Sukses

3 Destinasi Wisata Alam Kulonprogo Jadi Lokasi Favorit Turis Milenial

Senyuman Suko Hadi merekah ketika wisatawan datang memajang hasil teh di kebunnya dan ratusan petani di Girimulyo dan Samigaluh, Kulonprogo.

Liputan6.com, Yogyakarta - Senyuman Suko Hadi merekah ketika wisatawan datang memajang hasil teh di kebunnya dan ratusan petani di Girimulyo dan Samigaluh, Kulonprogo. Dua kecamatan ini menjadi duta teh Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di dusun Nglinggo, Samigaluh, Kulonprogo.

"Ya kita satu-satunya kebun teh di Yogyakarta dan juga sekaligus termasuk kampung wisatanya," kata Suko Hadi yang merupakan pengelola Kampung Teh Ki Suko Nglinggo Kamis 25 Juli 2019.

Suko mengatakan, kebanyakan yang datang ke kebun teh Nglinggo ini adalah para wisatawan milenial. Tidak hanya kaum milenial domestik saja, tapi juga dari mancanegara.

"Seperti dari Prancis, Jerman. Tadi dari Jerman, Inggris banyak lah ya sudah ada kalau 23 negara berkunjung ke sini dalam beberapa bulan saja," ujar dia.

23 wisatawan mancanegara itu banyak dari kalangan milenial yang ingin belajar dan merasakan teh Menoreh buatan Kampung Teh Ki Suko. Beberapa tokoh luar negeri juga datang untuk mengetahui Teh Ki Suko.

"Salah satu keluarga kerajaan Inggris datang ke sini. Ya itu bibi dari Pangeran Charles. Orang Inggris itu kalau sama teh suka banget. Mereka datang langsung ke sini yang daerahnya mblusuk (jauh)," ungkapnya.

Biasanya, kebanyakan wisatawan milenial datang ke sana untuk menjadikan pemandangan alam sebagai latar belakang foto mereka. Namun banyak juga kalangan milenial yang datang karena ingin belajar soal teh.

"Sekarang kalau hanya view saja masih harus ditambah ya. Kami ada risetnya. Itu yang membuat ribuan kilometer jauhnya dari sini mau datang, karena apa karena ada risetnya, kita ada lho," katanya.

Hasil riset yang dilakukannya bersama para petani teh di Kulonprogo ini membuahkan hasil yang maksimal. Sebab, banyak para milenial mengetahui dari media online yang tersebar di internet.

"Kalo jual view mungkin Sabtu-Minggu yang ramai. Tapi kalau ada riset, hari biasa pun juga ramai. Ini yang kami bangun, jadi mereka dapat nilai ketika datang ke sini," katanya.

Wisatawan di Kampung Teh Ki Suko Nglinggo. (Liputan6.com/Yanuar)

Luca, salah satu milenial asal Jerman, mengaku datang ke Kampung Teh Ki Suko setelah mengetahuinya dari internet. Ia pergi jauh ke Yogyakarta untuk mengetahui sensasi rasa teh dan pemandangannya.

"Saya ke sini dari Jerman, Jakarta ke Yogyakarta. Tadi dari hotel ke sini dua jam perjalanan, pakai motor. Teh Ki Suko masuk dalam list kami, besok kami ke Bali. lalu ke Jakarta untuk kembali ke Jerman," katanya.

Memilih Kampung Teh Ki Suko ke dalam list liburannya karena telah mengetahui tentang perjuangan dan seluk beluknya. Menurutnya nilai yang diperjuangkan Ki Suko untuk petani teh di Menoreh harus diapresiasi.

"Kita tahu juga kalau dia sebelumnya juga bankir. Kita membacanya, semuanya ada di sana (internet)," katanya.

Ia pun juga merasakan teh hasil karya invoasi Ki Suko yaitu Green Tea Menoreh. Menurutnya minum teh menjadi pengalaman yang unik bagi wisatawan milenial seperti dirinya.

"Ini pengalamanpertama kali minum teh yang fresh dari kebun. Menarik untuk kami lakukan. Karena belum pernah minum teh dengan cara di sini," ungkap Luca.

Kampung wisata Nglinggo telah menjadi salah satu dari tiga destinasi wisata alam di Kulonprogo. Dua lainnya adalah sebagai berikut:

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kalibiru Tetap Jadi Pilihan

Obyek wisata lainnya yang masuk dalam kategori pilihan para milenial domestik dan manca yaitu Kalibiru. Kalibiru hingga kini sudah dikunjungi wisatawan milenial mancanegara dari 14 negara.

"Pengunjung kami anak mudanya 70% di Kalibiru. Paling banyak memang," kata Sudadi pengelola obyek wisata Kalibiru.

