Sukses

Batik Indonesia dan 5 Negara di Dunia yang Mempengaruhinya

Batik-batik Indonesia ternyata sangat kuat dipengaruhi motif dari negara asing dari zaman dulu. Negara mana saja itu?

Liputan6.com, Jakarta - Batik merupakan warisan budaya yang dimiliki Indonesia. Beragam motif dan corak dalam batik dapat ditemui dari bagian barat hingga timur di wilayah Indonesia.

Munculnya motif tersebut tidak terlepas dari campur tangan negara-negara yang pernah mengunjungi Indonesia pada masa lalu. Akulturasi itu terjadi lewat berdagang, menjalin kerja sama atau bahkan secara langsung menjajah Indonesia. Berikut Liputan6.com merangkum lima negara yang ikut andil dalam motif batik di Indonesia.

Tiongkok

Sejak abad ke-14 para penduduk Tionghoa dari pesisir pantai selatan bermigrasi ke Indonesia. Awalnya, Cina berkunjung ke daerah Lasem, pada abad ke-15 Na Li Ni atau Si Putri Campa, yang merupakan istri dari seorang anggota ekspedisi Cheng Ho bernama Bi Nang Un, mulai memperkenalkan teknik membatik.

"Mereka yang datang di daerah Lasem akhirnya menikah dengan wanita pribumi, menetap di sana dan mengajarkan teknik membatik. Salah satu ciri motifnya adalah teratai, ada juga dari cerita-cerita kuno seperti raja naga laut Selatan," ujar Hartono Sumarsono, kolektor batik Indonesia sekaligus penulis buku Batik Sudagaran Solo.

Masa kejayaan batik di Lasem dimulai pada pengujung abad ke-19, tepatnya pada 1860-an. Sekitar 6.000 orang dipekerjakan untuk memproduksi batik secara besar-besaran untuk dijual di Hindia Belanda serta diekspor ke Singapura dan Sri Lanka.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengaruh Arab hingga Belanda

Arab

Ternyata tidak hanya masyarakat Tionghoa yang membawa pengaruh dalam sejarah motif batik Indonesia. Kesultanan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama mengutus beberapa seniman dan saudagar batik Demak untuk batik basurek (bersurat).

"Bersurek itu menyebar ke Cirebon hingga Bengkulu, ada tulisan arabnya di batik," tambah Hartono. 

Batik ini disebut "bersurat" karena berisi potongan-potongan surat dari Alquran. Semula batik besurek difungsikan sebagai kain pembungkus Alquran dan upacara adat. Maka itu, tidak dapat digunakan secara sembarangan karena kesuciannya dijaga dan dihormati.

Belanda

Belanda juga salah satu negara yang mempengaruhi motif batik di Indonesia. Pada zaman dulu Belanda telah singgah dan menetap di Indonesia selama 350 tahun.

Ketika para orang Belanda datang ke Indonesia, ia menyeseuaikan musim apa yang sedang ada di Belanda. Kemudian hal itulah yang dibawa ke Indonesia. Warna yang ditampilkan dalam motif memiliki kekhasan yaitu warna merah mengkudu, biru muda, dan biru tua. 

"Dulu awalnya Belanda mempengaruhi batik Indonesia itu dengan batik dengan motif kecil-kecil, bulat-bulat. Bunga yang kecil-kecil itu kemudian berubah menjadi buketan yaitu rangkaian bunga," tutur kolektor batik itu. 

 

 

3 dari 3 halaman

Dari Jepang hingga India

Jepang

Meski Jepang hanya menjajah di Indonesia selama 3,5 tahun tapi pengaruh yang diberikan rasanya cukup kuat. Uniknya lagi Jepang memberikan pengaruh kebudayaan berupa batik yang sering dikenal dengan nama Jawa Hokokai. 

Hartono mengatakan, pengaruh yang diberikan Jepang sangat berbeda yaitu warna kuning yang sangat menonjol. Motif tersebut dipadukan dengan kebudayaan yang ada di Jawa sehingga menghasilkan motif detail yang sangat rumit berbadu dengan motif Jawa.

Ternyata batik tersebut tidak untuk dikonsumsi orang Jepang sendiri tetapi diberikan kepada tentara Indonesia sebagai hadiah. Bahkan Hartono sendiri mengatakan tidak banyak orang Jepang yang mengenal motif tersebut.

India

Batik India adalah wastra batik yang menerapkan ragam hias wastra dari India yaitu kain Patola dan Chintz atau Sembagi. Bahkan, motif yang mendapat pengaruh budaya India tersebut sudah menyebar di Pekalongan, NTT, Sulawesi, dan Toraja.

Kegemaran bangsawan keraton Surakarta dan Yogyakarta memakai kain Patola mengakibatkan kain batik ini masuk ke lingkungan keraton dan para pengrajin batik keraton meniru pola ini.

Tiruan pola-pola tenun Patola di Pekalongan, Surakarta dan Yogyakarta berbeda dan menghasilkan batik dengan warna berbeda. Salah satunya adalah batik Jelamprang yang terbukti dihasilkan dari tiruan pola tenun Patola. (Adinda Kurnia Islami)

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.