Sukses

Cerita Akhir Pekan: 6 Wabah Penyakit dan Virus yang Pernah Mengguncang Dunia Pariwisata

Kebiasaan hidup bersih seperti mencuci tangan pun efektif dalam menghentikan penyebaran virus yang semakin meluas.

Liputan6.com, Jakarta -  Dunia tengah dilanda kekhawatiran dengan mewabahnya virus corona yang bermula dari Wuhan, China. Sudah banyak korban tewas dan dirawat secara intensif. Sampai dengan Jumat, 7 Februari 2020, sudah sekitar 636 orang meninggal dunia akibat terdampak virus corona.

Sementara itu beberapa kasus telah dikonfirmasi terjadi di luar China daratan, seperti di Hong Kong, Makau, Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, Jepang, Singapura, Thailand, Taiwan, Vietnam, Nepal dan Prancis. Dampak lainnya juga tak kalah dahsyat.

Dunia pariwisata menjadi lesu karena banyak penerbangan internasional ke maupun dari China ditangguhkan sampai batas waktu tertentu. Imbasnya, industri pariwisata pun menurun drastis, termasuk di Indonesia. Maklum saja, China adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia dan banyak dari mereka yang suka berpergian ke luar negeri.

Di Indonesia sendiri, sektor pariwisata kehilangan potensi pendapatan hingga 2,8 miliar dolar AS atau setara Rp38,2 triliun. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Whisnutama mengatakan jumlah tersebut berasal dari 2 juta turis China yang datang ke Indonesia. Rata-rata mereka membelanjakan uangnya di Indonesia sampai 1.400 dolar AS atau Rp 19 juta.

Terlepas dari dampak mewabahnya virus corona yang menghebohkan dunia, ini bukan pertama kalinya dunia dilanda wabah mematikan. Dilansir dari beragam sumber, selama dua dekade terakhir, setidaknya ada enam wabah mematikan yang memicu "epidemi ketakutan" di seluruh dunia dan mengguncang dunia pariwisata.

[bacajuga:Baca Juga](4174051 4173910 4173474/)   

Namun hampir semuanya bisa berakhir dengan cepat berkat respons pemerintah setempat dan dunia internasional yang cepat. Apa saja?

Virus SARS

Virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) atau Sindrom Pernafasan Akut Berat merupakan penyakit pernafasan menular yang berisiko fatal. Penyakit tersebut pertama muncul di China pada November 2002 dan diidentifikasi pada Februari 2003.

Melansir Medical News Today, dari November 2002 sampai 2003, terdapat 8.098 kasus di seluruh dunia dengan jumlah kematian sebanyak 774 orang. Sama dengan virus corona 2019-nCov yang saat ini merebak, SARS berasal dari keluarga virus coronavirus yang bisa menyebabkan flu biasa.

Komplikasi serius seperti gagal nafas, gagal jantung, gagal hati bisa pula terjadi utamanya bagi mereka yang berusia di atas 60 tahun. Sempat membuat heboh dan berdampak pada bidang pariwisata, virus ini bisa dikikis dalam hitungan bulanVirus SARS diakhiri pada Juli 2003, berakhir saat memasuki bulan-bulan di musim panas yang suhunya sudah tinggi.

Selain itu kebiasaan hidup bersih seperti mencuci tangan pun efektif dalam menghentikan penyebaran penyakit SARS yang semakin meluas.

Virus MERS

Salah satu wabah virus paling mematikan dalam hal tingkat kematian terjadi pada 2012. Penyebabnya adalah betacoronavirus yang menyebabkan sindrom pernapasan Timur Tengah atau Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

Wabah yang juga disebut dengan flu unta ini ditemukan di Arab Saudi dan kemudian menyebar ke negara-negara Timur Tengah lainnya, sebagian besar memengaruhi Arab Saudi sendiri dan kemudian bermigrasi ke Eropa, AS, dan Asia.

Meski hanya menjangkiti 1.329 orang antara September 2012 dan Juni 2015, tapi virus ini memiliki tingkat kematian yang cukup besar dan menewaskan 525 orang. Saat itu rute penerbangan ke kawasan Arab Saudi dan negara sekitarnya sempat terpengaruh dan menurun.

Virus ini menyebabkan demam, batuk, diare, dan sesak napas. Namun terkadang virus ini juga mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan akut, gagal ginjal, dan komplikasi lain yang menyebabkan kematian pada pasien. Masih belum ada vaksin untuk melawan flu unta, namun jumlah kasus infeksi mulai menurun sampai mencapai nol pada Juni 2015.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Virus Ebola

Kasus virus Ebola pertama kali muncul pada 1976 dan mewabah di dua tempat sekaligus di Afrika. Ebola sendiri merupakan nama sungai yang dekat dengan salah satu desa di Republik Demokratik Kongo, tempat penyakit tersebut muncul.

