rumah. Kita bisa goreng bakwan atau apa, bikin kolak sendiri, itu kan lebih terjamin kebersihannya," tambahnya.

Perbedaan ibadah puasa di tahun ini memang dirasakan banyak umat muslim. Misalnya Amel, warga Pamulang, Jakarta Selatan. Hampir semua kegiatan dari bekerja sampai beribaha selalu dilakukan di rumah. Hal serupa juga akan dilakukan ibu dua anak ini selama Ramadan tahun ini. Yang juga terasa beda kemungkinan tak akan membeli takjil seperti sering dilakukannya selama puasa di tahun-tahun lalu.

3 dari 4 halaman

Rela Lebih Repot demi Kesehatan

"Pastinya bakal lebih banyak masak di rumah, nggak beli takjil di luar dulu. Memang agak repot tapi ya memang lebih baik daripada kita ragu sama kebersihannya. Untungnya, suami saya juga suka masak, jadi kadang kita masak gentian. Mulai dari masak yang simpel sampai membuat lauk yang agak repot kayak gulai atau tongseng," tuturnya pada Liputan6.com, Kamis, 23 April 2020.

Karena Covid-19 belum berlalu, Amel juga sudah menyiapkan mental tak akan mudik di tahun ini. Tiap tahun ia biasanya mudik ke rumah mertuanya di Cirebon, beberapa hari menjelang Idul Fitri.

"Kayaknya nggak bakal mudik ke Cirebon. Kalau orangtua saya tinggal di Jakarta, tapi ya belum tahu juga apa nanti ke rumah orangtua saya pas lebaran, karena sebelum Ramadan juga belum bisa datang buat silahturahmi," ucapnya lagi.

Bagi yang tidak punya tradisi mudik seperti Ferdiansyah, warga Benhil, Jakarta Pusat. Pada Liputan6.com, Jumat, 24 April 2020, ia juga mengakui bakal ada yang beda di Ramadan tahun ini.

"Ya sedih juga nggak bisa ibadah di masjid, nggak bisa kumpul bareng teman dan keluarga yang lain. Kebetulan ibu saya dan mertua saya tinggal di Jakarta, tapi belum sempat ketemu buat bermaaf-maafan jelang puasa. Belum tahu juga gimana nanti pas lebaran, mudah-mudahan sudah bisa ketemuan lagi," ucap pria yang tinggal bersama istri dan ketiga anaknya ini.

Yang pasti, pria yang biasa disapa Ferdi ini akan lebih fokus beribadah di rumah, terutama salat berjemaah bersama anak dan istrinya, yang biasanya sulit dilakukan karena kesibukan pekerjaan. Sementara kebiasaan membeli takjil di pinggir jalan, terutama di Pasar Benhil yang dikenal sebagai salah satu pusat takjil populer di Jakarta, kemungkinan besar tak akan dilakukan.

"Tahun ini para pedagang takjil di pasar Benhil dilarang berjualan, pastinya nggak bisa beli takjil lagi di sana buat sementara. Kalau di tempat lain mungkin masih ada yang jualan. Tapi belum tahu apa mau beli di tempat lain, buat sementara kita makan dan minum yang dimasak di rumah aja. Mungkin sesekali nanti pesan lewat ojek online," tutupnya.

Pandemi corona Covid-19 memang membuat banyak hal dibatasi, termasuk saat bulan Ramadan seperti sekarang ini. Berbagai kebiasaan dan tradisi mungkin tak bisa kita lakukan untuk sementara waktu, tapi mudah-mudahan tidak mengurangi nilai ibadah puasa kita. Menjaga kesehatan tetap yang terpenting, sambil berharap dan berdoa semoga pandemi ini segera berlalu. Marhaban ya Ramadan.

4 dari 4 halaman

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.