Sukses

Pangeran Harry Mengulang Jejak Putri Diana di Bekas Ladang Ranjau Darat Angola

Putri Diana sempat mencuri perhatian dunia saat berjalan di ladang ranjau darat, 22 tahun lalu. Kini, Pangeran Harry mengulanginya.

Liputan6.com, Jakarta - Kemana pun pergi, sorotan nyaris selalu tertuju kepada keluarga Kerajaan Inggris. Begitu pula dengan Pangeran Harry saat tiba di Angola. Ia memanfaatkan sorotan media itu untuk kembali membangkitkan kesadaran tentang bahaya ranjau darat.

Ia mengikuti jejak yang ditinggalkan sang ibunda, Putri Diana yang pada 22 tahun lalu berjalan di ladang ranjau di Dirico, Angola. Saat itu, Harry mengenakan baju safari berwarna cokelat lengkap dengan masker yang melindungi seluruh wajahnya.

"Mengikuti jejak Ibu saya, perjalanan ini luar biasa yang sangat menyentuh. Kalau saja 20 tahun yang lalu beliau tidak melakukan aksinya, mungkin tempat ini tetap menjadi daerah ranjau. Melihat ini, banyak komunitas yang berkembang dan sangat luar biasa," kata The Duke of Sussex yang diunggah lewat akun Instagram @sussexroyal, 27 September 2019.

Bersama dengan lembaga swadaya masyarakat The HALO Trust, putra bungsu Pangeran Charles itu ikut menjadi relawan dalam memberantas ranjau darat di beberapa daerah, agar masyarakat setempat bisa beraktivitas dengan nyaman.

Dilansir dari laman The United Nations Office at Geneva, sebanyak 122 negara menandatangani Ottawa Treaty, perjanjian yang melarang penggunaan ranjau darat dalam produksi dan penimbunan. Itu adalah hasil upaya Putri Diana sebelum kematiannya dalam memberikan sosialisasi tentang ranjau darat.

Melansir dari akun Instagram keluarga Susex, Ayah dari Archie Harrison ini menyebutkan bahwa ranjau darat adalah 'bekas luka' perang yang tidak bisa disembuhkan. Harry juga mengatakan, isu ranjau darat di Angola ini tidak banyak diketahui masyarakat global tetapi isu tersebut harus jadi perhatian karena menyangkut kemanusiaan.

Upaya mengkonservasi ladang ranjaut memberikannya kesempatan unik untuk bertemu, mendengar dan belajar dari orang-orang yang hidup dengan kondisi terberat. "Saya berharap, hak istimewa yang saya dapatkan bisa saya gunakan dengan bijak," ungkap Harry, dilansir dari laman Telegraph, Minggu, 29 September 2019.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Suarakan Masalah Lingkungan

Pangeran pemilik nama lengkap Henry Charles Albert David ini menyatakan, bahwa terdapat banyak aset berharga di alam Afrika. Tapi, banyak yang tak termanfaatkan gara-gara dieksploitasi dari pihak yang tidak bertanggung jawab dan menyebabkan kerusakan lingkungan.

Pangeran yang beberapa waktu yang lalu mendapat kritik karena menggunakan jet pribadi ini mengaku belum sempurna. Tapi, ia ingin menyorot bencana lingkungan seperti penangkapan ikan berlebihan, pemburuan gajah dan badak, dan perusakan hutan di daerah yang dikunjunginya.

Bukan hanya Pangeran Harry, istrinya Meghan Markle juga tak kalah aktifnya menanggapi isu sosial tentang perempuan yang ada di Afrika di wilayah berbeda. Bersama dengan CAMA(Campaign for Female Education) ia memberikan penyuluhan untuk semua wanita muda di Afrika.

Permasalahan yang dihadapi wanita di Afrika adalah susahnya pendidikan. Banyak di antara orangtua mereka tidak mampu membayar uang sekolah dan membeli peralatan sekolah sehingga mereka memilih untuk tidak sekolah. Sebagian orangtua mencari jalan keluar dengan menikahkan anak-anak mereka.

Pasangan Sussex benar-benar membantu, setelah menggabungkan CAMA untuk bergabung ke dalam Queen’s Commonwealth Trust. Bantuan biaya pendidikan dan peralatan sekolah memudahkan wanita muda di Afrika. Setelah perjalanan ini, mereka kan bertemu di Johannesburg untuk berkumpul lagi sekaligus mengakhiri tur kerajaannya. (Ossid Duha Jussas Salma)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.