Sukses

Sentuhan Multikultural dalam Apartemen Nyaman di Jakarta Selatan

Perbedaan latar belakang keluarga yang dimiliki co-founder Fabelio.com justru jadi sumber inspirasi desain hunian apartemen yang nyaman.

Liputan6.com, Jakarta - Hunian nyaman membuat penghuninya selalu rindu pulang dan tak sabar menghabiskan waktu di rumah. Kesan itulah yang tertangkap di sebuah apartemen di bilangan Gandaria, Jakarta Selatan.

Sang pemilik, co-founder Fabelio.com, Marshall Tegar Utoyo memilih latar belakang keluarga ia dan istri sebagai inspirasi desain apartemen yang baru dihuninya sekitar empat bulan terakhir. Ia menyebutnya desain mutual respect.

"Saat masuk ke rumah, ada partisi-partisi kecil itu terinspirasi dari keluarga istri yang asli dari Shanghai. Sementara, saya ada keturunan dari Jepang sehingga elemen itu juga saya masukan, terutama di kamar tidur," kata Marshall pada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Lelaki yang masuk dalam daftar Forbes “30 Under 30” Indonesia ini pernah menempati rumah tapak sebelum pindah ke apartemen. Keputusan itu diambil dengan alasan kepraktisan yang kemudian tercermin dalam desain hunian barunya.

Sebelum masuk, pintu kayu berdesain simpel, namun unik langsung menyambut siapapun yang datang. Disebut unik karena tak ada gagang seperti biasa. Bahkan, lubang kunci diatur tersembunyi agar tampilan pintu lebih clean.

Begitu masuk, floor lamp, single wood chair, dan dudukan berbentuk gajah merah segera menarik perhatian. Tak hanya berfungsi sebagai elemen dekorasi, dudukan itu juga membantu pemilik rumah kala akan mengenakan alas kaki.

Memanfaatkan ruang secara maksimal, Marshall membuat rak sepatu bermaterial kayu yang juga dimanfaatkan untuk memajang aksesori sederhana. Tidak jauh dari situ, terdapat pantry yang berfungsi sebagai dapur bersih sekaligus tempat kerja simpel dengan penempatan bangku untuk dua orang.

"Kitchen memang seperlunya saja karena saya dan istri sama-sama sibuk bekerja. Kebanyakan waktu kita habiskan di luar rumah, jarang kita masak-masak," tuturnya.

Meski begitu, tak jauh dari pantry, ia menempatkan meja kayu panjang dengan empat kursi untuk menampung lebih banyak tamu di area makan. Konsep clean tetap dijaga dengan hanya menempatkan sedikit aksesori di atas meja dan penggunaan lampu gantung minimalis.

Ruangan tersebut juga biasa digunakannya untuk menggelar rapat internal di apartemen, terutama mengeksplorasi ide-ide kreatif. Maka itu, ia sengaja menempatkan cardboard besar di salah satu dinding. "Saya sengaja nggak menempatkan TV di area dining room. Ngobrol bisa lebih fokus kalau nggak ada distraksi perangkat elektronik," tuturnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ruang Nonton Khusus

Meski tak ada televisi di area makan, bukan berarti ia tak punya area untuk menikmati hobi menonton film. Sebuah ruang dengan ukuran sekitar 4x6 meter persegi jadi tempat favoritnya jika ingin menikmati tayangan.

Sofa biru dengan tiga dudukan jadi vocal point dalam ruang tersebut dengan dominasi elemen kayu. Kesan lapang didapat lewat jendela besar menyiku di ruang tersebut. Jendela itu juga menghemat biaya listrik karena cahaya alami masuk tanpa membuatnya terlalu gerah.

Di sisi lain, ia sengaja memilih furnitur yang berdesain simpel dengan bentuk tertutup untuk menaruh perabotan. Misal, credenza yang berfungsi sebagai tempat menaruh televisi layar datar. Laci-laci geser berpadu dengan laci tarik pada credenza jadi tempat penyimpanan barang-barang agar terlihat rapi.

Di sampingnya terdapat sideboard yang juga berfungsi sebagai storage. Agar lebih segar, Marshall menempatkan beberapa pot tanaman di sudut ruang. Ia bahkan memajang terarium dalam pot kaca yang membuat suasana makin teduh.

"Saya gunakan pintu geser untuk menghemat ruang sekaligus jadi partisi antara ruang ini dan dining room. Selain itu, bisa membuat ruang kedap suara bila sedang memutar film. Tapi kalau butuh ruang lebih besar, tinggal geser saja pintunya," tuturnya.

3 dari 3 halaman

Tempat Privat

Meski kesan terbuka kental di apartemen tiga kamar itu, Marshall tetap menjaga tempat pribadinya lebih privat. Contoh, area kamar utama yang berada di sayap kanan apartemen.

Agar tak terlalu kentara, ia mendesain pintu kamar seolah-olah dari partisi kayu biasa. Dalam ruangan tersebut, ia menempatkan tempat tidur di lantai parquet yang mengingatkan pada tatami ala Jepang. Meski melantai, posisi tempat tidur terlihat tinggi berkat penggunaan undakan.

Pintu dengan bentuk serupa juga jadi akses menuju dua kamar tidur lainnya. Salah satu kamar difungsikan sebagai ruang kerja pribadi Marshal, sementara satu kamar lainnya masih berfungsi sebagai kamar tamu. "Siapa tahu kami akan memiliki anak, kamar ini sudah ada," katanya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.