Sukses

Cheongsam Rasa Nusantara, Hasil Kolaborasi Tina Andrean dan Pelukis Sasya Tranggono

Cheongsam ternyata tak melulu motif khas Tiongkok dengan warna merah menyala. Rancangan Tina Andrean justru memasukkan unsur Nusantara pada gaun yang biasa muncul saat Imlek ini.

Liputan6.com, Jakarta - Menyambut Imlek, tak lengkap tanpa membicarakan cheongsam. Pakaian perempuan China dengan ciri khas kerah tegak itu selalu ada saat perayaan Tahun Baru China.

Biasa hadir dalam warna merah, desainer Tina Andrean meluncurkan deretan dan modifikasi desain berbeda. Ia berkolaborasi dengan pelukis perempuan Sasya Tranggono yang memiliki ciri khas bunga, wayang, dan kupu-kupu.

Warna-warna mencolok yang biasa disapukan Sasya dibuat lebih moderat yang bernuansa pastel, seperti fuschia, aquamarine, pink, dan oranye. Menurut Tina, hal itu demi kenyamanan mata yang melihat.

"Warnanya, wow, terang semua. Karena saya ini tukang baju, saya nggak bisa. Harus ada jalan tengah supaya matanya nggak sakit kalau dilihat kelamaan," kata Tina dalam trunk how The Art of Cheongsam, Rabu, 23 Januari 2019.

Selain warna, ia juga mengadopsi motif-motif yang terinspirasi dari lukisan Sasya. Untuk hal ini, ia bahkan harus menyesuaikan berkali-kali agar bisa manis dicetak di kain sutra.

"Saya sempat hampir pingsan karena motifnya setinggi saya. Motif itu ternyata harus di-squeeze supaya bisa dipakai oleh kita," katanya.

Ada 25 gaun cheongsam rancangan Tina yang diperagakan saat itu. Koleksi itu dibagi dalam lima sequence dengan masing-masing menampilkan lima baju. Pertama bertema Still Life, yakni cocktail dress yang bawahannya dilapisi bahan tulle seperti pada rok balet dengan panjang sedikit di bawah lutut.

Walau mempertahankan karakter cheongsam yang memiliki belahan samping, ia sengaja menambahkan dalaman agar bisa dipakai anak muda yang saat ini suka dengan gaya loose dan terinspirasi dari pakaian tradisional perempuan Vietnam. Pada salah satu gaun itu, ia memasukkan unsur Nusantara lewat motif wayang.

"Wayang, karakter yang biasanya hanya ada pada batik, ternyata bisa dibawa ke cheongsam. Artinya, tradisi itu bisa dibawa dalam karya kita. Cheongsam ini tidak hanya bisa dipakai saat Lunar (Imlek), tapi di berbagai kesempatan," tuturnya.

Pada sequence kedua, ia membawakan tema Extravaganza Flower dengan bentuk halter dress in one piece. Kesan seksi terpancar karena siluet ramping serta lengan penggunanya yang terbuka.

Dilanjutkan dengan sequence ketiga yang menampilkan tema modern contemporer. Tema itu diwujudkan dalam gaun koktail dalam satu bagian panjang. Gaun-gaun itu masih memasukkan motif feminin, seperti bunga dan kupu-kupu.

Sequence empat mengusung tema Elegant Butterfly. Kupu-kupu warna-warni menjadi motif utama dalam rangkaian busana bertema ini. Terkesan formal, busana ini menggunakan jaket dengan bagian dalam adalah gaun two pieces.

Trunk show cheongsam ditutup dengan tema The Art of Cheongsam. Alih-alih menggunakan cape konvensional, ia sengaja menjahit selendang pada bahu seolah-olah cape pada gaun panjang.

"Ini semua bisa dinikmati kaum milenial," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.