Sukses

Sustainable Pouch, Cara Kurangi Sampah Plastik ala Putri Selam Indonesia 2019

Sustainable pouch yang merupakan ide Putri Selam Indonesia 2019 itu berisi sejumlah barang kecil dipakai sehari-hari.

Liputan6.com, Jakarta - Menyelamatkan bumi tak harus pakai teknologi tinggi. Ide dari Putri Selam Indonesia 2019 Anavaliza Atmadja nyatanya bisa banget ditiru untuk diaplikasikan dalam keseharian.

Ditemui di acara Run For Ocean, Minggu, 16 Juni 2019, Ana, demikian sapaan akrabnya, mulai mempraktikkan gaya ramah lingkungan setelah terlibat dalam ajang kecantikan Miss Earth 2013.

Sejak itu, ia mencari cara menyelamatkan bumi dengan membuat sustainable pouch guna meminimalkan sampah plastik. Bentuknya berupa dompet panjang berisi barang-barang keperluan sehari-hari.

Mereka adalah sumpit, sedotan besar, sedotan kecil, sikat sedotan, tas lipat, masker, dan jas hujan berbahan singkong. "Itu semua bisa dipakai berulang kali dan nggak nyampah juga," ujarnya kepada Liputan6.com.

Awalnya, isi dalam pouch itu belum ditempatkan dalam satu wadah. Ia pertama kali hanya terbiasa membawa tas lipat untuk menampung belanjaan yang dibeli. Lama-kelamaan, ia mencari substitusi sejumlah barang plastik sekali pakai yang lebih tahan lama.

"Aku pernah lupa bawa (tas lipat) sampai akhirnya belanjaan itu aku bawa saja pakai tangan, aku peluk. Mbak-nya sampai nanya berulang kali apa aku butuh kantong kresek atau nggak," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengalaman Buruk di Pulau Panggang

Ana mengaku sejak lama menaruh perhatian pada isu lingkungan hidup. Meminimalkan penggunaan sampah plastik sekali pakai, salah satunya. Ia memiliki pengalaman buruk dengan sampah plastik  ketika menyelam, pertengahan Mei 2019 lalu.

Lokasinya tak jauh dari Jakarta, yakni Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. "Begitu kami nyelam, isinya sampah semua. Pas masuk aku langsung stres," tuturnya.

Niat untuk menyelam akhirnya berganti dengan mengumpulkan sampah. Nobi sack -semacam kantung berjaring- yang dibawanya sampai tak muat. Padahal, kapasitas tas itu bisa menampung 16 kilogram.

"Mulai dari botol, stoples kaca, sachet, sarung bantal, sikat gigi, bahkan ada botol minuman yang sudah nggak diproduksi pun, ada di situ," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.