Sukses

Kuil-Kuil di Jepang Tawarkan Sensasi Menginap bagi Para Turis-Turis Kaya

Harga menginap di salah satu kuil di Jepang mencapai Rp128 juta semalam.

Liputan6.com, Jakarta - Menginap di kuil-kuil Jepang telah menjadi aktivitas yang populer di kalangan wisatawan mancanegara ketika perusahaan mencari cara-cara inovatif untuk bertahan hidup di tengah penurunan populasi dan menurunnya jumlah umat Buddha di negara itu.

Di kuil, para tamu dapat bermeditasi dan membuat salinan sutra Buddha dengan tulisan tangan menggunakan kaligrafi Jepang.

"Pengaturannya sangat bagus dengan suara hujan," kata warga Norwegia Viral Shah, 31, yang memilih untuk bermeditasi di sebuah kuil di Gunung Koya, sebuah situs warisan dunia UNESCO di Prefektur Wakayama, seperti dikutip dari Japan Times, Kamis, 12 September 2019.

Menurut Badan Pariwisata Jepang, 80 persen dari mereka yang tinggal di penginapan di Gunung Koya berasal dari negara-negara Barat. Namun, hanya sekitar 300 penginapan kuil yang tersedia di seluruh negeri.

Dalam upaya untuk mengenalkan pengunjung dengan budaya Jepang, organisasi nirlaba Nippon Foundation yang berbasis di Tokyo dan beberapa kuil di Kyoto bersama-sama mendirikan proyek Iroha Nihon, yang menargetkan turis asing kelas atas.

Proyek ini bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman tentang Jepang dan apresiasi terhadap properti budaya melalui berbagai program, seperti nyanyian sutra dan upacara minum teh di kuil-kuil yang biasanya tertutup untuk umum.

Sejak September 2016, Kuil Kyoto Shinnyoji, Kaihoji, Eimei-in, Daiji-in dan Kounji sudah menawarkan penginapan kepada pengunjung dengan harga 150 ribu yen per malam atau setara Rp19 juta. Sejauh ini, 148 kelompok yang berjumlah 476 orang telah tinggal di kuil-kuil itu.

"Banyak orang bertanya kepada pendeta tentang meditasi dan topik lain dengan minat yang tinggi," kata organisasi nirlaba Kyoto Culture Association, yang menjalankan proyek tersebut.

Sejak Mei 2018, situs warisan dunia lain Ninnaji, sebuah kuil Buddha yang didirikan pada 888 di Kyoto oleh Kaisar Uda, juga telah menerima tamu di Shorin-kediaman kayu yang telah direnovasi di lahan kuil dengan harga 1 juta yen per malam atau setara Rp128 juta.

Para tamu dapat menyewa kamar bergaya kekaisaran selama tiga jam dan menikmati mendengarkan gagaku, sejenis musik istana Jepang kuno, serta nyanyian Buddha Shomyo. Mereka juga dapat belajar tentang lukisan di pintu geser fusuma. Meskipun harganya mahal, penginapan ini tetap populer di kalangan pelanggan, dengan sembilan kelompok, berjumlah 48 orang, menghabiskan malam di kuil sejauh ini.

"Merupakan suatu kemewahan untuk dapat memiliki kesunyian untuk diri sendiri," komentar seorang pengunjung. Catatan lain, “Mampu menginap di kuil dengan sejarah 1.000 tahun sangat mengharukan.”

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Biaya Besar untuk Memelihara Kuil

Jepang menjadi rumah bagi sekitar 30 ribu properti budaya dan kekayaan nasional. Maka itu, seorang pejabat Ninnaji mengatakan, dibutuhkan  biaya besar untuk melestarikan dan memelihara kuil. "Sumbangan tidak cukup memadai, jadi program kami juga bertujuan untuk mendapatkan pendanaan melalui layanan penginapan," katanya.

Ninnaji dan lima kuil Kyoto lainnya berencana untuk membagikan sebagian dari pendapatan dari akomodasi untuk pemulihan aset budaya yang dilanda bencana.

"Kami ingin membuat kerangka kerja di Kyoto dan Nara (Prefektur), kemudian memperluas ke 100 lokasi di seluruh Jepang," kata Yayasan Nippon tentang masa depan proyek Iroha Nihon.

Terahaku.jp, situs web yang menyediakan penginapan untuk kuil, juga dibuka musim panas lalu. Ini menawarkan pilihan sekitar 30 kuil di daerah-daerah di seluruh negeri. Salah satu penginapan tersebut adalah Tsushima Seizanji di Prefektur Nagasaki, sebuah kuil yang terletak di pulau Tsushima di Laut Jepang sekitar 50 kilometer dari Semenanjung Korea.

"Sekitar 3.000 orang datang berkunjung setiap tahun, di mana kelompok-kelompok wanita Korea Selatan berjumlah sekitar setengahnya," kata seorang pejabat kuil Tsushima.

Kuil-kuil lain yang terdaftar di Terahaku adalah Fugen-in di timur laut Prefektur Aomori. Tempat itu memiliki keunikan lantaran hidangan laut yang disajikan, termasuk tuna, ditangkap oleh salah satu umat umat Buddha di kuil itu. "Kami memiliki sekitar dua kelompok wisatawan mancanegara per bulan," kata seorang pejabat.

"Ketika jumlah umat Buddha berkurang, beberapa kuil telah beralih ke penginapan di kuil," kata seorang pejabat operator Terahaku, Waqoo Co, sembari menyatakan pihaknya akan menggenapkan 100 pilihan tempat menginap di kuil hingga akhir tahun ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.