Sukses

Menpar Targetkan Devisa dari Sektor Pariwisata Capai 20 Miliar Dolar AS

Menpar menargetkan pendapatan 20 miliar dolar AS untuk devisa pada 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Sektor pariwisata Indonesia telah berkembang dengan cukup pesat. Keputusan pemerintah untuk membuat 10 Destinasi Pariwisata Prioritas membuat kunjungan wisatawan semakin meningkat. Hal ini juga berpengaruh pada pendapatan negara.

Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya mengatakan dalam sambutannya di Seminar Rembuk Nasional Pariwisata Indonesia yang dilaksanakan pada Selasa, 15 Oktober 2019 di The Kasablanka, Jakarta Selatan bahwa keunggulan Indonesia ada pada pariwisatanya.

"Kalau ngomongin agrikultur, kita masih kalah sama Thailand. Ngomongin manufacture, belum ada yang bisa menyaingi Cina. Kita bisa jadi yang terbaik di mana? Saya jawab ke presiden bahwa Indonesia unggul di industri kreatif dan pariwisata ada di dalamnya," ujar Arief.

Hal ini terbukti dari peringkat pertama yang didapatkan Indonesia sebagai negara favorit ingin dikunjungi mengalahkan Thailand, Portugal dan Sri Lanka. Hasil ini didasarkan pada survei dari Conde Nest Travel. Total sudah terdapat 9,4 juta wisatawan mancanegara (wisman) yang berlibur ke Indonesia di 2019.

Angka tersebut belum mencapai target yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo yakni 20 juta wisman. Kendati demikian, target devisa negara yang didapatkan sudah terlampaui, bahkan melebihi devisa dari minyak kelapa sawit mentah.

Pada 2019, target devisa negara yang didapatkan dari sektor pariwisata adalah 20 miliar dolar AS dan menjadi penyumbang devisa terbesar. Angka ini meningkat cukup pesat sejak 2017 yang mendapatkan devisa sebesar 15,24 miliar dolar dan 2018 dengan 19,29 miliar dolar.

Hasil ini juga menunjukkan bahwa Indonesia mengalami pertembuhan pariwisata tercepat. Berdasarkan data dari World Travel and Tourism Council (WTTC) per September 2018, Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia Tenggara dan peringkat ketiga di Asia. Sedangkan untuk tingkat dunia, pertumbuhan pariwisata Indonesia mendapatkan peringkat kesembilan.

Tak main-main, Arief Yahya mengatakan dia akan terus mengencarkan promosi Indonesia ke mata dunia sembari memperbaiki berbagai fasilitas yang ada. Tak hanya itu, dia juga memantau perkembangan negara lain yang dianggap menjadi 'lawan' Indonesia dapat menggaet para turis, seperti Thailand dan Malaysia.

"Kenali dirimu, kenali musuhmu. Maka, kamu akan memenangkan perperangan," kutip Arief dari ungkapan Sun Tzu untuk menganalogikan strategi pengembangan pariwisata Indonesia.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masih Kalah dengan Vietnam

Sayangnya, Indonesia masih berada di bawah Vietnam terkait pertumbuhan investasi dan jumlah wisman selama beberapa tahun terakhir ini. Diketahui, persentase kenaikan jumlah investor masuk ke Indonesia adalah 12,58 persen, sedangkan Vietnam mencapai 19,90 persen.

Penyebab yang diungkapkan Arief karena Indonesia terlalu banyak regulasi sehingga menyulitkan para investor untuk datang. Hal tersebut sedikit banyak juga memengaruhi tingkat wisman yang datang, contohnya dalam hal mengurus visa.

"Aturan kita ribet, ada 20 ribu lebih. Soal regulasi, kita masih ada di peringkat 100 ke bawah dari 142 negara. Persaingan sekarang bukan soal besar mengalahkan yang kecil, tetapi siapa yang tercepat akan memakan yang lambat," katanya lagi.

Selain itu, dia mengatakan bahwa bencana alam dan pemilihan presiden menjadi faktor lain yang menyebabkan jumlah wisman belum mencapai target.

Ke depannya, dia mengharapkan semua sekolah pariwisata akan menerapkan standar global agar dapat bersaing dan meningkatkan kualitas yang ada, dimulai dari penerapan kurikulum dan sertifikasinya. "Kalau kita mau bersaing dengan global, standar kita juga harus global," tukas Arief. (Novi Thedora)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.