Sukses

Menghias Sendiri Kotak-Kotak Musik Cantik Khas Otaru

Merasakan pengalaman berbeda menghias kotak musik yang menjadi salah satu wisata menarik di Otaru, Jepang.

Liputan6.com, Otaru - Apa yang Anda pikirkan kala mendengar kata kotak musik? Mungkin ada yang menjawab manis dan menghanyutkan seperti adegan dalam film The Greatest Showman.

Di Otaru, Hokkaido, Jepang, Anda bisa merakitnya sendiri. Sekitar satu jam saja, kotak musik cantik buatan sendiri sudah bisa dibawa pulang.

Liputan6.com berkesempatan untuk membuat kotak musik ini bersama rombongan Japan National Tourism Organization (JNTO) Indonesia pada Senin, 11 Februari 2019. Tempat workshop bernama Music Box and Handicrafts Studio You-kobo yang berada tak jauh dari Otaru Music Box Museum menyediakan pengalaman tersebut.

Masuk melalui pintu belakang, kami diarahkan menuju lantai dua gedung. Sebuah ruang terbuka yang diisi sekitar sepuluh meja panjang menjadi tempat acara berlangsung.

Saat kami tiba, sudah ada rombongan turis Tiongkok yang sedang sibuk mempraktikkan pelatihan singkat. Sementara, di meja kami sudah tertata mangkuk besi, sendok, dan lem disertai tusuk gigi yang semuanya di atas alas kertas.

Sebelum dimulai, kami diminta memilih kotak musik yang ingin dihias. Pilihan tergantung pada lagu favorit masing-masing, misalnya soundtrack film Beauty and The Beast dan Harry Potter.

"Total ada sekitar 100 lagu yang tersedia di sini," kata Kimie Shinoda, Marketing Manager Music Box and Handicrafts Studio You-kobo.

Setelah kotak musik dipilih, kami diminta menentukan hiasan kaca untuk mempercantik kotak musik. Enam pilihan tersedia, rata-rata bertema hewan. Saya memilih bentuk rusa dan kucing ditambah butiran kaca berwarna kuning.

"Satu saja, kalau mau nambah, ada biaya tambahan," kata Shinoda.

Setelah bahan-bahan lengkap, Anda bisa mulai menghias kotak musik berdasarkan imajinasi masing-masing. Namun bila tak ada ide, Anda bisa menyontek sampel yang tersedia.

Michiko yang memandu kami, membantu menjelaskan agar kami merancang dulu apa-apa yang mau dipasang di atas kotak musik sebelum dilem. Tujuannya agar terlihat rapi. Setelah menempelkan hiasan hewan, barulah oleskan lem di permukaan yang kosong untuk menempelkan pasir kaca.

Kami diminta cepat menempelkan karena lem mudah kering. Namun, tak semudah yang dibayangkan karena butuh waktu aksesori untuk melekat. Jadi, hati-hati saja ya!

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pilihan Paket

Workshop menghias kotak musik itu akhirnya selesai sekitar setengah jam. Shimada meminta kami meninggalkan saja kotak musik untuk memastikan semua hiasan menempel sempurna.

Terdapat empat paket workshop yang bisa dipilih dengan harga mulai 1.500 yen. Prinsipnya sama saja, yang membedakan adalah material kotak musik dan variasi hiasan.

Workshop bisa diikuti mulai dibuka pukul 9 pagi hingga pukul 6 sore. Namun, reservasi hanya diterima hingga pukul 4.30 sore. Kegiatan ini tersedia untuk rombongan, tetapi peserta individu juga dilayani yang bahkan memiliki pilihan produk yang lebih beragam.

Anda bisa memilih semua material di lantai 1 gedung workshop itu. Ada hiasan kaca beragam bentuk dan kotak musik tentunya. Harganya memang lebih mahal dibandingkan bila memesan paket yang sudah tersedia. Satu hiasan kaca saja harganya sudah sekitar 400 yen, belum kotak musiknya yang seharga 1.200 yen.

"Kursus ini mulai dibuka lebih dari 10 tahun lalu. Rata-rata diikuti 100 orang per hari. Dan, kunjungan paling banyak saat winter," tutur Shimada.

Sering menerima peserta asing, yang paling banyak tertarik dengan aktivitas ini berasal dari Tiongkok dan Thailand. Maka itu, tak heran bila kami berpapasan dengan mereka sebelumnya.

3 dari 3 halaman

Museum Kotak Musik

Otaru, kota kecil di utara Sapporo, Hokkaido, Jepang, menjadi destinasi kedua dalam perjalanan JNTO Indonesia Media Trip. Pernah menjadi kota pelabuhan tersibuk dan kaya karena telur ikan herring, ekonomi kota itu lalu terseok-seok setelah kota-kota lain membuka pelabuhan yang lebih strategis.

Namun, Otaru tak menyerah. Memanfaatkan sumber daya yang ada, yakni bangunan-bangunan heritage dan kondisi alam yang sendu, kota ini memantapkan diri menjadi kota wisata dengan tema romantis. Salah satunya dengan membuka Otaru Music Box Museum.

Menempati bangunan bata merah bekas gudang beras dan biji-bijian yang berdiri pada 1912, museum ini lebih layak disebut toko kotak musik karena ribuan produk dipajang untuk dijual kepada publik. Hanya sedikit yang benar-benar barang lawas bersejarah yang hanya untuk dipajang berada di dalam gedung lima lantai itu.

Barang paling lawas di gedung itu terletak di lantai 2, kotak musik besar dengan bungkus kayu diplitur yang ada sejak 1900-an.

"Tak ada informasi pasti siapa yang pertama kali membawa kotak musik ini ke Otaru, tetapi memang suasananya cocok sekali dengan kota ini. Romantis," kata Tomoko Nagaoka, Manajer Asosiasi Wisata Otaru kepada Liputan6.com.

Meski begitu, berdasarkan pamflet yang saya peroleh, kotak musik itu pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Jepang oleh pedagang asal Belanda pada 1852. Semakin meluas di negeri Matahari Terbit setelah Restorasi Meiji terjadi pada 1868.

Nagaoka juga mengatakan bahwa kebanyakan kotak musik yang asli diproduksi di Jepang berasal dari Nagano. Orang Otaru asli malah menurun minatnya pada produk ini. Karena itu, target utama Otaru Music Box Museum adalah para turis, baik lokal maupun asing. Mereka bahkan rela merogoh kocek dalam untuk membeli kotak musik mahal, lebih dari 400 ribu yen.

"Yang mahal biasanya produksi Swiss karena teknologi mereka sudah berusia lebih dari 200 tahun. Pembeli kebanyakan dari Tiongkok, Thailand, Malaysia, dan Hong Kong. Indonesia belum ada," ujar Toshio Ito, supplier kotak musik impor.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.