Sukses

Bekas Masker Sekali Pakai Undang Tumpukan Sampah Plastik

Produk masker sekali pakai makin banyak digemari. Tapi, tumpukan sampah yang dihasilkannya tak mudah didaur ulang.

Liputan6.com, Jakarta - Menjaga kelembaban kulit wajah dengan masker wajah sekali pakai adalah kebutuhan bagi setiap orang. Tapi tahukah Anda, bahwa masker wajah sekali pakai, bekasnya dan bungkusnya berperan tinggi dalam produksi sampah plastik?

Melansir dari Vogue pada Selasa, 15 Oktober 2019, seorang aktivis lingkungan dan pendiri Package Free Shop, Lauren Singer, mengumumkan bahwa masker lembaran tanpa sadar sama dengan tumpukkan sampah yang dikemas cantik.

"Masker adalah sampah, karena tiap lembarnya dibungkus plastik," kata Singer.

Yang kita tahu, seluruh kota telah melarang produksi sedotan dan kantong plastik, pemberontak kepunahan memprotes di London Fashion Week, beberapa rumah mode menjanjikan netralitas karbon dan masih banyak lagi aksi konservasi lingkungan. Tapi mengapa merek kosmetik gencar memroduksi masker sekali pakai yang bekasnya hanya akan menjadi sampah.

"Beberapa produk kecantikan seperti makser atau tisu rias sekali pakai menimbulkan sampah yang tidak perlu," kata Susan Stevens, pendiri dan CEO Made With Respect.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengancam Kehidupan Tanah dan Lautan

Stevens menjelaskan, kantong wadah masker biasanya merupakan kombinasi dari aluminium dan plastik yang tidak dapat didaur ulang. Lembaran plastik kaku di bagian dalam, kemungkinan tidak dapat diproses di pabrik daur ulang.

"Paling hanya berakhir di tempat pembuangan sampah, atau paling buruknya akan menggenang di lautan," kata Stevens.

Sedangkan maskernya, biasanya dibuat dengan campuran bahan sintetis, seperti nilon, serat mikro plastik, atau poliester. Menurut Jeannie Jarnot, pendiri Beauty Heroes mengatakan dengan jelas, "Itu sama seperti Anda meletakkan plastik cair jenuh di wajah Anda."

Bahkan, sampahnya tidak bisa dibuat kompos jadi harus masuk ke tempat sampah.

Untuk mengurai plastik butuh waktu panjang, hingga lebih 100 tahun. Tapi selama masa penguraian itu, plastik berubah menjadi mikroplastik berbahaya. Penelitian membuktikan bahwa mikroplastik berlimpah di air, udara, dan makanan yang kita makanan.

Sebagai pencegahan terjadinya kerusakan lingkungan, lebih baik mulai sekarang Anda bisa memilih masker berbahan organik. Anda juga disarankan membeli produk yang wadahnya dapat didaur ulang misalnya kardus. Langkah terakhir, membiasakan untuk tidak menggunakan bahan bioakumulatif seperti silikon, triclosan, dan triclocarbon, di kegiatan harian Anda. (Ossid Duha Jussas Salma)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.