Sukses

Cerita Akhir Pekan: Masihkah Mau Bersosialisasi Tanpa Media Sosial?

Media sosial memiliki dampak yang besar pada hidup masyarakat saat ini, termasuk dalam gaya hidup dan bersosialisasi.

Liputan6.com, Jakarta - Pernah mendengar anggapan bahwa media sosial dapat mendekatkan yang jauh, tetapi menjauhkan yang dekat? Hal tersebut tak sepenuhnya salah. Sulit dipungkiri, pesatnya perkembangan teknologi membuat konsumsi pada media sosial kian tak terbendung.

Kini, banyak fenomena terjadi ketika berkumpul bersama keluarga atau sahabat, tetapi tidak sedikit di antara mereka yang malah asyik berselancar di dunia maya. Kualitas dalam pertemuan terasa semakin terkikis, padahal terkadang sulit untuk mengatur waktu bertemu.

Lantas, masihkah orang-orang ingin bersosialisasi tanpa media sosial? Liputan6.com telah bertanya kepada enam responden terkait pertanyaan di atas. Lalu, bagaimana tanggapan mereka?

"Yah mau banget (bersosialisasi), nanti kalau ngga bersosialisasi kan jadi nggak update, apa lagi nggak ada media sosial," jelas Agan Juni, seorang siswa kelas 3 SMA melalui pesan singkat kepada Liputan6.com, Jumat, 3 Mei 2019.

Agan mengakui bahwa ia hampir selalu membuka media sosial, terlebih ketika muncul notifikasi di ponselnya. Beragam konten di media sosial pun membuat Agan kian seru menelusurinya.

"Lebih sering lihat video lucu, bola, chat, lihat story teman, bikin story sama teman-teman," demikian tambahnya.

Sementara, jawaban senada tentang tetap bersosialisasi juga dikatakan Yoga Aldi, mahasiswa semester 6. Ia menyampaikan bagaimana bersosialisasi memiliki pengaruh penting soal relasi.

"Tetap bersosialisasi untuk kita bertemu teman dan mencari teman baru. Seperti di lingkungan rumah bersosialisasi dalam kegiatan karang taruna atau di dunia organisasi," jelas Yoga.

Meski tidak terlalu sering membuka, media sosial jadi 'jembatan' untuk Yoga dan teman-teman dalam menjaga komunikasi, baik soal kabar terbaru hingga bertemu membahas tugas atau project yang sedang dijalankan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pentingnya Bersosialisasi

Derasnya arus yang membawa masyarakat terlena dengan media sosial ternyata tidak melulu meruntuhkan pertahanan bersosialisasi. Hal itu adalah sebuah keharusan.

"Tentu bersosialisasi, pada prinsipnya manusia makhluk sosial karena nggak bisa melakukan apa-apa sendiri. Dengan bersosialisasi dapat banyak keuntungan seperti membangun jaringan, juga jadi lebih bahagia," ungkap Liana, seorang pegawai swasta kepada Liputan6.com.

Liana menyebut bersosialisasi jadi ada teman untuk berbagi dan diskusi. Tidak semua suasana hati dapat disimpan seorang diri. "Kalau nggak bersosialisasi bisa stres, depresi karena penting mencurahkan perasaan," tambahnya.

Di sisi lain, Liana mengaku ia dapat membuka media sosial empat jam dalam sehari, baik di sela-sela jam istirahat hingga saat pulang kerja. Media sosial memberinya kabar terbaru dari sisi politik, ekonomi, hingga kemanusiaan.

"Menggunakan media sosial secara baik, tetap bersosialisasi jangan sampai menjauhkan yang dekat," ungkap Liana.

Willy, seorang mahasiswa semester dua juga mengiyakan untuk tetap bersosialisasi meski tanpa media sosial. Di dunia nyata, ada banyak kegiatan yang dapat menyalurkan hobi dan menjaga komunikasi.

"Masih bersosialisasi, manusia saling membutuhkan secara nyata seperti makan bareng, bermain musik. Tetap bersama meski nggak bisa bermain media sosial," kata Willy.

Media sosial sering dimanfaatkannya sebagai media untuk melihat referensi barang sebelum belanja. "Dampaknya seperti dalam belanja kita dapat melihat barang yang kita mau beli dan sukai," tambahnya.

3 dari 3 halaman

Lebih Asyik Bertemu

Tak terbantahkan, bersosialisasi merupakan sebuah keharusan. Santo, seorang pegawai swasta pun mengiyakan hal tersebut. Bagaimana bertemu dengan keluarga dan teman-teman memiliki pengaruh besar dalam hidup.

"Masih bersosialisasi, kalau nggak ketemu ngga asyik karena media sosial interaksi seadanya, buat komunikasi luas tapi medianya sempit," ungkap Santo kepada Liputan6.com.

Menurutnya, bertemu langsung adalah hal yang menyenangkan karena ada begitu banyak pembahasan untuk dibicarakan. Secara tidak langsung, kebersamaan ini juga mempererat hubungan baik dengan keluarga dan juga teman-teman.

Coco Ariesco yang juga seorang pegawai swasta juga memiliki pendapat serupa. Ia menjelaskan bagaimana dahulu sebelum 'gempuran' media sosial, ia telah bersosialisasi dan akan terus begitu meski tanpa media sosial.

"Tentu bakal tetap bersosialisasi karena media sosial terbatas, ketemu dan bertatap langsung lebih efektif," tuturnya.

Coco sendiri mengaku sangat sering membuka media sosial sekitar delapan jam dalam sehari. Bukan tanpa alasan, selain keperluan pribadi, media sosial juga ia gunakan di dunia pekerjaan dengan posisinya sebagai HRD sebuah perusahaan.

"Dalam dunia pekerjaan saya juga pakai media sosial. Sebagai HRD saya biasanya membagikan layanan lowongan pekerjaan di Facebook atau di Instagram," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.