Sukses

Ketahui Beberapa Zona Risiko Saat Mendaki Gunung Berapi

Gunung berapi memiliki lima zona risiko yang harus diketahui oleh para pendaki gunung, turis, dan masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Bromo baru saja erupsi pada Selasa (19/2/2019) pagi ini. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani, menghimbau agar masyarakat dan wisatawan tidak memasuki kawasan dengan radius 1 km dari kawah aktif Gunung Bromo.

Gunung berapi pun memiliki beberapa zona risiko dari yang aman hingga berbahaya untuk dilalui. Semakin dekat zona tersebut dengan gunung berapi, semakin berbahaya dampak yang dialami oleh setiap pendakinya.

Maka itu, masyarakat maupun wisatawan termasuk pendaki harus mengetahui beberapa daerah yang mengandung risiko kala mendaki gunung. Liputan6.com merangkum dari volcanodiscovery.com mengenai beberapa zona risiko beserta jaraknya dari puncak kawah gunung berapi.

1. Zona Aman (Di atas 10 km dari kawah aktif)

Biasanya, area ini hanya terpengaruh oleh letusan yang sifatnya luar biasa. Letusan tersebut biasanya terjadi dalam jangka waktu beberapa dekade atau abad dalam suatu tempat. Risiko yang dimunculkan akibat vulkanik terhadap properti pun tergolong kecil, sehingga zona ini tergolong aman untuk dihuni.

Letusan Gunung Merapi di Indonesia pada 2010 mengakibatkan aliran piroklastik berjalan sepanjang 15 km dari kawah. Risiko yang ditimbulkan tidak lebih berbahaya daripada risiko bencana alam lainnya, seperti kebakaran liar, angin topan, banjir atau gempa bumi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Zona Rendah Risiko (3 km hingga 10 km)

Salah satu daerah yang termasuk zona ini adalah desa-desa yang berada di sekitar gunung Merapi di Indonesia. Letusan luar biasa pun masih mempengaruhi zona ini, sehingga memunculkan resiko yang terlalu besar untuk rumah dan properti yang dibangun di daerah ini.

Sayangnya, zona ini sering teradi di sekitar banyak gunung berapi, terutama di negara-negara berkembang, di mana zona ini sering dipadati oleh penduduk. Karena itu, banyak evakuasi dan jumlah korban yang besar terjadi pasca meletusnya gunung berapi.

3. Zona Medium Risiko (300 m hingga 3 km)

Resiko cedera atau kematian akibat letusan gunung berapi di zona ini sebanding dengan kegiatan lain yang mengandung resiko. Walaupun berbahaya, area ini menjadi area yang menarik bagi pengamat gunung api atau ahli vulkanologi, karena memungkinkan Anda untuk melihat aktivitas vulkanik gunung berapi sekaligus membatasi risiko pada tingkat yang nyaman bagi kebanyakan orang.

Ledakan dengan ukuran yang lebih besar dari rata-rata biasanya mengancam zona ini. Biasanya, letusan dengan ukuran ini akan mengancam zona medium risiko setiap beberapa tahun.

 

3 dari 3 halaman

4. Zona Risiko Tinggi (100 m hingga 300 m)

Di area ini, peluang untuk terluka bahkan terbunuh cukuplah besar. Biasanya, area tersebut sering dipengaruhi oleh fenomena erupsi yang ditunjukkan oleh gunung berapi.

Zona Risiko Tinggi biasanya ditandai dengan area di mana proyektil vulkanik jatuh secara teratur. Zona ini bisa meluas menjadi beberapa kilometer jauhnya dari gunung berapi apabila terdapat banyak bebatuan piroklastik yang berjalan melalui lembah di dekatnya.

5. Zona Risiko Ekstrim (100 meter dari kawah aktif)

Dilansir dari laman volcanolive.com, zona ini bisa dianggap sebagai zona kematian, sehingga tidak cocok sebagai habitat kehidupan. Zona ini bahkan menimbulkan resiko gempa bumi intra kawah, suhu yang ekstrim, gas beracun serta daerah yang tidak stabil. Anak Gunung Krakatau dan puncak Gunung Semeru adalah contoh dari zona ini. (Esther Novita Inochi)

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.