Sukses

Cerita Akhir Pekan: Benarkah Ibu Rumah Tangga Kurang Produktif?

Menjadi ibu rumah tangga bukan berarti tidak bisa produktif dan tidak menghasilkan uang sendiri.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam tiap momen Hari Ibu yang diperingati hari ini, Minggu, 22 Desember 2019, perempuan diapresiasi dalam posisinya sebagai orang yang mengurus keluarga. Baik dalam mengurus suami maupun anak-anaknya.

Hal itu pun memunculkan anggapan kalau mereka yang menjadu ibu rumah tangga sudah tak produktif lagi. Namun menjadi ibu di era digital membuat mereka terus bergerak sambil menjalani peran ganda baik mengurus rumah tangga dan bekerja. Setelah menikah, tak sedikit perempuan memilih berhenti bekerja dan fokus pada urusan rumah tangga.

Namun, ada juga perempuan yang memilih tetap bekerja, atau mencoba berbagai macam usaha rumahan ibu rumah tangga untuk membantu ekonomi keluarga. Menjadi ibu rumah tangga bukan berarti tidak bisa produktif dan tidak menghasilkan uang sendiri.

Berada di rumah bukan berarti berhenti untuk terus berkarya atau melakukan kegiatan yang bermanfaat. Misalnya, Ibu rumah tangga bisa memulai usaha rumahan dengan modal kecil.Ada macam-macam usaha rumahan ibu rumah tangga yang bisa dilakukan. Usaha rumahan ini juga tidak menyita banyak waktu dan bisa diatur, sehingga tidak mengganggu urusan rumah tangga yang utama.

Dengan memulai usaha rumahan sendiri, para ibu bisa mandiri dan tidak hanya bergantung pada suami.Terlebih bagi ibu rumah tangga baru, yang memutuskan berhenti bekerja setelah menikah. Sudah banyak dari mereka yang memulai usaha rumahan dan berjualan secara online.

Menurut ekonom Enny Sri Hartati, fenomena para Ibu Rumah Tangga (RT) menjalankan usaha online sudah tumbuh sejak tiga sampai empat tahun terakhir ini karena semakin maraknya media sosial dan perkembangan e-commerce yang semakin pesat.

Banyak wanita, terutama ibu RT yang berjualan online untuk menambah penghasilan keluarga. Cara ini dinilai lebih mudah dan lebih kecil risikonya dibandingkan membuka usaha berupa toko maupun tempat usaha di rumah atau di pusat perbelanjaan.

"Usaha oline faktor risikonya lebih kecil dibandingkan membuka usaha berupa toko atau warung secara fisik. Karena itu butuh modal yang tidak sedikit, butuh banyak waktu untu terus menjaga tempatnya dan banyak hal lagi yang jadi pertimbangan untuk membuka tempat,” tuturnya pada Liputan6.com, saat diwawancarai melalui sambungan telepon, beberapa hari lalu.

"Beda dengan usaha online yang bisa dikerjakan kapan saja dan dimana saja, dan ini banyak dijalankan ibu-ibu belakangan ini. Yang paling utama dalam bisnis online ini adalah kepercayaan. Kalau reputasinya kurang bagus, bisa cepat menyebar melalui media sosial, makanya kepercayaan atau trus itu penting," sambungnya. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Usaha Single Mother

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) ini menambahkan, pengaruh media sosial memang sangat besar belakangan ini dan bisa jadi sarana yang cukup ampuh buat melakukan promosi.

"Tapi penggunaan media sosial untuk kegiatan usaha masih kalah jauh dari penggunaan untuk membicarakan hal-hal lain dan untuk sekadar bersosialisasi. Saya tidak bisa memastikan berapa jumlahnya, tapi persentasinya memang masih sedikit," tuturnya.

Begitu juga dengan persentase penghasilan para ibu RT dari usaha online. Menurut Enny, jumlahnya belum terlalu signifikan. Kebanyakan mereka mengandalkan penjualan barang-barang mereka melalui laman e-commerce yang sudah dikenal luas. Jumlah mereka yang menjual produknya sendiri, melalui media sosial misalnya, masih sangat sedikit.

"Dominasi laman e-commerce yang sudah punya nama besar bakal sulit disaingi karena regulasi untuk mengatur usaha online ini memang belum ada. Seharusnya segera dibuat regulasi supaya yang besar tidak itu-itu saja pelakunya dan yang kecil-kecil bisa ikut tumbuh," ujar ekonom lulusan IPB dan Universitas Diponegoro ini.

Salah seorang ibu rumah tangga yang menjalankan usaha online adalah Weni seorang single mother yang tinggal di kawasan Jakarta Selatan. Ia sebenarnya punya usaha toko kosmetik bersama orangtuanya. Namun dalam beberapa tahun terakhir usahanya agak menurun terutama karena maraknya belanja online yang semakin digemari.

Weni pun memutar otak agar pemasukannya tidak mandeg. Ibu satu anak ini pun mencari penghasilan tambahan tanpa perlu keluar rumah.. Dari masukan sejumlah teman, ia memilih mengikuti program reseller busana muslimah karena tingkat penjualannya cukup tinggi.

Reseller adalah sebutan bagi pelanggan yang akan menjual kembali sebuah produk. Mereka disebut juga Reseller Dropship, yaitu Reseller yang menjual barang kepada pelanggan dengan bermodalkan foto tanpa harus menyetok barang. Mereka menjual kepelanggan dengan harga yang ditentukan oleh pemilik atau penjual utama produk tersebut.

3 dari 3 halaman

Sesuai Passion dan Mudah Dijual

Meski begitu, bukan hal mudah untuk menjadi reseller langsung brand populer busana muslimah. Tidak semua brand mau membuka program reseller secara langsung.

Lalu Weni mendapat informasi dari browsing di internet ada jalan yang lumayan bagus. Ada sebuah platform yang menyatukan brand-brand fashion hijab, gamis, mukena, kosmetik, souvenir, hingga makanan dengan reseller di Indonesia dalam sebuah aplikasi.

"Saya coba daftar untuk menjadi reseller. Soalnya cuma sekali bayar Rp300 ribu tapi bisa jual banyak brand ternama. Peluangnya bagus karena modalnya tidak terlalu besar dan sistem tidak perlu stok," tutur Weni pada Liputan6.com.

"Bagi saya yang lebih sering di rumah, jadi nggak repot atau pusing memikirkan produksi dan pengiriman, yang penting bisa promosi ke teman atau saudara," sambungnya.

Menurut Weni, penting juga memastikan produk yang dipilih sesuai dengan passion dan relatif mudah dijual. Apalagi aplikasi yang dipilihnya menjual berbagai merek pakaian muslim ternama.

"Program reseller berbayar ini sudah biasa di banyak bisnis reseller. Tujuannya supaya pengguna akan merasa lebih bertanggung jawab dalam memasarkan produk dari bisnis tersebut. Sayang banget kan kalau nggak balik. Konsepnya sederhana aja sih," jelas Weni.

Meski tak bersedia menyebutkan jumlah penghasilannya, Weni mengaku pemasukanya dalam sebulan bisa melebihi penghasilannya dari menjaga toko orangtuanya. Ia bahkan bisa menabung untuk keperluan dirinya dan anaknya terutama untuk masuk perguruan tinggi.

Apa yang dijalankan Weni jadi salah satu buki kalau seorang ibu rumah tangga tak hanya mampu mengurus anak dan keluarga, tapi juga bisa mempunyai penghasilan sendiri. Mungkin jumlahnya belum begitu banyak, tapi sudah semakin banyak ibu rumah tangga yang produktif.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.