Sukses

Kenalan dengan Perempuan Asia Pertama yang Raih Beasiswa Norman Foster

Beasiswa ini membuatnya bisa melakukan penelitian tentang bencana alam di beberapa kota dari berbagai negara, salah satunya Lombok, NTB.

Liputan6.com, Jakarta - Siti Nurafaf Ismail dinobatkan sebagai perempuan Asia pertama yang meraih Beasiswa Perjalanan Royal Institute of British Architects (RIBA) Norman Foster. Beasiswa ini didapat atas proposal berjudul "Arsitektur Kerendahan Hati" yang mengeksplorasi peran arsitek dalam arsitektur masyarakat di zona bencana alam.

Melansir dari South China Morning Post, Senin, 24 Juni 2019, rencananya, Afaf, begitu ia akrab disapa, akan mendapatkan hibah sebesar 8.780 dolar Amerika atau setara Rp124 juta dari beasiswa ini untuk melakukan perjalanan ke kota-kota terdampak bencana alam.

Penelitian pertama yang telah diselesaikan Afaf adalah di Lombok, NTB, saat terjadi gempa bumi dahsyat, Agustus 2018 lalu. Misi Afaf jadi lebih tinggi untuk mempelajari proses pembangunan masyarakat secara langsung.

Setelah proyek di Lombok selesai, perempuan 21 tahun ini akan menghabiskan waktu selama 60 hari untuk melalukan penelitian selanjutnya dengan beasiswa yang ia dapatkan dari RIBA.

Penelitian ini akan bertempat di Hokkaido, Jepang dan Karachi Pakistan, masing-masing pada Agustus dan November 2019, dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bekerja membangun kembali masyarakat akibat gempa bumi dan banjir.

Saat Afaf di Hokkaido nanti, memanfaatkan beasiswa, ia akan bekerja sama dengan arsitek Jepang Shigeru Ban. Afaf akan mengamati dan mendokumentasikan pekerjaan mereka selama penelitian. Ia berharap dapat fokus dalam manajemen bencana setelah lulus.

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bencana Alam Jadi Peluang bagi Siti Nurafaf Ismail

Shigeru Ban sendiri merupakan pemenang Pritzker Architecture Prize, hadiah paling bergengsi dalam arsitektur modern. Shigeru dikenal lewat karya inovatif dari kertas khusus berupa tabung karton yang didaur ulang dan dapat menampungkorban bencana dengan cepat dan efisien.

Sistem ini memberikan tingkat privasi bagi orang di pusat-pusat pengungsian dan bahan-bahannya dapat didaur ulang kembali begitu tidak dipergunakan. Sedangkan Karachi Yasmeen Lari merupakan arsitek perempuan pertama di Pakistan.

Yasmeen telah membangun beberapa bangunan di negara asalnya dan terkenal karena bantuan kemanusian. Yasmeen menampung para korban gempa dengan merancang sistem tempat penampungan yang dapat disediakan dengan biaya sangat rendah.

Bangunan sementara ini dibangun dengan teknik tradisional dan material yang tersedia secara lokal seperti bambu dan lumpur. Ia juga mengembangkan tungku tanah liat yang dipicu limbah pertanian, dan dipasang di atas platform tanah.

Menurut Afaf, banyaknya bencana alam yang terjadi karena perubahan iklim akan memberikan peluang bagi dirinya. Hal ini karena Afaf dapat melihat berbagai kebutuhan akan keterlibatan arsitek dalam manajemen bencana harus lebih ditingkatkan. Memahami perspektif penduduk desa adalah langkah pertama yang harus diambil.

“Sebagai arsitek, kami dilatih untuk membangun rumah untuk orang kaya dan bangunan umum. Di Komunitas Rawan Bencana, kami perlu melihat struktur dengan cara berbeda, termasuk bahan dan fondasinya," katanya.

"Setiap tempat itu unik. Apa yang berhasil di Malaysia, mungkin belum tentu berhasil di Pakistan, sehingga arsitek di lokasi tersebut harus bangkit dan mereka mengetahui orang terbaik," sambungnya. (Devita Nur Azizah)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.