Sukses

Mengenal Nganggung, Tradisi Paling Ditunggu di Bangka Cultural Wave 2019

Apa yang membuat Nganggung jadi tradisi paling ditunggu di Bangka Cultural Wave 2019?

Liputan6.com, Jakarta - Bangka Culture Wave (BCW) 2019 akan digelar pada 2-7 April 2019 dan berpusat di De’Locomotief, Pantai Wisata Tonaci, Sungailiat, Bangka. Acara ini akan menampilkan kemegahan budaya melalui tujuh event.

Dengan mengusung tema “Home Coming”, BCW 2019 akan menampilkan beragam budaya, antara lain musik dan tari dari berbagai wilayah di nusantara sampai dunia. Selain itu juga digelar berbaagai lomba. Salah satu lomba yang paling ditunggu adalah Sungailiat Triathlon 2019.

Ajang ini baru akan berlangsung usai Hari Raya Idul Fitri, yaitu pada 15 Juni 2019, di kawasan wisata Pantai Tanjung Pesona, Sungailiat, Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bupati Bangka, Mulkan mengatakan bahwa Sungailiat Triathlon menjadi ajang sport tourism sekaligus daya tarik wisata khusus di Pulau Bangka, khususnya di Kabupaten Bangka.

"Sungailiat Triathlon sudah menjadi daya tarik wisata yang mendatangkan baik wisatawan nusantara mau pun mancanegara. Salah satu acara yang ditunggu adalah Nganggung yang diadakan setelah perlombaann," ucap Mulkan di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata RI, Jakarta Pusat, Senin , 25 Maret 2019.

Ada satu tradisi yang akan dilakukan dan banyak ditunggu setelah lomba Triathlon selesai, yaitu Nganggung. Tradisi masyarakat Melayu Bangka Belitung, khususnya di Pulau Bangka ini terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat.

Dilansir dari laman Kemdikbu.go.id, Nganggung merupakan adat membawa makanan dari masing-masing rumah penduduk menuju ke satu tempat pertemuan besar, biasanya berupa Masjid, Surau, Langgar, atau Lapangan pada waktu-waktu tertentu di dalam Agama Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Muharram, serta selepas shalat Idul Fitri dan Idul Adha.

Nganggung sering disebut juga Sepintu Sedulang karena setiap rumah (sepintu atau satu pintu) membawa 'satu dulang (sedulang), yaitu wadah kuningan maupun seng yang digunakan untuk mengisi makanan dan kemudian ditutup dengan penutup dulang, yaitu Tudung Saji.

Tradisi di Bangka ini memberikan pemaknaan kekeluargaan yang kokoh di antara masyarakat Melayu dan menjadi sarana untuk mempererat silaturrahmi. Rangkaian acara nganggung biasanya diisi dengan doa-doa maupun ceramah agama yang temanya disesuaikan dengan momen hari pelaksanaan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Arti Nganggung

Disebut kegiatan Nganggung yang dalam bahasa melayu Bangka berarti membawa sesuatu dalam jumlah yang banyak. Biasanya dulang atau tempat menyusun makanan ini ada yang terbuat dari kuningan, timah atau kayu dan pada sebahagian masyarakat Bangka "dulang" disebut juga dengan kata "talam".

Di atas dulang atau talam itu diaturlah piring-piring yang berisikan makanan seperti nasi lengkap dengan lauk pauknya, kue - kue atau buah-buahan. Lalu dulang atau talam tersebut ditutup dengan tudung saji.

Setelah makanan diatur dalam dulang atau talam tersebut kemudian dibawa ke tempat seperti tersebut di atas yaitu ke masjid atau surau atau balai desa. Di daerah perkotaan, acara Nganggung ini sudah jarang dilakukan, berganti dengan adat kenduri atau sedekahan yang semua pembiayaannya ditanggung sendiri oleh orang yang mempunyai hajat.

Hal ini berbeda dengan adat nganggung, karena justru para tetangga yang menolong dan ikut membantu pelaksana hajatan. Jadi lebih bersifat gotong royong dan sukarela.

Di beberapai kampung atau pedesaan, tradisi ini masih tetap dipertahankan sampai sekarang, meskipun sedikit mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Yang pasti, tradisi Nganggung ini akan sangat ditunggu oleh para peserta Sungailiat Triathlon 2019 di Bangka.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.