Sukses

Bandara Hong Kong Perpanjang Penutupan Akses bagi Traveler Asing

Jumlah pasien corona COVID-19 di Hong Kong dalam dua minggu terakhir didominasi kasus impor.

Liputan6.com, Jakarta - Hong Kong memperpanjang penutupan bandara untuk traveler asing hingga batas waktu yang belum ditentukan. Kebijakan tersebut diambil seiring jumlah korban infeksi virus SARS-CoV-2 menembus 900 hingga mikrobiologis menyerukan undang-undang darurat yang memerintahkan seluruh penduduk menggunakan masker saat berada di luar rumah.

Melansir laman South China Morning Post, Selasa (7/4/2020), daerah otonom itu mencatat 24 kasus positif COVID-19 baru pada Senin, 6 April 2020. Mayoritas merupakan kasus impor dan diperkirakan tren yang melibatkan traveler tersebut terus berlanjut.

Hanya enam kasus yang teridentifikasi sebagai transmisi lokal, melibatkan salah satu tempat hiburan yang sudah ditutup seiring penggerebekan terkait imbauan membatasi interaksi sosial. Sejumlah tempat yang tidak termasuk bisnis penyedia kebutuhan dasar telah diperintahkan ditutup setidaknya untuk dua minggu ke depan. 

Di antara kasus-kasus baru yang terdeteksi, lima di antaranya adalah warga Hong Kong yang baru dievakuasi dari Peru minggu lalu setelah negara itu menutup perbatasannya untuk menahan penyebaran wabah. Setidaknya tiga perempat kasus dalam dua minggu terakhir berkaitan dengan traveler atau yang kontak erat dengan para traveler.

Pemerintah setempat tetap akan memberlakukan pengetatan pembatasan terkait travel yang dimulai sejak dua minggu lalu. Mereka yang baru kembali dari luar negeri harus mengisolasi diri di rumah selama 14 hari, sedangkan semua orang dari China daratan, Makau, dan Taiwan akan dikarantina di hotel atau di rumah, termasuk warga Hong Kong.

Orang-orang dari tiga lokasi tersebut yang sekaligus punya catatan perjalanan dari luar negeri dalam 14 hari terakhir tidak akan diizinkan masuk, kecuali memiliki izin tinggal di Hong Kong. Semua layanan transit akan dibekukan sementara dan aturan itu akan berlaku sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.

Selain peningkatan kasus impor, infeksi lokal juga mengundang perhatian serius. Dr. Ho Pak-leung, profesor rekan mikrobiologi dari University of Hong Kong, meminta pemerintah mewajibkan seluruh penduduk memakai makser.

"Menggunakan masker itu efektif," kata dia dalam sebuah program radio. "Itu bisa membantu menghambat penyebaran virus oleh orang-orang yang tidak menunjukkan gejala."

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Denda Besar

Kebanyakan warga Hong Kong telah melaksanakan kewajiban mengenakan masker ketika berada di tempat publik. Kepatuhan mereka diapresiasi karena dianggap membantu memperlambat penyebaran penyakit pada awal-awal minggu wabah muncul, walau kemudian tindakan mereka disalahkan karena menyebabkan kelangkaan masker bagi para tenaga kesehatan.

Perusahaan property New World Development mengatakan akan mendonasikan 10 juta masker bulan ini, dengan dua juta di antaranya didistribusikan pada keluarga menengah ke bawah lewat LSM. Otoritas di seluruh dunia saat ini berjuang membatasi transmisi dari orang tanpa gejala, tetapi ia bergerak bebas di ruang publik. 

Ahli juga meminta penegakan hukum yang lebih kuat untuk membatasi pertemuan kelompok lebih dari empat orang. Beberapa warga telah dikenai denda karena melanggar aturan tersebut.

Salah satunya dialami enam pria yang diperintahkan membayar 2.000 dolar Hong Kong atau sekitar Rp4,2 juta setelah kedapatan bermain catur di luar rumah Kwai Shing East Estate pada akhir pekan kemarin. Mereka didenda setelah menolak dibubarkan oleh aparat. Sebanyak 13 orang lainnya juga dikenai denda karena bergerombol di San Martin House pada Senin sore.

Penasihat pemerintah senior Bernard Chan telah mengingatkan agar semua bisnis nonesensial harus ditutup sebagai bagian lockdown tegas. "(Perluasan pencegahan) tentu akan menambah biaya ekonomi," kata Chan. "Hal itu juga berisiko menyebar kepanikan. Tapi, kita harus menerimanya sebagai tindakan yang perlu dilakukan, bila pilihan lain berisiko lebih buruk."

3 dari 3 halaman

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini