Sukses

Kemenpar Apresiasi Bird Watching Rhepang Muaif

Eksotisme alam Papua memang tak terbantahkan. Selain kaya akan budaya, Papua juga memiliki berbagai destinasi yang indah. Salah satunya Pusat Wisata Bird Watching

Liputan6.com, Jakarta Eksotisme alam Papua memang tak terbantahkan. Selain kaya akan budaya, Papua juga memiliki berbagai destinasi yang indah. Salah satunya Pusat Wisata Bird Watching atau pemantauan burung cenderawasih di Kampung Rhepang Muaif, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, Papua.

Banyak wisatawan penasaran dan menyempatkan diri datang ke lokasi Bird Watching. Tak terkeuali Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani. Usai menghadiri pembukaan Festival Budaya Lembah Baliem 2019, ia pun meluncur ke sana.

Rizki datang didampingi pengelola Bird Watching Alex Waisimon, serta Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jayapura, Joko Sunaryo. Tiba di hutan, mereka harus masuk ke dalam dengan berjalan kaki. Sekitar 15 menit kemudian, mereka pun sampai di salah satu pos pemantauan burung cenderawasih.

Pos pantau dibangun menggunakan bahan dari kayu, dengan ketinggian sekitar 8 meter. Rombongan menaiki tangga pos dengan berhati-hati. Setelah kegiatan pemantauan di pos itu selesai, rombongan melanjutkan perjalanan ke pos lain yang terdapat di kawasan tersebut.

Pengelola Bird Watching Alex Waisimon mengatakan, sejak tahun 2015 ia dan rekan-rekannya berusaha menghadirkan inovasi penyelamatan lingkungan di Papua. Ia pun berhasil mengajak warga menghentikan pembalakan hutan secara liar, dengan membuka destinasi wisata pemantauan burung cenderawasih ini.

"Kawasan seluas 19.000 hektar ini adalah sebuah hutan yang menjadi tempat bermukimnya 58 jenis burung. Dari puluhan jenis burung tersebut, terdapat delapan jenis cenderawasih yang sudah langka di Papua. Selain cenderawasih, wisatawan juga bisa melihat kasuari, mambruk, buaya, dan lain-lain,” ujarnya.

Menurutnya, wisatawan yang biasa berkunjung ke sini adalah turis mancanegara. Mereka adalah para peneliti, fotografer, dan penikmat alam. Mereka biasanya menginap, karena pengelola memang menyediakan fasilitas penginapan. Saat ini, tersedia 18 kamar dengan daya tampung dua orang per kamar.

Alex mengungkapkan, kehadiran Bird Watching ini memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat adat yang memiliki kawasan hutan. Untuk setiap paket wisata dikenakan biaya Rp1,3 juta/orang/malam. Biaya itu sudah termasuk guide dan makan.

"Kami melibatkan warga setempat menjadi pemandu wisata ke lokasi untuk melihat burung cenderawasih. Ada juga staf penginapan dan penjual aneka kuliner khas Papua. Mereka tak perlu lagi menebang kayu dan dijualnya kepada perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan uang," tutur Alex.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jayapura Joko Sunaryo menyatakan, hadirnya wisata Bird Watching ini membuat warga dan wisatawan tak perlu lagi ke Kepulauan Yapen untuk melihat burung cenderawasih.

“Kami sangat mengapresiasi Bird Watching ini. Semoga pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pariwisata turut mendukung keberadaan destinasi tersebut,” harapnya.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menjelaskan, Papua memang sangat cocok sebagai daerah ekowisata. Ini adalah spesial interes, dimana para pecinta alam bisa menikmati beragam flora dan fauna dengan puas. Belum banyak orang yang membeli paket wisata seperti ini, meskipun sebenarnya sudah lama ada.

"Kita sangat apresiasi upaya Pak Alex. Bagaimana pun, beliau sudah bekerja keras untuk membangun tempat ini demi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Potensinya sangat besar sekali,” jelasnya.

Atas jasa-jasanya, Rizki mengusulkan Alex Waisimon untuk mendapatkan UNWTO Award, karena sejarah yang dibuat dengan komunitasnya. Serta gagasan-gagasan lain yang akan dikembangkan ke depan.

“Kita akan bantu promosikan Bird Catching ke spesial interest market. Seperti Jepang, Eropa, dan Singapore yang punya minat dengan wisata seperti ini,” ungkapnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, peran pemerintah daerah sangat dibutuhkan dalam mengembangkan destinasi ini. Kalau ini sudah disebut zona wisata, tentunya harus dijaga dan terus dikembangkan.

“Dari Kementrian Pariwisata, nantinya bisa dikoordinasian pada bidang destinasi. Biasanya akan ada dana alokasi khusus untuk membantu pengembangan destinasi wisata sesuai dengan karakter daerah ini,” terangnya.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini