Sukses

Pesan Bijak Berplastik dalam Sepasang Busana Unik fBudi

Felicia Budi, Direktur Kreatif fbudi, mengaku kesulitan menentukan barang fesyen yang pas saat mengolah kain plastik.

Liputan6.com, Jakarta - Jangan asal memanfaatkan plastik. Meski bisa didaur ulang, penggunaannya tetap harus hati-hati agar tidak mencemari lingkungan.

Itu menjadi pesan penting yang disampaikan desainer Felicia Budi, pemilik dan Direktur Kreatif fbudi, saat mengolah kain berbahan plastik daur ulang. Ia mengaku butuh waktu lama untuk meraba-raba agar busana yang diciptakannya tidak menimbulkan masalah baru.

Tantangan pertama kain plastik adalah ketersediaannya terbatas. Karakter kain yang panas juga menjadi isu lain yang jadi bahan pertimbangannya. Di sisi lain, kain tak bisa sering dicuci lantaran risiko mikroplastik yang bisa menambah beban lingkungan.

Setelah memetakan seluruh masalah yang ada, Feli memutuskan untuk mengolah kain menjadi dua buah tas dan rok. Tas dan rok dianggap busana yang tidak perlu sering dicuci sehingga dampak lingkungannya bisa diminimalisir.

Sementara, bahan lainnya memanfaatkan kain dimpanan lama atau merombak ulang busana lama. Bucket hat yang dipakai Ayla Dimitri, misalnya, memanfaatkan kain celana koleksi lama. Sementara, bolero yang dipakai Kelly Tandiono adalah hasil kain perca kombinasi sutra, katun, serta kain sintetis.

"Saya ingin manfaatkan kain yang sudah ada sebisa mungkin. Kelly, misalnya, memanfaatkan perca, buatnya dibentuk di badan langsung," tutur Feli usai show di panggung Jakarta Fashion Week 2020, Jumat sore, 25 Oktober 2019.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tak Bisa Hitam Putih

Feli mengatakan pemanfaatan kain dari plastik daur ulang merupakan bagian dari upaya fesyen berkelanjutan. "Ini untuk mendorong sirkular fashion. Tadinya kita ambil, kita buat, pakai, buang. Kalau sirkular, kita buat lagi dari yang sudah ada. Sampahnya hilang dan enggak ambil material baru," ujarnya.

Meski ada desainer yang menganggap bisnis fesyen ramah lingkungan adalah menghindari pemakaian plastik sama sekali, Feli menilai tak bisa demikian. Pasalnya, kain berbahan serat alam sekalipun memiliki kelemahan lantaran penggunaan air yang tidak sedikit saat proses pembuatannya.

"Sustainability itu masalah keseimbangan. Bukan perihal hitam dan putih. Cara ini baik, cara itu enggak. Ini hal yang kompleks, jadi harus cari keseimbangannya," tutur dia.

Koleksi yang ditampilkan fbudi pada show Jumat sore itu adalah bagian dari kolaborasi Aqua dan beberapa label fesyen lainnya, termasuk Kanna dan Pijak Bumi. Danone-AQUA Brand Director Intan Kartika menyatakan, kolaborasi diperlukan mengingat masalah plastik tidak bisa diselesaikan hanya oleh satu pihak.

"Kita mengajak masyarakat semua berpartisipasi agar peduli terhadap lingkungan, termasuk mengurangi sampah plastik. Masalah kompleks yang butuh banyak kontribusi," ujarnya. 

3 dari 3 halaman

Perawatan Kain Plastik

Kini, banyak produsen memanfaatkan bahan plastik untuk pakaian, khususnya mass-fashion brand. Anda bisa mengenalinya lewat material poliester yang tertera dalam label pakaian.

Mengingat ada risiko lingkungan yang harus ditanggulangi, Anda tak bisa sembarangan mencucinya. Cara termudah merawat busana dari serat plastik adalah dengan mengikuti petunjuk pada label pakaian.

"Ada memang tas (laundry) yang bisa menampung partikel plastik, tetapi kan harus dipikirin setelah ditampung, terus mau diapakan? Kalau dari aku, yang mudah yang lihat care label... Kalau perawatan bener, sedikit bisa kurangi dampaknya," tutur Feli.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.