Sukses

Wanita Amerika Jatuh Koma Usai Oleskan Pencerah Wajah

Niat ingin mencerahkan kulit wajah, malah penyakit yang didapatkannya.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian wanita menginginkan wajah dengan warna kulit yang lebih cerah. Karenanya, banyak produk-produk pencerah wajah yang mengklaim bahwa mereka dapat membuat warna kulit naik satu tingkat. Termakan klaim yang ada, seorang wanita di California menjadi korbannya.

Dilansir dari South China Morning Post, 5 Oktober 2019, dia telah membeli krim pemutih wajah selama 12 tahun melalui temannya. Kali ini, krim yang dia beli adalah merek Pond’s Rejuveness yang diklaim dapat mencegah kerutan wajah. Produk itu disebut dibuat di Meksiko.

Setelah menggunakan krim ini, tiba-tiba wanita tersebut tak bisa berucap dengan jelas, merasakan tangan dan wajahnya dan tidak bisa jalan. Saat dibawa ke rumah sakit, dia didiagnosa mengalami semi-koma, dan kini terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit.

Setelah ditelusuri, penyebabnya adalah krim wajah yang selama ini dia gunakan. Ternyata, krim tersebut mengandung bahan kimia berbahaya yakni merkuri.

Biasanya, merkuri terdapat pada barang-barang seperti baterai, termometer dan kaca. Eksposur ke tubuh dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, penglihatan dan sensor motorik.

Dalam kasus wanita berusia 47 tahun ini, ditemukan ada 12 ribu ppm (part per milion) merkuri pada krim wajah yang dia gunakan. Berdasarkan standar yang ada, kandungan merkuri maksimal adalah 65 ppm. Bahan tersebut terserap ke dalam tubuh, dan dalam darahnya ditemukan lebih dari 2,6 ribu mikrogram merkuri per liter. Padahal, batas aman merkuri dalam tubuh hanya lima mikrogram per liter.

Menurut Bhavna Shamasunder, profesor di Occidental College, Los Angeles, merkuri yang digunakan ke produk pencerah kulit memang bisa memberikan kesan wajah lebih cerah karena bahan ini menghilangkan pigmen kulit, yang diketahui sebagai pemberi warna pada kulit. 

Pihak Pond’s yang dinaungi oleh Unilever mengatakan bahwa produk mereka tidak ada yang menggunakan merkuri. Saat ini, mereka bekerja sama dengan pihak berwajib untuk menginvestigasi kasus tersebut. Namun, diduga produk kecantikan yang menyebabkan wanita tersebut lumpuh adalah produk yang dijual ilegal dan tidak melewati uji laboratorium dari badan pengawasan Amerika Serikat.

"Pihak pengawasan Amerika Serikat sangat lalai terhadap produk kecantikan. Peringatan dan pembuktian harus dilakukan saat sudah ada korban," ujar Bhavna.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tertekan Standar Kecantikan

Produk pencerah wajah adalah produk yang populer di kalangan masyarakat dunia. Berdasarkan prediksi dari Global Industry Analyst, pasar ini akan meningkat keuntungannya menjadi 31,2 juta dolar atau setara dengan Rp441 miliar pada 2024.

Iklan yang menampilkan bahwa produk pencerah wajah dapat menghilangkan flek dan meningkatkan warna kulit membuat banyak orang merasa butuh menggunakan produk tersebut. Hal ini tak lepas dari adanya budaya orang yang berkulit putih dapat meningkatkan status sosial seseorang.

Berdasarkan survei dari World Health Organization (WHO), hampir 40 persen wanita di Taiwan, Hong Kong, Malaysia, Filipina dan Korea Selatan mengaku menggunakan produk pencerah kulit. Di Afrika, mereka menemukan 25 persen wanita yang menggunakannya. Tapi, di Nigeria, 77 persen penduduk wanitanya menggunakan produk kecantikan ini.

Di Amerika, ada beberapa etnis tertentu yang lebih banyak menggunakan ini, yakni etnis Latin dan Hmong yang dikenal memiliki warna kulit lebih gelap. Produk-produk berbahaya ini juga lebih banyak ditemukan di toko sekitar tempat tinggal etnis tersebut. Tapi, ada juga yang membeli secara online.

Beberapa tahun belakangan, Dinas Kesehatan California telah berupaya untuk mengedukasi masyarakat dan penjual tentang bahayanya penggunaan produk kecantikan ilegal. Salah satu caranya adalah melatih relawan di komunitas kesehatan untun mensosialisasikan kepada mereka.

Hanya saja, kebanyakan produk ilegal ini didapatkan oleh masyarakat dari kerabat dekat, bukan dari pembelian toko. Menurut Tracey Woodruff, profesor dari University of California, pengguna merasa produk tersebut terpercaya karena diberikan langsung oleh pihak keluarga.

"Banyak orang yang marah dan mengatakan bahwa produk pencerah ini tidak berdampak buruk pada tubuhnya. Tapi, ada juga yang langsung kaget dan memberikan krimnya kepada kami," tutur Sandra Garcia, anggota komunitas kesehatan yang membantu survei. (Novi Thedora)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.