Sudadi mengatakan Kalibiru pernah mencapai rekor dikunjungi oleh para wisatawan dalam sehari mencapai 7 ribu orang saat pergantian tahun 2016 lalu. Kunjungan wisatawan pertahun pernah mencapai 70-an juta.

"Tahun 2010 -2014 naik pengunjung. 2015 ada 19 juta sekian lalu 2016 itu 70-an juta sekian pertahunya," katanya.

Peningkatan jumlah pengunjung dari tahun 2010 sebagai tahunpertama Kalibiru naik tajam di tahun 2014 setelah memenangkan lomba Wana Lestari 2014. "Kami juara satu nasional dan kementerian masuk kesini dan dibantu untuk promosikan. Promo kami hanya medsos aja lalu dari satu pengunjung lalu diketahui banyak orang. satu orang foto lalu disebar lagi dan akhirnya booming," katanya.

Kini perkembangan Kalibiru tetap menjadi pilihan wisatawan yang datang ke Yogyakarta. Sebab, sebagai pengelola terus memperbaharui spot foto yang ada demi layanan terbaik bagi pengunjung.

"Spot foto awalnya satu flying fox satu spot. Lalu 2012 ada High Rope Game dan sudah ada wifi free hotspot. Sekarang ada 10 spot dengan 2 permainan High Rope anak dan dewasa, yang baru ada sepeda dan Gantole dan lebaran kemarin ada spot panggung," katanya.

Menurut Sudadi, para pengunjung wisatawan manca yang datang ke Kalibiru kini mencapai 45%. Hal ini tidak jauh dari wisatawan domestik.

"Bulan puasa ini ada kenaikan harapan kami bandara baru Kulonprogo (YIA) dapat menambah pengunjung kami. Wisman 45% sudah dari beberapa negara Malasysia dan Singapura setidakna ada 14 negara kesini," katanya.

Menurutnya Kalibiru tetap menjadi pilihan para wisatawan khususnya milenial karena menyuguhkan pemandangan yang tidak ada duanya. Terlebih, konsep spot foto dengan latar pohon dan alam dimulai dari Kalibiru.

"Mau mengakui atau tidak sekarang mendunia spot selfi itu yang mengwali itu kami. Tapi kami tidak klaim lho, tapi kami yang yang memulai," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Kedung Pedut

Namanya mulai dikenal para milenial di tahun 2018 lalu. Para milenial hingga kini masih membanjiri obyek wisata kedung Pedut di Desa Kembang, Jatimulyo, Girimulyo, Kulonprogo. Kini Kedung Pedut juga dikunjungi para milenial manca negara.

"Kami sudah dikunjungi oleh 14 negara yang datang ke kami," kata Sarijo Kepala Desa Kembang.

Menurutnya Kedung Pedut memiliki daya tarik sendiri yaitu suasana alam yang terjaga dengan obyek wisata sungai yang memiliki warna yang berganti-ganti mulai dari putih jernih hingga biru toska.

"Sekarang warnanya hijau," katanya.

Kedung Pedut dapat dirasakan pengunjung milenial manca karena menawarkan sensasi keramahan warga dan terjaganya alam obyek wisata. Tidak jarang 9 rumah warga yang kini dipakai untuk homestay menjadi tempat wisman itu menginap.

"Sungai memiliki beberapa spot tapi mereka tamu manca banyak yang menginap di desa. Tamu Thailand, Turki, malaysia apalagi, China dan Amerika nginep di sini," katanya.

Menurutnya Kedung Pedut mulai dikenal karena keberadaan media sosial dan onliney yang menyebarkan keindahan alamnya. Terbukti para tamu manca ini mengetahui dari beberapa artikel yang mengulas Kedung Pedut.

"Alaminya terjaga. jadi kebersihan menjadi sangat penting. Di sini ada burung Jenggot khas sini Ada aturan tiak boleh nembak burung," katanya.

Kebersihan menjadi hal utama di obyek wisata kedung Pedut. Selain dapat menjaga alam juga menjaga pengunjung wisata agar mau datang lagi ke Kedung Pedut.

"Pengelola kaloliat plastik langsung diambil. Kita sampai dapat predikat nomor satu juara kebersihan se-Kulonprogo," kata Sarijo.

Kedung Pedut memiliki spot air terjun dengan berbagai tipe tertentu. Seperti Grojogan Kedung Bantal ada di atas sendiri, spot foto Kapal Pedut.

"Kedung Merak buat mandi. Buat loncat itu Kedung Merang. Bawahnya Grojogan Kedung Pedut. dibawahnya kolam buatan untuk mandi. bawahnya Palau kecil dinamakan gazebo pulau kecil," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.