Sukses

Upaya Melestarikan Seni Pertunjukan Lenong Betawi Terus Disuarakan

Yamin Azhari sosok seniman yang punya semangat tinggi untuk mengembangkan budaya Betawi.

Liputan6.com, Jakarta - Kepedulian terhadap upaya melestarikan kesenian Betawi kembali disuarakan. Para seniman Betawi berharap kesenian dan kebudayaan Betawi bisa tersohor, tak hanya di Jakarta tapi juga di dunia.

Hal itu mengemuka dalam diskusi mengenang Yamin Azhari bertema 'Mengembalikan Teater Rakyat Betawi agar Tak Asyik Sendiri' di Selasar Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat, 10 Januari 2020.

Nendra WD, selaku seniman dan pemerhati budaya Betawi mengatakan, saat ini tiga bidang yang memiliki potensi untuk berkembang, yaitu tari, kuliner, dan lenong. Namun, perkembangan lenong tak sepesat tari maupun kuliner.

"Tari memiliki potensi besar, begitu juga dengan kuliner. Kami berharap lenong pun bisa berkembang bahkan bisa pentas di luar negeri, seperti di Tiongkok. Nggak perlu jauh-jauh dulu," ujar putra almarhum aktor WD Mochtar dan Sofia WD itu.

Padahal, berdasarkan sejarah seni pertunjukan teater di Jakarta telah berkembang sejak awal abad ke-19. Seperti lenong yang telah berkembang sejak 1960-an.

Sejak 1969-1988 saja berkali-kali diadakan pertunjukan lenong di TIM oleh sutradara SM Ardan, Achmad MS, Sumantri Sastrosuwondo, Firman Muntaco dan lain-lain. Belakangan juga muncul nama Yamin Azhari.

"Bang Yamin itu juga tampil dengan karyanya seperti Ondel-Ondel Bengek dan Hantu Kerak Telor. Beliau itu yang menuliskan naskahnya," ujar Nendra.

Sementara, peneliti kebudayaan Betawi Syaiful Amri menambahkan, melestarikan seni dan budaya Betawi dibutuhkan peran serta seluruh elemen, yaitu pemerintah, masyarakat, dan seniman, termasuk Lembaga Kebudayaan Betawi. 

"Semuanya harus turun. Pemerintah harus bisa memfasilitasi, seniman juga ayo, dan masyarakat juga. Jangan teriak jaga tradisi tapi sudah ditampilkan nontonnya nggak mau," tutur Syaiful.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jangan Asyik Sendiri

Diskusi yang diadakan yang diadakan Teater Pangkeng, komunitas Baca Betawi, dan Lembaga Kebudayaan Betawi itu juga menghadirkan Julianti Parani. Budayawan dan pengajar senior purnabakti Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu mengatakan, pandangan Yamin Azhari tentang jangan asyik sendiri memiliki falsafah yang tinggi.

Menurut Julianti, dalam berkesenian ada kalanya butuh lompatan ke depan agar bisa bersaing dengan yang lain. Namun, seniman harus tetap kuat dalam menarik esensinya. Seringkali pelaku seni juga belum menarik esensi dari seni itu sendiri. Seperti seni pertunjukan lenong.

"Yang penting itu sebenarnya kan masing-masing bisa menarik esensi. Jadi sampai yang nonton bisa paham, oh di sini ada lenongnya," kata Julianti.

Julianti menuturkan, Jakarta sendiri seperti kehilangan marwahnya dalam hal melahirkan atau melestarikan kesenian Betawi. Ia mencontohkan, berdirinya Institut Kesenian Jakarta (IKJ) malah seolah-olah tidak ikut ambil peran. Buktinya, kata Julianti, tidak ada sekolah lenong. Padahal, lenong lekat dan menjadi esensi dalam memahami Jakarta.

"Kaya di IKJ tapi tuh esensinya enggak ada Jakartanya. Ada nggak latihan buat lenong, gambang kromongnya. Ada enggak latihan atau sekolahnya. Ini warisan ini harus dijaga," tegas Julianti. 

"Esensinya bukan buat ke luar tapi kita harus mampu jadi tuan rumah dan berhasil di negeri kita. Enggak usah untuk se-Indonesia tapi Jakarta aja dulu. Bagaimana lenong itu ada komunikasi, tapi tergantung maknanya," kata Juliani.

3 dari 3 halaman

Sosok Yamin Azhari

Yamin Azhari merupakan seniman Betawi kelahiran 28 Januari 1958. Ia sosok yang memiliki kepedulian yang tinggi bagi kemajuan seni dan budaya Betawi. Salah satunya dengan mendirikan Teater Pangkeng pada 2006. Ia meninggal dunia pada 20 November 2019 dalam usia 61 tahun. 

"Semangat Bang Yamin untuk mengangkat seni tradisional Betawi, khususnya lenong sangat luar biasa. Menurutnya, lenong juga bisa pentas di luar negeri, tapi harus diperbaiki, baik dari segi pakem maupun dialognya. Mungkin selama ini orang dialog lenong kasar, mari kita perbaiki," kenang pimpinan Teater Pangkeng, Syamsuddin Bahar Nawawi.

Ia sempat menjadi wartawan di sejumlah majalah dan tabloid. Ia banting setir menjadi penulis skenario saat televisi swasta lahir. Sejumlah karyanya juga dimuat dalam sejumlah buku.

Karya skenarionya yang pernah tayang serial Kabayan Orang Beken, Nurlela, Keluarga Sabeni, Panji Tengkorak, Ken Arok,  Anak Ondel-ondel, Ketika Padi Berbunga, Di Antara Bunga Jarak, Cinta, Ayu Anak Titipan Surga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.