Sukses

Perjalanan Bertemu Para Pemburu Kepala Terakhir yang Hidup di Bumi

Para pemburu kepala percaya bahwa bagian tubuh manusia ini punya daya magis.

Liputan6.com, Jakarta - Jauh melampaui semata meriah warna kain-kain sari, pun bukan selalu tentang jalur kendaraan tertinggi di Bumi, perjalanan di India nyatanya masih menyimpan banyak pengalaman mungkin hanya dialami seumur hidup.

Begitulah kiranya deskripsi perjalanan seorang model dan travel blogger asal Polandia, Victor Stadnichenko, jauh di utara Hindustan. Sampai di Nagaland, Victor bercerita dirinya bertemu para pemburu kepala terakhir yang hidup di Bumi.

Adalah Suku Konyak, headhunters yang sekarang menempati Desa Longwa dan Hongphoi. Victor sengaja datang untuk bertemu satu dari 16 wilayah suku Konyak demi menceritakan budaya yang mulai hilang dari radar penduduk dunia.

"Inilah kisah dari mereka yang diperlahan dilupakan dunia, bahkan orang India sendiri. Orang-orang multikultural dan sejarah yang tak banyak dituliskan para penjelajah," tulis Victor seperti dilansir dari Bored Panda, Sabtu, 8 Juni 2019.

Konyak berburu kepala manusia karena mereka percaya cara ini bisa menjaga kesuburan tanah dan anggota suku mereka. 'Aturannya' sederhana, yakni membunuh musuh, memotong kepala, dan membawanya kembali ke desa sebagai bentuk penghormatan.

Para leluhur suku Konyak percaya bahwa tengkorak kepala manusia punya kekuatan ajaib. Membawa kepala musuh sebagai trofi dipercaya akan membuat sang pemenggal memilkii sebagian kekuatan dan jiwa dari 'korbannya'.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perayaan bagi Para 'Pahlawan'

Setiap kali para 'pahlawan' kembali ke desa membawa kepala musuh mereka, perayaan besar-besaran diadakan. Dimulai dengan ritual menggantung kepala tersebut di pohon di gerbang masuk desa.

Mereka akan menari dan melakukan ritual di malam hari bersama kobaran api. Tato jadi cara lain meninggikan derajat 'pahlawan' Konyak. Hanya yang terbaik dan paling berani di antara mereka mendapatkan tato di dada.

Sementara bagi mereka yang berhasil membawa kepala musuh akan mendapat penghormatan berupa tato di wajah dan memakai kalung perunggu yang merepresentasi berapa kepala musuh berhasil dibawa pulang.

Tradisi perburuan kepala ini berlangsung selama 60-70 tahun. Hingga akhir abad ke-19, perubahan perlahan mulai tak bisa dibendung anggota suku Konyak. Terlebih saat Inggis melarang perburuan kepala pada 1935.

Masuknya ajaran Kristen di antara anggota suku Konyak juga jadi titik di mana tradisi ini mulai ditinggalkan. Hari ini, para mantan pemburu kepala tersebut sudah berusia lebih dari 85 tahun dan tak lagi terpikir melakukan tradisi tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.