Sukses

Cerita Akhir Pekan: Kantong Aman Hati Senang, Trik Atur Keuangan di Masa Pandemi Corona COVID-19

Berkaca pada situasi pandemi corona COVID-19, pengaturan keuangan berubah dan itu harus dikelola dengan tepat.

Liputan6.com, Jakarta - Tak lagi bisa ditampik bahwa keuangan adalah salah satu sektor yang terpengaruh di masa pandemi corona COVID-19. Bagaimana tidak, mengubah rutinitas serta mengadopsi gaya hidup baru otomatis membuat Anda harus mengatur ulang pengeluaran dengan banyak kemungkinan.

"Di masa pandemi ini, prioritas pengeluaran lebih banyak untuk konsumsi dan kesehatan. Adanya pembatasan keluar rumah, beberapa pos pengeluaran memang berkurang. Tapi, di sisi lain, ada pos yang bertambah," kata Sari Insaniwati, Perencana Keuangan - Mitra Rencana Edukasi lewat pesan pada Liputan6.com, Kamis, 2 April 2020.

Tantangan menyesuaikan kebutuhan itu juga harus dibarengi dengan mengendalikan tingkat kecemasan agar keputusan pengendalian pengeluaran dan mengatur keuangan secara menyeluruh tetap rasional.

"Karena memang masalah ini (pandemi) serius, secara umum, orang mendapat kecemasan lebih dari biasanya. Bagi sebagian orang, kecemasan ini bisa tak terkelola dengan baik," papar Astrid Wen, Psikolog Anak dan Keluarga lewat sambungan telepon, Rabu, 1 April 2020.

Astrid menambahkan, setiap orang punya kapasitas cemas berbeda-beda. Kendati demikian, ada beberapa trik untuk mengendalikan kecemasan tersebut. 

"Pertama, harus evaluasi dulu, cari sebab kenapa mengelola keuangan bisa membuat atau menciptakan kecemasan. Kalau sudah ketemu, cari solusinya. Misal, terus cari info di mana barang kebutuhan yang masih ada dan mana yang sudah habis. Ini bisa dilakukan dengan terkoneksi pada komunitas lain," katanya.

Juga, cari kegiatan di rumah. "Yang tak kalah penting juga kita mampu memberi jeda untuk transisi. Awalnya pasti ada kaos. Anak-anak, keluarga jadi panik. Pasangan lebih mudah bertengkar. Wajar karena masa transisi. Dari sini, kita bisa sama-sama memetakan kecemasan," sambungnya.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jangan Panic Buying

Berhasil memetakan kecemasan, langah-langkah rasional, tak sekadar mengandalkan insting bertahan hidup, pun bisa diambil. Sari menjelaskan, mengurangi sementara pengeluaran untuk gaya hidup terbilang krusial.

"Upayakan pengeluaran hanya untuk hal penting antara lain pengeluaran rutin sehari-hari, utang jatuh tempo, saat ini pemerintah sudah memberi keringan untuk pembayaran cicilan, hubungi bank atau pihak penyedia kredit,  biaya kesehatan yang lebih baik lagi jika ada asuransi kesehatan/ BPJS, serta pos dana darurat," paparnya.

Yang perlu diutamakan dalam mengatur keuangan di masa sulit sebenarnya memastikan keuangan dalam kondisi aman. Kategori ini mencakup ketersediaan dana darurat yang cukup, arus kas stabil, pengeluaran lebih kecil dari pendapatan, dan utang yang terjaga, rasionya tak lebih dari 30 persen pendapatan.

"Saat masa sulit, kita perlu cash yang bisa diambil setiap saat. Kita tak bisa menggantungkan dari hasil investasi, di mana dalam kondisi ini banyak investasi yang sedang turun," ucap Sari.

Soal mengatur keuangan, seorang pegawai swasta sekaligus ibu rumah tangga, Resty Pangesti mengatakan, saat ini memang belum ada perubahan berarti dalam pengelolaannya. "Mungkin karena baru sebulan," ujarnya lewat pesan Kamis, 2 April 2020.

Sementara, karyawan swasta Aisyah Sriwulandari mengatakan, terdapat perubahan alokasi dana. "Soalnya pengeluaran-pengeluaran yang nggak kepakai pada masa pandemi ini dialokasikan ke hal-hal penting," katanya juga lewat pesan Kamis, 2 April 2020.

Misal, pos dana hangout yang sudah tidak ada, dialokasikan untuk beli barang, seperti vitamin C, madu, hand sanitizer, masker, dan hal-hal lain yang mendukung melindungi diri sendiri dan sekitar dari infeksi corona COVID-19.

Dalam mengatur keuangan, Icha, sapaan akrab Aisyah, memberi saran agar membeli hal-hal yang penting dan cukup. "Jangan nimbun makanan karena sebenarnya supermarket atau toko persediaan bahan baku masih dibolehkan buka oleh pemerintah. Jadi, kalau mau belanja, beli setidaknya untuk bisa nyetok paling nggak 1--2 minggu," katanya.

Sebagai anak kos, Icha menyebut hanya bisa stok satu minggu untuk makanan ringan dan instan. Pemetaan ini membuatnya bisa memperkirakan pengeluaran dengan lebih rapi.

Senada dengan Icha, Resty juga menyarankan untuk memberi barang-barang penting lebih dulu. "Jangan panic buying! Di samping akan menyusahkan orang lain, itu juga penting buat kita sendiri. Sejak pendemi, kita kebanyakan kerja di rumah, aku sendiri jadi list apa-apa yang perlu aku beli untuk stok satu minggu ke depan. Jadi, nggak akan kebuang sia-sia," tandasnya.

3 dari 3 halaman

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini