Sukses

Di Balik Parfum Aroma Sperma yang Tuai Kontroversi

Parfum aroma sperma ini sengaja didesain persis seperti aroma setelah melakukan hubungan seksual.

Liputan6.com, Jakarta - Sekitar 13 tahun lalu, Etat Libre d'Orange merilis parfum beraroma sperma, Secretions Magnifiques. Bersamanya, sebagai series pertama parfum merek asal Prancis tersebut, terdapat pula aroma darah, keringat, dan air liur yang semuanya merupakan kesatuan interpretasi seks sang pembuat.

Belasan tahun jadi kontroversi, di mana beberapa ulasan sempat mendeskripsikan aroma tersebut sebagai aroma anak kecil yang lagi sakit, bahkan tercium asin, pembuatnya, Etienne de Swardt, menjelaskan pemikiran pribadinya di balik pencipataan wewangian tak biasa tersebut.

Pada sebuah wawancara dengan Vice yang dilansir Selasa, 17 Desember 2019, Etienne menjelaskan, parfum beraroma sperma ini terinspirasi dari wabah AIDS pada era 80-an. Mail Online memaparkan, peristiwa yang dimaksud mencatat 77 juta orang pada masa tersebut teridentifikasi mengidap HIV.

Kasus penyebaran HIV tercatat terjadi di Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa, serta Afrika. Hampir setengah dari mereka, yakni sekitar 34,5 juta jiwa, meninggal karena AIDS. Kendati, sebenarnya tak ada yang punya jumlah pasti pengidap AIDS pada periode tersebut saking banyak laporan.

"Saat saya masih remaja, saya khawatir tentang krisis (penyebaran) AIDS. Mengingat itu, saya berpikir membuat parfum beraroma persis seperti kejadian tersebut, di mana Anda berada di satu titik di antara pornografi dan romantisme," tutur Etienne.

Berbasis di Paris, Etienne de Swardt telah membuat 34 aroma parfum sejak mendirikan Etat Libre d'Orange pada 2006. Kendati, belum ada yang menyamai kontroversi parfum beraroma sperma yang membuat orang dilaporkan membeli karena penasaran.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berapa Harganya?

Seri Secretions Magnifiques rilisan Etat Libre d'Orange dibanderol 90 euro atau Rp1,4 juta. Dideskripsikan di laman merek parfum tersebut, aromanya sengaja disesain seperti harum setelah melakukan hubungan seksual.

Jenis parfum ini dibuat di dua labolatorium internasional, yakni Givaudan dan Mane. Dalam pembuatan parfum, keduanya mengklaim menggunakan bahan natural dan mentah untuk mendapatkan aroma tertentu.

Dalam sebuah ulasan, kedua pihak labolatorium itu mendeskripskan Secretions Magnifiques sebagai wangi berkaitan dengan jasmani, mengingatkan pada tembaga, dan kompleks,

Beberapa orang yang membeli parfum tersebut kebanyakan mengatakan, harumnya bertahan lama, hingga kurang lebih 23 jam. "Saya harus menggunakan penghapus cat kuku untuk menghalau aromanya," tulis salah satu pengguna.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.