Sukses

Anyaman Rumput Wayang Suket Ramaikan Teater Bayangan Roro Jonggrang

Sajian berbeda cerita Roro Jonggrang yang tampilkan oleh kelompok Wayang Suket dengan dekorasi anyaman rumput.

Liputan6.com, Jakarta - Galeri Kaya Indonesia (GIK) kembali menampilkan pertunjukan teater dari 14 kelompok seni yang terpilih dalam program Ruang Kreatif: Seni Pertunjukan Indonesia. Kali ini, panggung GIK pertunjukan teater bayangan bertajuk Roro Jonggrang pada Sabtu, 6 April 2019 di Galeri Kaya Indonesia, Jakarta.

Pementasan Wayang Suket berjudul Roro Jonggrang mengisahkan tentang seribu candi di balik cinta seorang pangeran kepada seorang putri cantik jelita. Kisah itu berakhir dengan dikutuknya sang putri akibat tipu muslihat yang dilakukannya.

"Berawal dari keprihatinan kami akan mulai hilangnya keberadaan Wayang Suket dan cerita rakyat Indonesia sekarang ini, kami mencoba menceritakan kembali kisah cerita Roro Jonggrang yang berasal dari Jawa Tengah dengan menggunakan Wayang Suket ke hadapan para penikmat seni,"ujar Yhoga Rizky Kristanto, selaku pimpinan produksi dari Wayang Suket Indonesia, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.

Berlangsung selama kurang lebih 60 menit, teater Roro Jonggrang ini menggunakan Wayang Suket terbuat dari rumput mendong yang dianyam, ditampilkan dengan teknik bayangan (Shadow Art Techniques) menggunakan media OHP (Over Head Projector).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sajian Musik Tradisonal dan Modern Jawa

Karya musik baru pada pementasan dibawakan untuk menggambarkan tiap-tiap adegan, bertujuan untuk lebih memberikan jiwa dan rasa pada cerita Roro Jonggrang. Musik berjenis kontemporer dipadukan dengan beberapa alat musik modern dan tradisional seperti gitar, synthesizer, perkusi, suling, karinding, dan lainnya.

Dekorasi unik juga ditampilkan dalam pertunjukan yaitu dengan visual layar belakang dan dekorasi yang sebagian menggunakan rumput dan material lainnya yang dapat memberikan efek-efek tertentu seperti air, plastik mika berwarna, tinta, dan lainnya.

Menurut mentor dari Wayang Suket Indonesia Subarkah Hadisarjana, biasanya wayang suket dimainkan oleh para pengembala di waktu istirahatnya. Kali ini kelompok Wayang Suket Indonesia mengangkat kembali budaya itu melalui teater dengan dongeng dan bercerita tentang Candi Prambanan. 

"Tidak banyak masyarakat Indonesia yang mengenal dengan baik Wayang Suket, padahal kesenian ini termasuk budaya Indonesia yang unik dan mengagumkan," pungkas Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Ucapan terima kasih disampaikan Adrian kepada komunitas Wayang Suket Indonesia yang terus berkomitmen melestarikan serta mengenalkan keunikan Wayang Suket kepada seluruh generasi muda Indonesia, bahkan masyarakat luar. (Adinda Kurnia Islami)

Saksikan video pilihan di bawah:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.