Sukses

Kebijakan Bagasi Pesawat Berbayar Bikin Pengusaha Oleh-Oleh Batam Ketar-ketir

Batam yang selama ini dikenal sebagai kota belanja terpengaruh dengan kebijakan bagasi pesawat berbayar.

Batam - Kebijakan bagasi berbayar yang diterapkan beberapa maskapai nasional tak hanya berdampak kepada penumpang. Pengusaha oleh-oleh di Batam kini ketar-ketir karena penjualan buah tangan produksi UMKM turun hingga 40 persen.

"Yang paling terkena dampaknya itu UMKM, karena Batam terkenal dengan oleh-olehnya. Dampaknya 30 hingga 40 persen," kata Wakil Ketua Kadin Provinsi Kepulauan Riau bidang UMKM, Andi Bola di Batam, Jumat, 18 Januari 2019, dilansir Antara.

Selama ini, kata dia, Batam dikenal sebagai daerah tujuan wisata dengan banyak oleh-oleh, mulai dari penganan khas, hingga barang-barang bermerek yang dibawa dari negara jiran, Singapura dan Malaysia. Biasanya pelancong atau warga kota membawa banyak barang bawaan sebagai buah tangan untuk kerabat.

Dengan kebijakan pesawat yang menerapkan bagasi berbayar, pelancong maupun warga kota yang bepergian menggunakan pesawat jadi berpikir ulang untuk membawa oleh-oleh.

"Orang yang tadinya mau belanja, beli oleh-oleh jadi mikir. Baru pengumuman saja mereka sudah berpikir," kata dia.

Ia mengatakan pengusaha yang bergerak di bidang buah tangan di Batam sudah banyak yang mengadu ke Kadin Kepri terkait kendala yang mereka hadapi. "UKM yang sudah besar saja mikirnya sudah siap-siap, apa bisa diteruskan atau tidak," kata Andi Bola.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Daya Tarik Batam Berkurang

Secara terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batam, Ardiwinata sepakat dengan Andi Bola. "Ini tentu berpengaruh, karena Batam itu wisata belanja," kata dia.

Daya tarik Batam sebagai kota wisata belanja menjadi berkurang, karena pelancong tidak lagi leluasa membawa barang bawaan. Ia berharap pemerintah pusat membuat regulasi agar ada kebijakan yang dapat menekan harga tiket pesawat domestik.

"Kami berharap harga normal tidak mengurangi perlindungan keselamatan bagi penumpang," kata Ardi.

Terpisah, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kota Batam, Mansur mengatakan berdasarkan hunian di hotel saja, jumlah wisatawan nusantara yang datang ke Batam menurun hingga 50 persen saat ini.

"Batam ini kota transit. Mereka (wisatawan nusantara) kini memilih langsung ke Singapura. Ini jelas berpengaruh ke hotel di Batam," kata dia.

Ia berharap pemerintah mengintervensi harga tiket pesawat domestik, agar pariwisata nusantara bisa hidup dan berkembang seperti dulu.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.