Virus ini menyebabkan penyakit akut dan serius, yang bisa berakibat fatal kalau tidak diobati. Virus yang awalnya disebut demam berdarah Ebola ini, mewabah kembali pada 2014-2016 di Afrika Barat dan menjadi wabah terbesar sejak virus tersebut pertama kali ditemukan. Ada lebih dari 11.000 orang meninggal akibat wabah Ebola tersebut.

Para ilmuwan percaya bahwa virus itu berasal dari hewan, terutama kelelawar. Hewan ini membawa virus dapat menularkannya ke hewan lain, seperti primata dan menyebarkannya ke populasi manusia. Paparan dan penularan dari manusia ke manusia juga dimungkinkan melalui kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh yang terinfeksi.

Gejala virus Ebola bisa tiba-tiba termasuk demam, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, muntah, diare, gangguan fungsi ginjal dan hati, dan pendarahan internal dan eksternal.

Virus ini sempat meluas ke luar Afrika, menyebar ke AS, Italia, Inggris, dan Spanyol. Meski begitu semuanya berhasil mencegah epidemi lokal dan menyembuhkan semua yang terkena dampaknya.

Berbagai langkah yang diambil oleh komunitas internasional membuahkan hasil, dengan wabah virus ebola dinyatakan telah lewat pada 2016.

Wabah E.Coli

Sebagian besar bakteri E. Coli tidak berbahaya bagi manusia, tapi jenis tertentu dapat menyebabkan penyakit dengan komplikasi yang berbahaya. Itu terjadi dalam kasus wabah bakteri E. Coli O104: H4 yang menghasilkan racun sebagai akibat dari aktivitasnya dan menyebabkan gejala seperti diare berdarah, gagal ginjal, demam dan muntah.

Wabah ini bermula dari sebuah peternakan di Lower Saxony, Jerman pada Mei 2011, tetapi kemudian meluas hingga ke Kanada, Denmark, Polandia, Belanda, Swiss, Swedia, Inggris dan AS melalui makanan.

Hal itu sempat menganggu dunia pariwisata di negara-negara tersebut. Untungnya, penyakit ini segera teratasi, dengan sebagian besar dari mereka yang terkena dampak adalah warga negara Jerman. Wabah ini menginfeksi total 3.842 orang, menewaskan 53 orang, dan dianggap berakhir pada Juli 2011.

3 dari 3 halaman

Flu Burung

Virus flu burung H5N1 merupakan virus yang bisa menyebabkan penyakit pernafasan parah pada burung dan bisa menular ke manusia. Virus tersebut pertama terdeteksi pada 1996 pada angsa di China dan sangat mematikan bagi unggas.

Tingkat kematian akibat flu burung adalah 50 persen jika tertular ke manusia. Dari 2003 hingga 2019, WHO melaporkan total temuan sebanyak 861 kasus H5N1 pada manusia yang dikonfirmasi di dunia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 455 meninggal dunia.

Flu burung muncul secara berkala di berbagai negara, antara 2003 dan 2014, namun tidak pernah menghasilkan epidemi besar karena lebih banyak terjadi pada hewan unggas. Hal ini sempat mempengaruhi dunia pariwisata terutama dalam hal kuliner karena sempat banyak orang yang tidak mau mengonsumsi ayam dan hewan unggas lainnya.

Flu Babi

Pada 2009 terjadi wabah virus influenza H1N1 atau flu babi yang sangat menular. Wabah ini pertama kali terjadi pada April 2009 di Meksiko dan kemudian menyebar ke seluruh Amerika Utara, Eropa dan Asia. Konon, virus ini merupakan hasil dari virus lama dengan virus flu babi Eurasia.

Fenomena ini sempat membuat Meksiko dihindari wisatawan dari berbagai negara. Negara tetangga Meksiko, termasuk Kanada dan AS juga sempat membuat sejumlah orang khawatir melakukan perjalanan ke kedua negara tersebut. Penyakit ini memiliki gejala demam, batuk, sakit kepala, nyeri otot atau persendian yang menjadi ciri khas dari sakit flu.

Namun, terkadang penyakit ini menimbulkan komplikasi parah yang membuat penderitanya gagal bernapas dan berujung pada kematian jika tidak mendapatkan dukungan medis yang tepat. Balita dan manula adalah diantara mereka yang paling rentan dengan virus jenis baru ini.

Dengan diperkenalkannya vaksin pada akhir 2009, epidemi ini mulai menurun, WHO mendeklarasikannya pada Agustus 2010. Diperkirakan antara 10-200 juta orang terinfeksi dan menurut berbagai perkiraan antara 18.500 dan 151 ribu orang meninggal akibat penyakit ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.