Sukses

Tas Kulit Kayu nan Ramah Lingkungan dari Poso

Tak kulit kayu diproduksi dengan misi mengubah citra Poso sebagai daerah rusuh dan sarang teroris.

Liputan6.com, Jakarta - Banyaknya permasalahan lingkungan di dunia seharusnya membuat sadar untuk tidak merusak alam lagi. Komunitas Cinta Bumi Artisans menciptakan inovasi terbaru berwujud tas ramah lingkungan yang dibuat dari bahan kulit kayu.

Bahan utama tas tersebut adalah kulit kayu pohon Bea atau dikenal pula dengan nama Saeh yang dimanfaatkan tanpa membunuh pohon induknya. Kulit pohon itu juga disebut kain tapa di Lembah Bada, Poso, Sulawesi Tengah.

"Awalnya saya riset resort, tapi ternyata jatuh cinta sama kerajinan tangan di Poso ini," kata Novieta Tourisia, Pendiri Komunitas Cinta Bumi Artisans kepada Liputan6.com, Kamiss, 3 Oktober 2019.

Lulusan akademi pariwisata itu tak sengaja menekuni usaha tas kulit kayu. Lima tahun lalu, ia mengunjungi Poso untuk riset. Ia menemui ibu-ibu di kabupaten itu terampil membuat kerajinan tangan dari bahan kulit. Sayang, produk yang dihasilkan tidak terpasarkan dengan baik.

Novieta akhirnya menjalani bisnis tersebut dengan lebih serius. Mulai 2013, ia mengajak perajin kulit kayu di pelosok Poso untuk bekerja sama. Tak hanya sekadar memperoleh barang bagus, ia juga ingin mengubah citra Poso yang selama ini dikenal sebagai sarang teroris dan daerah rusuh.

Bukan perkara mudah meyakinkan para perajin untuk bergabung. Ia butuh pendekatan intensif hingga akhirnya tas ramah lingkungan yang diinginkannya bisa diluncurkan perdana pada 2015. 

 

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lintas Provinsi

Menurut Novietaa, hanya dua perajin yang mau bekerja sama pada awalnya. Tapi kini, sudah 29 perajin terlibat di Cinta Bumi Artisans. 

Waktu pengerjaan tas kulit kayu biasanya menghabiskan rata-rata dua bulan yang dimulai dari pembuatan kulit kayu, pewarnaan, hingga penjahitan. Perajin Poso hanya diminta membuat kulit kayunya saja, sedangkan proses desain dan penjahitan dilakukan oleh empat perajin di Ubud dan Denpasar, Bali. Tempat itu menjadi base camp utama Cinta Bumi Artisans.

Harga tas kulit kayu ini dibanderol dari mulai harga Rp300 ribu hingga Rp1 juta. Selain memproduksi tas kulit kayu, perusahaan lokal itu juga menciptakan inovasi eco-print pada media kain, tas kulit kayu, dan water paper untuk dibuat jurnal.

Berbagai daun alami dicetak di atas kain, kemudian direbus dan dibiarkan agar warna asli dari daun tersebut menyatu dengan bahan dasarnya. Contohnya daun jati yang menghasilkan warna ungu dengan bentuk daun yang lebar, serta daun jambu yang menghasilkan warna kuning dengan bentuk daun menyirip.

"Saya ingin semua orang bisa sayang lingkungan," kata Novieta. (Ossid Duha Jussas Salma)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.