Sukses

3 Brand Otak-atik Batik Marunda agar Lebih Kekinian

Batik marunda mengusung motif yang dekat dengan Jakarta, termasuk motif bebek.

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta yang dikenal sebagai kota metropolitan, sebenarnya menyimpan banyak kekayaan budaya. Salah satunya adalah Batik Betawi. Namun, batik ini bisa dibilang kalah pamor dengan batik dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dalam Batik Betawi ini, motif yang diunggulkan adalah ondel-ondel dan tugu monas yang merepresentasikan budaya Jakarta. Merasa masih ada nilai yang bisa dibawa, Yayasan MEEK Nusantara yang merupakan yayasan sosial mencoba menggali lebih dalam budaya Jakarta yang lain agar dapat dikenali masyarakat.

Salah satu caranya adalah dengan menggunakan motif batik yang dibuat oleh masyarakat di Rusunawa Marunda. Hal ini disampaikan pada acara Menyentuh Hati, Mengubah Hidup yang dilaksanakan di La Moda, Plaza Indonesia, Jakarta Pusat pada Jumat (27/9/2019).

Yayasan MEEK Nusantara memang sudah menaungi masyarakat di Rusunawa Marunda sejak 2013. Bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta, mereka memfasilitasi transformasi Marunda yang masyarakatnya merupakan warga relokasi akibat banjir besar di Pluit pada 2013 agar bersih, indah, sehat dan peduli.

"Mau membentuk mentalitas yang kaya, dengan arti memiliki mental pemenang dan berdikari," ujar Mieke Kolonas, Wakil Ketua Yayasan MEEK Nusantara.

Berlandaskan visi yang ada, mereka ingin memberdayakan masyarakat, terutama ibu dan anak di Rusunawa Marunda, dengan mengajari mereka membuat kain batik tulis yang dapat dipasarkan luas. Setelah enam tahun berdiri, Yayasan MEEK Nusantara mencoba mencari cara baru untuk memperkenalkan Batik Marunda ke kalangan yang lebih luas lagi, yakni dengan mengajak desainer mode Indonesia untuk berkolaborasi.

Beberapa desainer dan brand yang diajak adalah (X).S.M.L, SAMASAMA dan Mira Hadiprana for Indonesia. Brand tersebut diajak untuk mengombinasikan pakaian ready to wear dengan Batik Marunda. Selama ini, batik kerap digunakan hanya dalam kegiatan formal atau adat.

Ketiga brand ini digaet karena sudah akrab di kalangan anak muda, sehingga dirasa cocok untuk mengenalkan pakaian trendy, modis dan megusung nilai budaya Jakarta. Terlebih, tidak ada batasan atau larangan khusus dari setiap motif kain sehingga bisa digunakan kapan saja dan dimana saja.

"Awalnya ragu, belom pernah memegang batik. Tapi kita kan fearless, kita coba lihat dulu. Kebetulan banyak warna hitam putih yang sesuai dengan kita. Selama 20 tahun berkarya, kami coba memadukan heritage Indonesia yg kaya dan inovatif," ujar Jun Mardi, CEO brand (X).S.M.L.

Desainer Mira Hadiprana merasa bahwa Batik Marunda adalah batik 'zaman now', sehingga ketika orang memakainya, akan ada rasa berbeda karena motifnya yang jarang ditemui.

"Setiap desainer Indonesia pasti punya satu kerinduan, ingin budaya Indonesia yang bisa masuk dalam desain. Kenapa? Supaya kita semakin cinta bangsa kita. Dengan apa yang kita pakai, itu adalah sebuah deklarasi bahwa saya cinta dengan bangsa saya," tutur Mira lagi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengusung Motif Flora dan Fauna

Motif yang diangkat dalam koleksi kali ini adalah flora dan fauna khas Jakarta. Mira Hadiprana yang sekaligus menjabat sebagai sekretaris Yayasan MEEK Nusantara mengatakan ide ini diinisiasi oleh Veronica Tan, pendiri dari Batik Marunda.

"Dia mau membuat batik yang betul-betul khas Jakarta. Jadi digali, kira-kira itu apa sih floranya gitu," ujar Mira yang sekaligus menjabat sebagai sekretaris Yayasan MEEK Nusantara.

Bunga melati, kembang telang dan anggrek adalah motif yang digunakan untuk jenis floranya. Sedangkan untuk motif fauna, terdapat motif bebek, ikan hiu dan burung kipasan. Motif ini dipilih karena melihat Jakarta banyak menyimpan kekayaan spesies flora dan fauna tersebut. Seperti burung kipasan yang banyak terdapat di Pulau Seribu.

"Nggak pernah kan ada bebek yang masuk ke dalam batik," ujar Mira.

Motif-motif tersebut digambar oleh perancang busana lokal, Wendy Sibarani dan dibantu pewarnaannya oleh ibu-ibu dari Rusunawa Marunda. Terdapat 36 koleksi pakaian dari tiga desainer yang hadir dalam kolaborasi dengan Batik Marunda ini.

Hasil lelang dari pakaian ini akan digunakan sebagai dana tambahan kepada pembatik, membeli alat dan bahan seperi pewarna kain dan program pemberdayaan ibu dan anak lainnya. Sejauh ini, Yayasan MEEK Nusantara telah memberikan pendidikan kepada anak melalui pengajaran menggambar, bernyanyi, bermain angklung dan olahraga. (Novi Thedora)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.