Sukses

Saat Penyu-Penyu Langka Tersihir Kecantikan Taman Pasir Jeen Womom di Papua Barat

Taman Pasir Jeen Womom di Papua Barat menjadi satu-satunya tempat bertelurnya penyu belimbing di Indonesia.

Liputan6.com, Tambrauw – Mengulik keindahan alam Papua Barat seolah tak ada habisnya. Bila Anda belum berkesempatan menikmatinya langsung, mungkin dimulai dulu dengan membaca cerita kecantikannya, khususnya di Taman Pasir Jeen Womom.

Taman Pasir Jeen Womom di Papua Barat konon kabarnya menyimpan semacam daya tarik magis yang membuat siapapun betah untuk tinggal. Tak terkecuali bagi para induk salah satu binatang terlangka di dunia, penyu belimbing (Dermochelys coriacedi).

Lewat keterangan tertulis Kementerian Pariwisata kepada Liputan6.com, Sabtu, 16 Maret 2019, bagi hewan yang tercatat oleh World Fund For Nature (WWF) jumlahnya hanya 1.240 ekor di dunia sepanjang 2017 itu, pesisir pantai Jeen Womom adalah surga dan rumah tempat mereka memanjangkan keturunannya.

Taman Pasir Jeen Womom yang melingkupi pesisir Jamursba Medi (Jeen Yessa) dan Warmon (Jeen Syuab) di Distrik Abun, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat merupakan satu-satunya lokasi tempat penyu belimbing bertelur di Indonesia. Kawasan ini menduduki posisi ketiga di dunia sebagai lokasi yang dihuni penyu belimbing terbanyak setelah Papua New Guinea dan Kostarika.

Penyu belimbing di Jeen Womom kabarnya hanya berjenis kelamin betina. Konon, satwa itu memilih Tambrauw sebagai lokasi bertelurnya karena memiliki pasir yang lembut.

Sebuah batu karang raksasa yang disebut Batu Penyu di dalamnya menandai habitat penyu belimbing itu. Uniknya, batu tersebut memang menyerupai penyu.

Bentuknya layaknya hewan bercangkang. Bagian tengah batu karang raksasa ini melengkung, mirip dengan punggung penyu. Sedangkan di bagian paling muka yang menghadap langsung ke laut, batu itu memiliki ujung layaknya kepala kura-kura raksasa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

6 Bulan Perjalanan Pulang

Batu penyu menjadi ikon mitos Jeen Womom. Keberadaannya menuai beragam tafsir. Ada yang menganggap batu penyu adalah jelmaan, ada juga yang beranggapan ini alamiah terjadi karena kikisan air laut.

Namun, batu ini adalah anugerah karena keberadaannya memberi kesan lain pada pantai tersebut. Batu itu ialah penanda dan saksi bisu lahirnya ratusan tukik belimbing dari perut pasir menuju habitat mereka, laut.

Penyu yang bertelur di Jeen Womom berjumlah lebih dari 200 ekor dalam kurun waktu setahun. Umumnya para penyu itu berusia 15 – 30 tahun dan membutuhkan waktu 6 bulan untuk melepas para tukik.

Ada cerita lain, sebelum dilepas, induk penyu akan menggali lubang besar dengan kedalaman mencapai 1 meter. Di sanalah, mereka menyembunyikan para tukik dari serangan predator.

Setelah itu, induk penyu akan kembali ke lautan Pasifik untuk berburu makanan serta bereproduksi. Induk penyu akan kembali ke perairan Tambrauw dalam keadaan hamil.

Dibutuhkan waktu 6 bulan bagi induk penyu berenang kembali ke Tambrauw. Untuk menyaksikan atraksi langka ini, wisatawan perlu membayar Rp 50.000.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.