Sukses

Cerita di Balik Pria Berlutut Saat Melamar, Seperti yang Dilakukan Reino Barack pada Syahrini

Bagaimana kisah di balik tradisi pria berlutut ketika melamar pujaan hati layaknya aksi Reino Barack pada Syahrini? Simak ulasannya di bawah ini.

Liputan6.com, Jakarta - Reino Barack dan Syahrini akhirnya memecah keheningan di media sosial masing-masing dengan mengunggah potret dan video berdua. Sebelumnya, mereka kompak menutup rasa kisah asmara dari sorotan publik.

Seperti yang diketahui, Reino Barack telah resmi mempersunting Syahrini di Masjid Camii Tokyo, Jepang, pada Rabu, 27 Februari 2019. Momen bahagia mereka dihadiri oleh keluarga dan rekan-rekan terdekat.

Setelah menjadi pasangan suami-istri, pelantun Sesuatu itu membagikan potret saat dilamar oleh Reino. Lamaran yang dilakukan di Tokyo, Jepang ini diselimuti oleh bunga-bunga putih dan tampak Syahrini berdiri dengan Reino berlutut dihadapannya.

"Bismillah Aku Menerima Lamaranmu @reinobarack," tulis Syahrini dalam potret yang diunggah lewat akun Instagram pribadi @princessyahrini pada Minggu, 3 Maret 2019.

Di sisi lain, pria berlutut dihadapan sang pujaan hati sambil membawa cincin saat melamar merupakan momen manis dan membahagiakan. Lantas, bagaimana sejarah dari prosesi ini berkembang dan dilakukan oleh pria di seluruh dunia?

Melansir Bustle, Senin (4/3/2019), sebagian besar proposal pernikahan atau niat untuk pertunangan melibatkan tradisi lama, ide-ide modern, pengaruh dari seluruh sejarah Eropa, hingga dugaan. Gagasan berlutut, satu hal penting ketika melamar yang tidak diabadikan dalam sejarah.

Pertunangan yang diketahui dalam sejarah adalah keterlibatan antara bangsawan dan orang kaya, dan kerap terjadi dalam pengaturan bisnis tanpa adanya sikap berlutut. Bahkan, lukisan pertunangan mulia dalam sejarah selalu menggambarkan kedua pasangan berdiri atau duduk, tidak ada berlutut sama sekali.

Salah satu kemungkinan kisah awal ide berlutut adalah dalam tradisi Abad Pertengahan tradisi courtly love atau konsepsi cinta sastra Eropa yang menekankan bangsawan dan kesatria. Pria mengabdikan diri kepada seorang perempuan bangsawan yang dianggap superior.

Seluruh prinsip dari sikap ini adalah sang pria semacam pelayan bagi perempuan yang ia idamkan. Tak hanya itu, pria juga mengungkapkannya dengan cara berlutut.

Berlutut mewakili penyerahan dan kekaguman feodal. Sejarawan sebenarnya memiliki argumen mengenai gambar abad pertengahan tertentu yang menunjukkan pria berlutut untuk ungkapan cinta mereka atau kepada tua laki-laki.

Bustle juga menulis, berlutut secara umum dalam sejarah Eropa merupakan tanda permohonan, kerendahan hati, hingga perbudakan. Para kesatria berlutut di depan para bangsawan mereka untuk menerima penghargaan dan pasukan yang menyerah berlutut di depan para penakluk.

Sementara, berlutut pada perempuan yang akan diajak menikah mungkin merupakan bagian dari hal yang sama, permintaan bantuan dan demonstrasi fisik kesetiaan dan penyerahan diri. Tampaknya, hal ini pertama kali muncul abad ke-19.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.