Sukses

Memutar Waktu ke Zaman Edo di Noboribetsu Date Jidaimura

Menelusuri kehidupan masyarakat Noboribetsu Date Jidaimura yang menjadi salah satu destinasi menarik di Hokkaido, Jepang.

Liputan6.com, Noboribetsu - Zaman Edo menjadi salah satu periode penting sejarah Jepang yang hingga kini mewarnai spirit kehidupan warga setempat. Saat itu, shogun berkuasa melebihi kekuatan kaisar dan samurai begitu dihormati.

Bila tak ada gambaran seperti apa zaman Edo, bayangkan saja serial animasi Samurai X. Para lelaki memanjangkan rambut dan mengikatnya dengan gaya khas, berkimono, dan membawa pedang yang disebut katana ke mana-mana, sementara para perempuan menggelung rambutnya dan juga berkimono dalam keseharian.

Suasana itu langsung terasa di Noboribetsu Date Jidaimura yang berlokasi di Noboribetsu, kota kecil sekitar satu jam dari Sapporo, Hokkaido, Jepang, sejak di gerbang masuk. Sapaan 'irasshaimase' langsung diterima pengunjung dari para penjaga yang berkostum samurai dan tak keberatan berfoto bareng.

Bila beruntung, Anda juga bisa bertemu ninja yang berpakaian hitam-hitam dan berfoto dengannya. Kadang dia berpose mematung hingga tak bisa dibedakan antara manusia asli, lain waktu ia beraksi dengan ala Naruto.

Keiji Yamada, Director of Entertainment Department taman tematik itu menjelaskan, nama Date merujuk pada nama samurai ternama, Date Masamune. Lelaki yang hidup pada 1567-1636 itu melayani Shogun Tokugawa Ieyasu dan memerintah di wilayah Sendai.

Berdasarkan berbagai sumber, Date Masamune terkenal juga dengan nama dokuganryu alias One-Eyed Dragon of Oshu. Itu karena ia kehilangan satu matanya.

Date Masamune memerintah di wilayah Sendai. Kota di utara Pulau Honshu dimakmurkan dalam masa pemerintahannya sebelum kemudian pindah ke Hokkaido untuk mengelola tanah kosong sekaligus menjaganya dari pendudukan negara asing, Rusia.

Menghormati Date, sebuah taman dibuat merujuk pada puisi Zen yang dibuatnya. Letaknya di tengah-tengah Noboribetsu Date Jidaimura. Jembatan dan paviliun berwarna oranye yang ditata apik kontras dengan salju putih yang menutupi taman saat Liputan6.com datang bersama rombongan JNTO Indonesia pada Selasa, 12 Februari 2019.

Tak hanya taman, perkampungan Zaman Edo yang berdiri di atas lahan 283 ribu meter persegi itu memiliki sebuah replika rumah Katakura Kojiro, samurai yang menjadi perpanjangan tangan Date Masamune di Hokkaido. Lokasinya paling ujung dari perkampungan tersebut.

Belasan anak tangga harus dilalui sebelum memasuki gerbang rumah yang tampilannya megah itu. Karena berada lebih tinggi, Anda bisa mengamati keseluruhan perkampungan Edo dari depan gerbang rumah.

Rumah itu sebenarnya memiliki taman batu di halaman depan. Namun, salju menutupinya sehingga hanya terlihat tonjolan bulat-bulat di beberapa sudut dan pohon pinus yang diikat tali agar tak rubuh.

"Pohon itu kami beli dari Pulau Honshu, usianya 28 tahun. Harganya 1 juta yen," tutur Yamada sambil menyebut siapa yang berfoto di foto itu, akan beroleh keberuntungan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Samurai dan Katana

Rumah itu ternyata tak hanya menarik sebagai latar foto, tetapi juga berfungsi sebagai museum kecil hingga set pengambilan gambar untuk film. Tak jauh dari pintu masuk yang berada di sayap kiri rumah, Anda langsung melihat baju zirah samurai lengkap dengan helm besi yang dipasang jimat nama dewa.

"Tujuannya agar samurai itu dilindungi dewa saat bertempur. Baju zirah dibuat dengan jahitan padat agar tak mudah ditembus senjata lawan," kata Yamada.

Memasuki bagian utama museum adalah ruang pajang katana alias pedang samurai. Pedang dalam hidup samurai berperan penting karena menentukan bagaimana hidup mereka berakhir. Karena percaya pedang yang kuat akan mengalahkan pedang yang lebih rapuh, samurai sangat bergantung pada keterampilan kanuchi alias pembuat pedang.

"Untuk membuat satu pedang itu membutuhkan banyak orang dengan keahlian berbeda-beda," kata Yamada.

Bahan utama pedang adalah pasir besi yang dicampur dengan arang dan dibentuk dalam bara api panas tinggi. Butuh beberapa tahap hingga pedang bisa digunakan.

"Pedang ini harus keras sekaligus lentur. Tidak boleh terlalu keras karena akan mudah patah, tetapi juga jangan lembek karena nanti tak kuat untuk bertarung," lanjutnya lagi.

Pembuat katana kini semakin terbatas. Maka itu, harganya selangit. "Ada yang sampai 1,5 juta yen," katanya.

3 dari 3 halaman

Pertunjukan Teater Gratis

Meski disebut gratis, Anda tetap diharapkan memberikan tips kepada para pemain pertunjukan. Ada tiga jenis pertunjukan tersedia dengan jadwal tertentu, yakni pertunjukan ninja, oiran, dan samurai. Saya kebagian pertunjukan ninja saat itu.

Sebelum masuk, Anda akan dibagikan kertas putih tipis dan keterangan tentang pertunjukan yang akan berlangsung. Serunya, kami mendapatkan kertas penjelasan dalam Bahasa Indonesia.

Sebelum teater dimulai, seorang ninja menjelaskan apa yang boleh dan tidak dilakukan penonton selama dan sesudah pertunjukan berlangsung. Jangan khawatir tak mengerti penjelasan panjangnya yang disampaikan dalam bahasa Jepang karena ia akan menjelaskan secara singkat dalam Bahasa Inggris tanpa grammar.

Salah satunya adalah penjelasan saat memberikan tips. Kertas putih tipis yang dibagikan di awal ternyata berfungsi membungkus uang tips. Anda lalu diminta melempar ke atas panggung setelahnya pertunjukan berdurasi 20 menit berakhir.

"Jangan lempar tipsnya ke tubuh ninja ya," katanya.

Dialog para pemain dibawakan dalam Bahasa Jepang. Nah, itulah gunanya kertas keterangan yang dibagikan sebelum pertunjukan. Meski begitu, jangan terlalu dipusingkan dengan kalimat-kalimat tak dimengerti karena atraksi utamanya, jurus-jurus ala ninja, tetap bisa dinikmati dengan baik, bahkan bisa tertawa lepas.

Setelah pertunjukan usai, ingin langsung bergaya ala warga zaman Edo? Anda bisa menyewanya di salah satu bangunan yang tak jauh dari gerbang masuk. Namun, saya tak sempat menanyakannya detail harga karena keterbatasan waktu saat itu.

Taman tematik ini dibuka tiap hari dengan jam buka mulai pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore saat musim panas, dan pukul 9 pagi hingga pukul 4 sore pada musim dingin. Biayanya 2.900 yen untuk orang dewasa, 1.500 yen untuk anak sekolah, dan 600 yen untuk anak balita usia 4 tahun ke atas.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.