Sukses

Mengapa Tes Kepribadian Terasa Sesuai padahal Salah?

Setidaknya ada dua alasan seseorang percaya tes kepribadian yang padahal kurang tepat.

Liputan6.com, Jakarta - Betul banget sih. Itukah reaksi ketika membaca hasil tes kepribadian Anda? Kendati terasa sangat sesuai dan tepat sasaran, tapi pernahkah Anda mempertanyakan akurasi sebenarnya dari hasil tes tersebut?

Melansir dari Psychology Today, Jumat, 1 November 2019, asisten profesor psikologi Ouachita Baptist University, Amerika Serikat, Jennifer Fayard menuliskan, sebenarnya ada kemungkinan tas kepribadian tak akurat.

Ia pun menjelaskan setidaknya ada dua alasan secara psikologi yang mengarah pada anggapan tes kepribadian terasa sesuai, padahal tak sepenuhnya benar.

Cara memproses informasi yang kemudian menyimpulkan hasil

Salah satu alasan untuk menciptakan ilusi akurasi ini terkait konfirmasi yang bias, yakni saat kebanyakan orang percaya sesuatu benar, dalam hal ini tes kepribadian, seseorang akan mulai memfilter informasi sesuai asumsi tersebut.

Jadi, saat membaca tipe kepribadian, hasilnya terasa sangat merepresentasi sebagaimana merefleksikan si pembuat tes sangat tahu tipe kepribadian seseorang. Anggapan ini menciptakan cara memproses informasi dengan relevensi diri.

Sebuah studi yang dilakukan Bertram Forer pada 1949 sempat menunjukkan bahwa manusia kebanyakan punya ego untuk disukai dan dipuja orang lain, juga memiliiki tendensi untuk mengkritisi diri sendiri.

Lalu, faktor bias anggapan untuk memikirkan karakter, yakni saat deskripsi kepribadian tak sesuai, publik cenderung acuh dan hanya fokus pada beberapa yang dirasa pas dan sesuai atau elemen yang ingin dianggap sesuai.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dalam Kasus Mempercayai Hasil Tes Kepribadian yang Buruk

Hasil tes kepribadian buruk membuat diri sendiri terdengar lebih baik

Hasil positif hampir selalu diharapkan dalam tes kepribadian. Tapi, lewat sekian banyak studi, deskripsi, entah baik maupun sebaliknya, semua bisa diproses dengan hasil serupa.

Klasifikasi positif bisa ditelan, sementara hasil negatif dianggap sebagai cerminan umum sifat manusia yang tak sempurna. Secara tak langsung terefleksi dalam kondisi diri sendiri terdengar lebih baik dari hasil tes kepribadian.

Tapi, saat dipertanyakan apakah tes kepribadian tetap menarik untuk dilakukan, jawaban Jennifer adalah iya. Hanya saja tak bisa dijadikan patokan tunggal dalam hidup, apalagi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.