Sukses

Cerita Akhir Pekan: Gaya Hidup Sehat Kembali Jadi Kebiasaan, Mampu Bertahan Usai Pandemi?

Cerita Akhir Pekan kali ini tentang gaya hidup sehat, seperti cuci tangan, berjemur, dan juga memberikan kebaikan kepada sesama.

Liputan6.com, Jakarta - Yura Yunita tampak lincah saat menuangkan cairan ke kedua tangannya. Di dalam toilet, penyanyi itu kemudian mencuci tangannya sambil bersenandung tentang pentingnya cuci tangan.

"Sudah cuci tangan hari ini?" tanya Yura sebagai keterangan video yang diunggah pada Maret 2020 lalu.

Sejak pandemi corona COVID-19 terjadi, cuci tangan jadi aktivitas yang banyak disuarakan figur publik sebagai salah satu upaya untuk menghindari virus corona.

"Cuci tangan sesuatu yang baik, karena COVID-19 orang juga makin aware," ujar anggota Perhimpunan Peminat dan Pengguna Homeopathy Indonesia (P3HI), dr. Deden Djatnika, Sp.PD, saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu, 11 April 2020.

Jauh sebelumnya, kata Deden, mencuci tangan dengan sabun sudah masuk dalam salah Gerakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), tapi banyak orang yang tidak peduli.

"Nah, sekarang awareness orang terhadap cuci tangan makin meningkat. Padahal, cuci tangan memberikan kebaikan karena mau hidup bersih," kata Deden.

Selain cuci tangan, berjemur merupakan kebaikan lain yang dilakukan banyak orang. Sinar matahari pagi menghasilkan sinar ultraviolet untuk membantu pembentukan vitamin D.

"Dulu orang tidak menyangka bahwa sinar matahari dapat meningkatkan imunitas," tutur Deden.

Deden berharap ke depan kebiasan-kebiasan baik untuk kesehatan harus terus disosialisasikan. Tidak terbatas pada adanya corona COVD-19.

"Ke depan harus ada perubahan terhadap kesehatan masyarakat, baik secara fisik tapi juga psikis. Mental yang sehat perlu ditingkatkan, terutama dari nilai-nilai kebaikan dari agama, terlepas apa agamanya. Karena saat ini tingkat stres orang sangat tinggi, terutama di Jakarta," ujar Deden.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kebaikan Lain

Gaya hidup sehat juga tak sekadar mencuci tangan, berjemur, tapi juga memberikan kebaikan bagi sesama. Entah dengan cara menggalang bantuan untuk pengadaan Alat Pelindung Diri (APD), masker, sembako, dan lain-lain.

Dalam pandangan psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, fenomena tersebut patut disyukuri bahwa ternyata kita masih punya empati untuk membantu orang lain, meski semua sedang sulit.

"Saling membantu adalah satu upaya membuat agar kita semua bisa melewati masa buruk seperti ini," kata Vera dalam keterangan tertulis kepada Liputan6.com, Sabtu, 11 April 2020.

Harapannya tentu semua kebaikan akan bertahan, meski tujuannya berbeda bukan lagi mengatasi pandemi. Kebaikan merupakan naluri alamiah dari setiap orang yang mampu berempati terhadap orangp-orang di sekitarnya dan juga dilanjutkan dengan sikap altruistik (sikap suka membantu orang lain).

Lebih lanjut Vera mengatakan, memberi bantuan kepada orang lain, selain membantu orang tersebut, juga berdampak positif bagi si pemberi bantuan.

"Beberapa penelitian mengungkapkan hal-hal berikut, seseorang lebih bahagia ketika memberikan uang atau membelanjakan uangnya untuk orang lain daripada untuk kepentingannya sendiri (Dunn, Aknin & Norton, 2008).  Selain itu, perilaku membantu orang lain mengaktifkan bagian otak yang berhubungan dengan perasaan bahagia. Otak memerintahkan tubuh untuk mengeluarkan hormon endorphin yang menimbulkan emosi positif (Moll, 2006)," tulis Vera.

Vera juga mengatakan, kebaikan perlu  ditanamkan dalam keluarga, terutama pada anak-anak. Caranya? Perlakukan anak secara positif maka anak pun akan memperlakukan sekitarnya secara positif.

"Contohkan kebaikan ajak anak untuk mengenali lingkungan sekitarnya, seperti lingkungan sekitar rumah. Orang-orang yang butuh bantuan bisa jadi ada di sekitar rumah," kata Vera.

Selain itu, lanjut Vera, libatkan anak dalam perilaku menolong, misalnya libatkan anak untuk menyiapkan barang-barang yang akan didonasikan. Hindari memberikan reward berupa barang atau uang untuk perilaku menolong karena nantinya anak akan mementingkan reward-nya daripada perilaku menolongnya.

"Jadikan, kegiatan menolong sebagai rutiinitas, misalnya setiap setahun sekali memilih pakaian layak pakai untuk didonasikan," tandas Vera.

3 dari 3 halaman

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini