Sukses

Everything In Between Chapter II, Lanjutkan Cerita dari Dalam Indonesia

Perjalanan panjang berikutnya dalam Everything In Between Chapter II akan dilakukan secara estafet dari Sabang sampai Merauke.

Liputan6.com, Jakarta - Perjalanan bersepeda Diego dan Marlies dalam bingkai Everything in Between telah berakhir pada 23 Februari 2019. Namun, kisah tentang perjalanan itu masih akan berlanjut.

Diego berencana menyerahkan ponsel yang selama ini merekam perjalanan 11 bulan dengan Marlies dari Belanda ke Indonesia kepada komunitas pesepeda di Aceh. Ia juga akan memberikan akun Instagram Everything in Between kepada komunitas tersebut.

"Kami banyak dapat pesan dari mereka yang juga ingin terlibat. Jadi, kami ingin lanjutkan Everything in Between ke Chapter II," kata adik penyanyi Andien tersebut dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, 13 Maret 2019.

Menurut alumnus Universitas Indonesia itu, kisah yang dirangkai berikutnya akan bercerita tentang Indonesia. Polanya mirip lari estafet, berbeda kota, beda komunitas yang menjalankan.

"Tapi kami akan menyerahkan sepenuhnya pada mereka. Kami tak akan terlibat," kata Marlies menambahkan.

Menurut Marlies, ia tertarik melanjutkan karena mereka tak banyak bersepeda di Indonesia. Begitu tiba dari Singapura di Batam, mereka hanya melewatkan beberapa provinsi untuk sampai di Jakarta.

"Padahal, banyak wilayah di Indonesia yang seru untuk dieksplorasi," sambungnya.

Sementara menunggu cerita berlanjut, Marlies dan Diego akan kembali menekuni rutinitas. Mereka akan bekerja untuk mengisi pundi-pundi yang terkuras untuk perjalanan bersepeda ke 23 negara itu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pameran Everything in Between

Cerita perjalanan pasangan beda negara itu kini dipamerkan dalam eksibisi berjudul sama di Ruang Seniman Kopi Kalyan Barito hingga 24 Maret 2019. Ada empat zona yang mewakili pengalaman paling berkesan yang dilalui.

Misalnya saja, sebuah foto lelaki Iran sedang merendam wajahnya di sungai. Menurut Yunianto Joepoet, kurator pameran itu, foto tersebut salah satu yang mampu meruntuhkan euforia industri pariwisata.

"Kita ingin gambarkan apa yang dunia tidak ketahui. Bahwa di negara yang serba terbatas, mereka masih bisa menikmati hidup, bisa piknik. Enggak harus jauh-jauh, tapi cuma ke bukit kecil dekat rumah saja, mereka bisa bahagia," kata Yunianto.

Selain cerita itu, ada pula makna lainnya yang terekam dalam sederet foto yang dipajang. Yaitu, semangat menghormati keberagaman dan perbedaan. Berdasarkan cerita Marlies dan Diego, mereka bahkan sampai harus meletakkan kamera jauh-jauh dari warga agar bisa diterima.

"Terbukti, mereka jauh lebih ramah ketika tak ada kamera. Jadi, tak semua harus direkam," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.