Sukses

Sosok di Balik Sukses Sepatu Compass yang Bikin Pembelinya Rela Antre Panjang

Compass baru-baru ini membatalkan perilisan sepatu terbarunya lantaran antrean panjang menjurus ricuh.

Liputan6.com, Jakarta - Kerumunan orang yang didominasi anak muda berkumpul di sekitara Mall Grand Indonesia, Jakarta Pusat pada 13 Desember 2019. Pemandangan itu mirip dengan suasana hari bebas kendaraan bermotor atau CFD. Mereka ternyata mereka mengantre demi membeli sepatu.

Bukan sembarang sepatu, sepatu yang akan mereka beli merupakan sepatu buatan dalam negeri bernama Compass. Mereka rela menunggu lama demi mendapatkan koleksi Compass untuk Darahku Biru yang merupakan desain dari Pot Meets Pop dan sepatu Compass 98 Vintage desain oleh Old Blue Co.

Dikutip dari akun Instagramnya, seri terbaru tersebut dijadwalkan akan rilis pada 14 Desember 2019 dalam event Wall of Fades. Namun perilisan itu akhirnya ditunda karena suatu hal.

"Kami atas nama sepatu Compass & Darahku biru menyampaikan permohonan maaf yang sedalam – dalamnya. Terima kasih #temancompass," tulis akun tersebut pada 14 Desember 2019.

Sepatu yang urung diluncurkan itu hanya diproduksi sebanyak 420 pasang. Rencananya dalam event Wall Off Fades, Compass Darahku Biru hanya akan dijual sebanyak 240 pasang. Lalu pada gelombang kedua, mereka akan menjajakan sebanyak 180 pasang, pada waktu yang masih dirahasiakan.

Satu lagi yang membuat sepatu ini semakin menarik bagi para pencinta sneakers adalah harganya yang terjangkau yaitu Rp518 ribu. Hal ini yang membuat banyak calon reseller pun rela antre untuk memboyong seri ini dan dijual kembali dengan harga yang melambung.

Dikutip dari media sosial Urban Sneaker Society, Aji Handoko Purbo selaku Creative Director Compass menyebutkan langkah penundaan ini diambil untuk berlaku adil bagi semua pihak. Sampai dengan saat ini belum diketahui jadwal detail perilisan sepatu Compass Darahku Biru.

Lalu, apa yang membuat sepatu tersebut begitu istimewa dan kenapa bisa menarik minat dan perhatian yang luar biasa?  Banyak yang meyakini kalau semua itu berkat kreasi Aji Handoko Purbo atau akrab disapa Gonjel. Aji bukan pemilik, melainkan creative director yang dipercaya langsung oleh owner untuk re-branding Compass.

Didirikan pada 1998, Compass sendiri sempat alami kebuntuan, hingga akhirnya pada 2017 Aji masuk untuk menangani sisi kreatif dan strategi bisnis. Dilansir dari akun Youtube ‘Badass 23 Monkey’ pada 2 September 2019, kita bisa lebih mengenal sosok di balik keberhasilan Compass yang fenomenal. Pria kelahiran 31 tahun lalu ini ternyata sejak kecil sudah menyukai sepatu.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tidur dengan Sepatu

"Dulu waktu bapak saya beliin saya sepatu, saya selalu tidur sama sepatu itu. Saya nggak tahu apa itu dibilang fetish, yang jelas saya memang suka banget sepatu," ungkap Aji.

Selain itu, Aji juga suka menggambar sepatu. Tiap dibelikan buku gambar, ia selalu menggambar sepatu satu buku penuh. Kiprahnya di dunia sneakers dimulai dari menjadi supplier dan bahkan sempat menjadi penjaga toko sepatu di Plaza Semanggi, Jakarta Pusat.

"Itu di toko The Locker. Dari situ saya mulai kenal banyak orang di bidang sneakers dan mulai dapat tawaran untu mendesain sepatu. Saya juga kenal sama Sonny Dien, Godfather-nya sneakers Indonesia dan mulai merintis karier jadi desainer," kenangnya.

Karya Aji mulai mendapat perhatian luas sejak mendesain sepatu ARL yang menjadikan vokalis NOAH, Ariel, sebagai brand ambassador. Namun, pembuatan sepatu tersebut sempat terhambat karena belum ada pabrik yang mau memproduksi sepatu merek lokal yang belum dikenal.

Meski begitu, berbagai penolakan membawa Aji bertemu dengan Gunawan, seorang pemilik pabrik sepatu di Bandung yang bersedia memproduksi ARL. Keberhasilan ARL membuat Gunawan mulai menjalin kerja sama pada 2017 untuk membangun kembali brand Compass yang sudah dirintis Gunawan sejak 1998.

"Waktu itu pak Gunawan sudah hampir nyerah karena sering ditinggal rekan bisnisnya yang sudah sukses. Malahan istrinya sudah minta dia buat pensiun. Usaha terakhir pak Gunawan adalah berusaha menghidupkan kembali Compass karena ini adalah produksi dalam negeri dan diharapkan bisa sukses di negeri sendiri," tutur Aji.

3 dari 3 halaman

Masih Terus Mengeksplorasi

Diberi kebebasan penuh mulai dari mendesain sampai membuat strategi marketing, Compass mulai meraih sukses pada 2018.  Compass menawarkan sneakers yang tak kalah saing kualitasnya dengan produk luar negeri.

Mereka memakai material twill. Bahannya tidak setebal kancas dan lebih lentur jadi terasa nyaman dipakai. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah memperbarui siluet yang ada di desain sneakers, dengan sebutan Gazelle.

Sepatu Compass Gazelle didesain oleh Aji pada awal 2017. Aji memilih bahan upper canvas dan vulcanized sol yang dia anggap pas dengan siluet Gazzelle yang berkonsep modern tapi berkesan vintage.

Setelah 2017 merilis Gazelle, 2018 adalah momen Compass kembali “hidup”. Rebranding ini mampu menggebrak pasar sneakers lokal.

Tak puas dengan kesuksesan itu, Compass kembali berkolaborasi dengan seorang influencer Brian Notodihardjo atau akrab disapa Bryant. Kolaborasi dengan Bryant membuat pamor Compass semakin melambung sampai saat ini. Puaskah mereka dengan pencapaian ini?

"Belum, saya merasa desain saya belum bagus, saya merasa belum puas dengan desain saya. Masih banyak yang bisa dieksplor dan masih banyak ide-ide yang gila dan menarik yang bakal dikeluarin Compass," ucap Aji.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.