Sukses

2 Kisah Persalinan Keluarga Kerajaan Inggris yang Ubah Praktik Kedokteran Dunia

Salah satu kisah yang mengubah praktik kedokteran dunia adalah kematian seorang putri raja setelah menjalani persalinan selama 50 jam.

Liputan6.com, Jakarta - Persalinan yang dijalani Meghan Markle bukanlah satu-satunya kelahiran anggota keluarga Kerajaan Inggris yang menarik perhatian publik. Sebelum itu, ada dua kisah persalinan lain yang bahkan mengubah praktik kedokteran dunia.

Dilansir laman New York Times, salah satu kisah persalinan yang terkenang sepanjang zaman berasal dari Ratu Victoria. Pada pertengahan abad 19, ketika kloroform memiliki kemampuan anestesi, dokter Ratu Victoria melarang penggunaan itu selama proses persalinan.

Alasan medis yang dikemukakan, penghilang rasa sakit itu akan memperlambat proses persalinan. Sementara, alasan agama yang disampaikan Charles Meigs, seorang dokter kandungan Amerika ternama saat itu, mencoba menghentikan penggunaan kloroform dengan menyatakan 'kekuatan fisik dan alam dari Yang Maha Kuasa ditakdirkan untuk diterima secara pasrah.'

Sang Ratu yang hamil selama 16 tahun hidupnya, menyebut kehamilan sebagai Schattenseite atau sisi gelap pernikahan. Hingga pada 1853, sebelum melahirkan anak ke-8, Pangeran Leopold, dia diperkenankan menghirup kloroform selama 53 menit lewat sapu tangan.

Efek yang dihasilkan membuatnya lebih tenang. Ratu Victoria bahkan mendeskripsikan kloroform sebagai berkah karena menenangkan, mendamaikan, dan menyenangkan.

Sejak itu, perdebatan di dunia medis perihal penggunaan pereda rasa sakit saat persalinan berhenti. Prosedur itu kemudian dikenal dengan 'chloroform à la reine.'

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kematian Putri Charlotte

Putri Charlotte, anak tunggal Raja George IV, Prince of Wales, baru berusia 21 tahun saat melahirkan anak pertamanya. Sosoknya sangat dicintai publik dan kehamilannya bahkan memunculkan perjudian.

Pada pukul 3 dini hari, 4 November 1817, kepala kementerian dipanggil. Bayi sang putri ternyata ukurannya luar biasa besar dan menyangkut di pelvisnya. Tetapi, Sir Richard Croft, dokter lelaki yang bertugas saat itu meyakini pemikiran nonintervensionis. Ia memutuskan tak menggunakan forceps-tang dalam dunia medis.

Setelah 50 jam berjibaku, Charlotte berhasil melahirkan seorang anak lelaki seberat 9 pon. Beberapa jam kemudian, dia mengeluhkan nyeri hebat di perut dan meninggal karena pendarahan dalam pada 6 November 1817.

Kematiannya mengundang duka yang mendalam. Bahkan, prosesi pemakamannya yang dihadiri banyak orang sering disandingkan dengan pemakaman Putri Diana. Sir Richard yang dituding bertanggung jawab oleh para koleganya karena kematian itu, akhirnya bunuh diri.

Tahun-tahun berikutnya, dokter kandungan membolehkan intervensi selama persalinan, termasuk membolehkan sejumlah obat-obatan untuk menginduksi persalinan dan semakin maraknya penggunaan forcep.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.