Sukses

Krisis di Tujuan Wisata Dunia Gara-Gara Kelebihan Turis

Pariwisata bak pisau bermata dua, mendatangkan devisa sekaligus krisis gara-gara kelebihan turis.

Liputan6.com, Jakarta - Belum lama, istilah overtourism alias kelebihan turis makin jamak dialami berbagai destinasi wisata dunia, khususnya Eropa. Hal itu merujuk pada destinasi wisata yang terlalu banyak didatangi turis sehingga kualitas kehidupan di daerah itu menurun di luar batas yang bisa diterima.

Venesia di Italia termasuk menjadi lokasi yang terdampak masalah itu. Dilansir dari Daily Mail, seorang blogger makanan Italia bernama Monica Cesarato mengeluhkan perubahan yang terjadi setelah kota seribu kanal diserbu banyak turis nyaris setiap waktu.

Sebelum banyak turis datang, Venesia yang dikenalnya adalah tempat yang dituju sebagai destinasi wisata gastronomi. Mereka menghabiskan waktu berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, untuk mengeksplorasi tempat makan dan berbagai toko yang ada. Pengusaha lokal pun kecipratan untung dari kehadiran para turis.

Namun saat ini, semua turis malah menumpuk di kapal pesiar yang dijalankan oleh operator non-lokal. Mereka hanya menjadikan sekeliling Venesia sebagai latar swafoto dan berbelanja jauh lebih sedikit dari semula. Akibatnya, para pengusaha lokal gigit jari. 

 

Kondisi serupa juga dialami Kota Bruges di Belgia. Akibatnya, otoritas setempat kini membatasi wisata kapal pesiar.

Tak hanya itu, beberapa kota telah membatasi jumlah turis di tempat wisatanya seperti Paris, Praha, dan Thailand yang bahkan menutup salah satu wisata pantai. Hal ini terpaksa dilakukan karena berbagai dampak kerusakan lingkungan yang terjadi walau tak bisa dipungkiri bahwa wisata menjadi sumber pendapatan bagi daerah tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengaruh Promo Murah?

Menurut Organisasi Pariwisata Dunia, pada 2017, ada 1,4 miliar kunjungan wisatawan. Negara terbanyak yang didatangi wisatawan adalah Cina sebanyak 143 juta. Sementara, Prancis dan Spanyol menyusul di posisi kedua dan ketiga sebagai negara yang banyak dikunjungi turis dengan angka 80 juta wisatawan dalam setahun.

Berbagai promo murah ditengarai menjadi penyumbang utama masalah kelebihan turis di berbagai destinasi wisata dunia. Berbagai maskapai dan agen perjalanan online berlomba-lomba menawarkan harga dan paket wisata yang murah sehingga pelancong lebih mudah untuk merencanakan liburan di luar negeri.

Selain paket wisata murah, kehadiran platform penyedia penginapan murah dicurigai turut meningkatkan jumlah turis secara berlebihan. Platform tersebut memungkinkan para wisatawan mendapatkan tempat tinggal murah, sementara penduduk lokal jadi terusir.

Venesia juga kena dampaknya. Total 30 juta wisatawan per tahun yang datang ke kawasan tersebut nyaris sepanjang tahun. Padahal, menurut Cesarato, ketiadaan turis pada masa tertentu diperlukan untuk kota memulihkan dirinya.

Toko-toko, seperti toko roti dan penjual sayur-mayur, kini sudah menghilang karena banyaknya wisatawan yang datang. Akibatnya, UNESCO mengancam memasukkan Venesia ke dalam daftar situs warisan yang terancam punah karena beberapa masalah terkait pariwisata.

 

3 dari 3 halaman

'Perlawanan' Otoritas Lokal

Kota-kota wisata dunia, termasuk Paris, Amsterdam, dan London, telah memperkenalkan dan mendiskusikan sejumlah solusi untuk mengurangi dampak negatif dari membludaknya pelancong. Pada 2018, pulau liburan utama Filipina di Boracay juga ditutup untuk pembersihan. Pulau Bali di Indonesia dan pulau Capri di Italia sama-sama melarang plastik sekali pakai tahun ini dengan memberi sanksi yang lumayan berat kepada pelanggarnya.

Rochelle Turner, Direktur Riset Organisasi Pariwisata Dunia mengatakan ada beberapa ide baru yang bisa dikembangkan untuk menekan jumlah wisatawan dari tempat-tempat padat. Salah satunya dengan memberikan inovasi pariwisata.

Ia juga menambahkan bahwa turis sebenarnya memiliki berbagai manfaat untuk industri. Contohnya seperti perlindungan tanah dan satwa liar serta pelestarian bangunan yang mungkin kian parah karena tidak pernah diperbaiki.

"Ya, kami mengangkat tangan - beberapa hal menjadi tidak terkendali di beberapa tempat, tetapi pariwisata bukanlah berita buruk. Ini membawa kebaikan yang luar biasa," ujar Turner. (Devita Nur Azizah)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.