Sukses

Ikea Tarik Travel Mug dari Pasaran, Ganti Rugi dengan Voucer

Ikea menarik produk yang telah diproduksi karena mengandung bahan yang tidak sesuai dengan standar konsumsi.

Liputan6.com, Jakarta - Ikea, perusahaan asal Swedia yang memproduksi perabot rumah tangga, memproduksi sebuah travel mug dengan beberapa warna, seperti pink, hijau tosca, abu-abu, dan biru pada Oktober 2019 lalu.

Setelah melakukan penyelidikan, diketahui travel mug TROLIGTVIS mengandung bahan yang tidak sesuai dengan standar konsumsi. Berdasarkan siaran pers yang diterima Liputan6.com, Rabu, 15 Januari 2020, Ikea mengimbau Anda yang memiliki travel mug TROLIGTVIS untuk mengembalikannya ke Ikea terdekat.

Ikea juga memberikan kompensasi penuh dengan bentuk voucer bagi Anda yang telah membeli travel mug TROLIGTVIS. Bahan mug TROLIGTVIS mengandung tingkat Dibuthyl pjthalate (DBP) yang sudah tidak bisa ditoleransi tubuh. Hal itu tidak sesuai dengan standar keamanan Ikea.

Pihak Ikea sudah sejak lama memutuskan untuk melarang penggunaan phthalate dalam produk yang langsung bersentuhan dengan makanan dan mencoba menghentikan penjualan travel mug selama penyelidikan.

Setelah selesai, proses penyelidikan menunjukkan bahwa travel mug yang sudah tersebar ke pasaran itu mungkin terpengaruh bahan yang tak sesuai standar konsumsi.

Ikeamelakukan penarikan kembali mug dengan bentuk tutup botol yang lebih besar dan berwarna polos ini, meski risiko berdampak negatif langsung pada kesehatan pengguna sangat rendah.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kasus Lemari Rias

Sebelumnya, Ikea sepakat membayar 46 juta dolar AS kepada orangtua balita Jozef Dudek yang tinggal di California. Balita laki-laki berusia dua tahun itu meninggal setelah tertimpa lemari rias tepat di atas tubuh mungilnya.

Dilansir dari laman National Public Radio, Rabu (8/1/2020), Daniel Mann, pengacara keluarga tersebut, menyebut lemari rias keluaran perusahaan furnitur asal Swedia tersebut tidak stabil sejak awal. Terbukti, setidaknya delapan anak menjadi korban tewas akibat produk tersebut.

Komisi Keamanan Produk Konsumen AS telah menarik produk tersebut dari pasaran. Namun, Mann mengatakan jutaan lemari rias tersebut masih digunakan oleh konsumen lain.

Model lemari rias yang ditarik dari peredaran itu sangat berisiko terjungkal bila tidak menempel ke dinding. Ikea sebelumnya menyatakan produk tersebut memang tidak didesain bisa berdiri tanpa penopang.

Kedua orangtua balita yang berduka, Joleen dan Craig Dudek, mengatakan alasan membawa kasus kematian putranya ke jalur hukum. Mereka mengaku ingin agar tragedi yang menimpa mereka tak terjadi kepada keluarga lain.

Keluarga balita itu berencana mendonasikan 1 juta dolar AS dari kompensasi yang didapatkan dari Ikea kepada organisasi yang mengadvokasi isu perlindungan anak-anak dari produk-produk tidak aman.

Menurut Mann, Ikea juga berkomitmen untuk menyebarluaskan informasi penarikan lemari rias itu lebih intensif lagi. Ia ingin perusahaan tersebut mengirim e-mail kepada para konsumen yang telah membeli produk tersebut tentang risiko bahayanya.

Seorang juru bicara dari Ikea mengonfirmasi jumlah kompensasi yang disepakati dengan keluarga Dudek. Kesepakatan itu tercapai pada akhir Desember lalu.

"Meski tidak ada kompensasi yang bisa menghilangkan kejadian tragis tersebut, atas nama keluarga dan semua pihak yang terlibat, kami sangat bersyukur proses litigasi ini telah mencapai kesepakatan," kata juru bicara perusahaan tersebut.

Ia menambahkan, "Kami tetap berkomitmen untuk bekerja secara proaktif dan berkolaborasi untuk mengampanyekan tentang sangat pentingnya isu keamanan di rumah." (Adhita Diansyavira)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.