Sukses

5 Pesona Sejarah, Budaya, dan Religi di Bitung yang Penuh Makna

Selain pantai dan lautnya, Bitung juga memiliki destinasi wisata sejarah, budaya, dan religi. Berikut 5 di antaranya.

Liputan6.com, Jakarta - Bitung di Sulawesi Utara tak hanya memiliki pesona pantai dan lautnya yang indah, tapi juga sejarah, budaya, dan religinya pun menarik. Hal itu tak lepas dari keberadaan masyarakatnya yang majemuk.

Berikut beberapa destinasi wisata lain di Bitung yang sayang jika dilewatkan berdasarkan buku Bitung Bahari Berseri karya Max Lomban.

Monumen Tugu Trikora

Berada di kelurahan Batulubang, tugu ini dibangun pada akhir 1980-an. Pembangunan itu merupakan inisiatif pemerintah daerah masa pemerintahan walikota SH Sarundajang untuk mengenang peristiwa bersejarah ketika Indonesia ingin merebut Irian Barat dari penjajahan Belanda.

Alasan dibangun di Bitung karena pada saat itu TNI menjadikan pelabuhan Bitung sebagai lokasi pendaratan pertama. Selain itu, menjadikan tempat ini sebagai basis pasokan air dan logistik sebelum menjalankan lokasi pembebasan di Irian Barat.

Tugu Jepang

Tempat ini berada di wilayah Kelurahan Tanjung Merah, Kecamatan Matuari. Lokasi ini cukup mudah dijangkau. Tugu ini didirikan atas kerja sama pemerintah Jepang dan pemerintah Sulawesi Utara dan Kota Bitung.

Tugu yang berbentuk monumen batu yang mengerucut ini sebagai bentuk untuk mengenang tewasnya tentara Jepang di Bitung saat Perang Dunia II.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Monumen Yesus Menyambut

Monumen ini termasuk obyek wisata rohani yang banyak dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara. Tinggi patung ini mencapai 35 meter bahkan lebih tinggi dari patung Yesus Penebus di Rio de Janeiro di Brasil yang hanya mencapai 30 meter dan patung Yesus Raja di Polandia yang hanya 32 meter.

Mata Aer Prang

Lokasinya cukup jauh dari terisolasi dari pusat kota. Berada di pesisir pantai di Kasawari, Kecamatan Aertembaga. Situs sejarah ini berupa mata air yang cukup jernih dan masih digunakan sampai saat ini.

Berdasarkan sejarah, pada Perang Dunia II zaman pendudukan Jepang, kapal-kapal Jepang selalu mengadakan pengisian air di tempat ini. Karena digunakan oleh kapal perang untuk keperluan berperang, maka mataair ini pun dinamakan Mata Aer Prang (Mata Air Perang).

Kapal Karam Jepang

Lokasinya berada di perairan Selat Lembeh, terdapat dua bangkai kapal yang karam di masa Perang Dunia II. Kapal ini terperangkap oleh patroli pasukan sekutu, diserang, kemudian ditenggelamkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.