Sukses

Petinju NTT Pamer Kekuatan Dalam Acara The Border Battle

Acara tinju 'The Border Battle' menjelma menjadi pesta masyarakat Nusa Tenggara Timur. Bagaimana tidak, 6 petinju NTT yang tampil di puncak acara, Minggu (7/7)

Liputan6.com, Jakarta Acara tinju 'The Border Battle' menjelma menjadi pesta masyarakat Nusa Tenggara Timur. Bagaimana tidak, 6 petinju NTT yang tampil di puncak acara, Minggu (7/7), semuanya meraih kemenangan meyakinkan. Event ini juga menjadi panggung budaya. Sebab, para petinju NTT tampil berbalut kain tradisional, di GOR Flobamora, Kupang, NTT.

'The Border Battle" dibuka dengan pertandingan eksibisi. Laga melibatkan mantan juara dunia tinju asal Indonesia Chris John melawan Gubernur NTT Viktor Laiskodat. The Dragon juga menghadapi Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Namun, dua laga ini berlangsung santai dan diwarnai canda. GOR Flobamora yang dipenuhi pengunjung, dibuat riuh dengan laga ini. Termasuk petinju legendaris Indonesia Ellyas Pical yang hadir menggunakan batik.

Sedangkan Para petinju NTT yang tampil di The Border Battle, berasal dari sejumlah daerah. Seperti Kupang, Soe, dan Kefamenanu. Hampir seluruh petinju membawa kain khas daerah mereka masing-masing. Para petinju itu adalah Eman Nahak, Silem Serang, John Ruba, Depry Palulu, dan Tibo Monabesa.

Tampilan berbeda diperlihatkan Maxi Nahak. Ia masuk ring menggunakan Topi Ti’ilangga. Atau, topi khas NTT yang berasal dari Pulau Rote.yang tidak kalah seru, para petinju ini masuk ke dalam ring diiringi lagu daerah NTT, Bejawa.

Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Muh. Ricky Fauziyani, memberikan apresiasinya. Karena, event sport tourism ini tetap mengangkat potensi daerah.

“Menarik sekali. Karena para petinju berjalan menuju ring diiringi lagu daerah. Tidak itu saja mereka tidak lupa membawa kain daerah. Ini benar-benar luar biasa. Karena, The Border Battle ini event internasional. Ini kejuaraan dunia perebutan gelar. Pesertanya berasal dari beberapa negara. Penontonnya pun wisman crossborder dari Timor Leste,” papar Ricky yang menyaksikan langsung rangkaian pertandingan.

Tidak hanya para petinju yang mengenalkan kain tradisional NTT. Para Ring Girl juga tampil trendi dengan pakaian batik bercorak khas NTT.

Kabid Pemasaran Area II Regional III di Deputi Pemasaran I Kementerian Pariwisata Hendry Noviardi, mengatakan konsep menarik wisatawan crossborder dengan event ini cukup menarik.

‘Ini event yang bagus. Apalagi masyarakat Timor Leste dan NTT cukup senang dengan tinju. Hanya saja, Kemenpar hanya bisa menggelar partai eksibisi saja. Karena kalau prestasi itu sudah ranahnya Kemenpora. Tapi konsep menggelar eksibisi di Festival Crossborder cukup menarik,” tutur Hendry.

The Border Battle sendiri termasuk pertandingan resmi internasional. Karena, memperebutkan sejumlah gelar dari IBO dan WBC. Seperti Perebutan Gelar Juara Light Flyweight IBO World Title antara Tibo Monabesa melawan Petinju asal negara bagian Victoria-Australia, Omari Kimweri. Tibo menang angka mutlak.

Ada juga Perebutan Gelar Juara Super Feather IBO International & WBC Asia Title. Di kelas ini petinju Indonesia Depry Palulu menang angka lawan petinju Filipina Ivor. Kemenangan angka diraih petinju Indonesia lainnya, John Ruba, di Perebutan Gelar Juara Super Lightweight IBO Oceania dan WBC Asia Title. John mengalahkan Joepher Montano.

Sedangkan Eman Nahak, Maxi Nahak, dan Silem Serang meraih kemenangan KO dan TKO saat menjalani laga non gelar melawan tiga petinju Timor Leste. Yaitu Pedrinho Dorego, Felipe Atade, dan Jovelio Jose Bruno.

Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan acungan jempol untuk suksesnya pelaksanaan The Border Battle.

“Kementerian Pariwisata akan mendukung event sport tourism. Khususnya, event yang memiliki potensi mendatang wisatawan mancanegara. Karena, hal ini juga sangat baik buat sektor pariwisata. Berbagai sektor bisa bergerak. Seperti merchandise, kuliner, dan lainnya,” tutur Menpar.

Dijelaskannya, sport tourism sangat efektif untuk mendatangkan wisatawan mancanegara. Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

“Pertama faktor hadiah. Jelas ini daya tarik utama. Faktor lainnya adalah jadwal yang tidak berubah. Karena atlet atau wisatawan mancanegara harus mengatur waktu jauh-jauh hari. Jadwal yang berubah tidak akan baik dampaknya,” terang Mantan Dirut PT Telkom itu.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.