Sukses

Antisipasi dan Jaga Diri dengan Bilik Sterilisasi dan Cairan Pembunuh Virus

Bilik sterilisasi digunakan untuk mencegah mikroorganisme berbahaya yang terbawa masuk ke dalam ruangan melalui pakaian, tas, dan barang bawaan.

Liputan6.com, Jakarta - Wabah akibat virus corona Covid-19 yang telah menyita perhatian dunia, khususnya di Indonesia. Hal itu telah mendorong semua pelaku usaha untuk turut berkontribusi memberikan solusi nyata untuk mengurangi penyebaran wabah tersebut. Berbagai kolaborasi dilakukan oleh perusahaan-perusahaan rintisan digital lokal (startup) agar penularan pandemik ini bisa mendekati titik nol.

Gorry Holdings, perusahaan health-tech pengembang aplikasi GorryWell dan penyedia katering sehat secara daring Gorry Gourmet, bersinergi dengan Persegi, perusahaan penyedia design & built serta platform peer to peer lending (P2P) Gradana.

Mereka memproduksi dan memberikan pengadaan untuk sterilizer room, sebuah bilik sterilisasi yang digunakan untuk mencegah mikroorganisme berbahaya yang terbawa masuk ke dalam ruangan melalui pakaian, tas, dan barang bawaan.

Menurut CEO Gorry Holdings Herry Budiman, kotak anti kuman dan virus tersebut bisa ditempatkan di gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan bahkan kompleks perumahan.

“Ada banyak cara untuk menghindari Covid-19. Selain mengukur suhu tubuh, juga bisa memakai sterilizer room. Upaya-upaya seperti ini dilakukan untuk mensterilisasikan pakaian yang akan dikenakan pengunjung hingga barang yang dibawa, seperti tas, yang akan masuk ke area publik, baik di masa karantina wilayah maupun pasca karantina,” tuturnya saat dihubungi di Jakarta, 7 April 2020.

Herry menambahkan, Gorry Holdings menyediakan cairan pembersih yang komposisinya menggunakan senyawa kimia tidak berbahaya dan ekstrak minyak tumbuhan. Bahan tersebut juga mengandung pH modifier dan aman untuk lingkungan, bahkan memiliki efek minimum terhadap kulit manusia.

Sebagai mitra resmi Kementerian Kesehatan sejak 2018, Herry menambahkan, Gorry Holdings berhati-hati dalam memilih senyawa untuk sterilizer room tersebut.  Cairan ini merupakan hasil teknologi dari perusahaan NewGenn Research Ltd. Pada penggunaannya cairan ini tentu harus dihindarkan dari kontak dengan mata, hidung, dan mulut.

“Paparan terhadap kulit memiliki dampak yang minimum tergantung dari sensitivitas kulit. Untuk meminimalisasi dampak terhadap kulit, pengguna dianjurkan segera membilas dengan air putih hingga bersih setelah terjadi kontak. Cairan ini tidak menimbulkan korosif, beda dengan cairan disinfektan lain yang bisa membuat logam berkarat,” terangnya.

Dengan kandungan hanya 0.05 persen dari air, cairan tersebut sangat efektif untuk mencegah pencemaran renik dan mikro organisme seperti bakteri, virus, dan kuman. Virus yang bisa mati karena cairan ini selain Corona adalah HIV, Hepatitis B, Herpes tipe 1 dan 2, influenza tipe A, rubella dan sebagainya.

Adapun bakteri yang termasuk efektif untuk dibasmi dengan bahan ini adalah Staphylococcus Aureus, E. Coli, Pseudomonas Aeruginosa, Enterococcus, Enterobacter Aerogenes & Cloacae, Salmonella Typhimurium, Proteus Mirabilis & Vulgaris, Chlamydia dan Psittaci. Sedangkan dari kategori jamur adalah Canadida Slbicans dan Aspergillus Niger.

“Komposisinya 1 banding 75 antara sterilizing fluid dan air, selain itu derajat keasamannya pun netral, tidak seperti cairan disinfektan yang kerap menjadi perdebatan. Biaya per penyemprotan juga sangat ekonomis, bisa kurang dari Rp200,- per penggunaan dalam bilik sterilisasi,” tuturnya. Lebih lanjut ia menambahkan bahwa Indonesia perlu melihat dan mengadopsi sebagian cara Vietnam dalam penanggulangan Corona.

“Kita lihat di sana angka penyebaran sangat rendah dan per akhir Maret 2020 tidak ada yang dilaporkan meninggal karena Covid 19 di sana. Salah satu upaya yang mereka lakukan adalah menempatkan bilik sterilisasi di area publik,” ucapnya.

Namun seperti kita ketahui, yang terpenting adalah cairan yang digunakan dan bukan biliknya sendiri. Menggunakan cairan yang aman bagi manusia dan memang ditujukan untuk tujuan sterilisasi dari kuman dan virus adalah kuncinya.

Perakitan sterilizer room sendiri dikerjakan oleh Persegi, sebuah toko online furniture lokal yang menawarkan beragam kebutuhan interior sehingga bisa menghemat biaya pengiriman dibandingkan impor dari luar.  Upaya ini didukung oleh Gradana, yange merupakan perusahaan fintech P2P yang fokus dalam pembiayaan properti.

Angela Oetama, CEO Gradana mengatakan, “selain dari keprihatinan kami atas kondisi yang saat ini ada, di mana banyak orang masih tetap harus bekerja atau keluar untuk kebutuhan seperti berbelanja makanan di supermarket atau ke bank, bilik anti virus ini kami lihat sebagai bagian dari properti yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan yang mengharuskan karyawannya datang ke kantor, atau mereka yang bekerja di area-area publik serta yang jenis usahanya melibatkan kunjungan dari para konsumennya.”

Angela menambahkan bahwa Gradana mendukung dengan memberikan pembiayaan sehingga pembeliannya bisa dicicil sehingga tidak memberatkan cash flow para pelaku usaha yang saat ini mungkin kondisinya pun tertekan akibat Covid-19 ini.  Selain bisa dipakai untuk kebutuhan internal, jelasnya, bilik ini juga dapat dimanfaatkan untuk media promosi dan juga sponsorship.

“Bahkan bisa digunakan untuk program-program CSR, misalnya perusahaan membeli produk ini untuk dibagikan di daerah-daerah berzona merah. Di momen seperti ini, kita memang harus saling bekerjasama dan membantu masyarakat dalam melawan pandemik ini,” pungkasnya.

Dihubungi secara terpisah, pakar kedokteran kerja yang juga anggota Ikatan Dokter Kesehatan Kerja (IDKI) Edi Alpino Rivai Siregar mengatakan, sejak mewabahnya Covid-19, banyak inovasi baru yang bisa menjadi pencegah penyebaran virus tersebut di masyarakat, termasuk sterilizer room yang komposisinya menggunakan senyawa kimia dan ekstrak minyak tumbuhan.

“Tumbuhan memang bisa menjadi obat penangkal virus meskipun selama ini metodenya melalui konsumsi. Saat wabah ini pertama kali ada di China, obat-obat berbahan dasar tumbuhan menjadi alternatif untuk proses pencegahan dan penyembuhan,” ungkapnya. Menurutnya, inovasi apapun perlu diteliti lebih lanjut apakah bahan tersebut memiliki efek samping atau tidak terhadap manusia.

“Jika terjadi efek samping, apa yang harus dilakukan, bagaimana penangkalannya, dan seterusnya. Dan yang lebih penting lagi tentunya seberapa efektif bahan tersebut bisa membunuh virus Corona,” kata Ketua Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) RS Yarsi Jakarta yang juga anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.