Sukses

Komunitas atau Gawai, Mana Teman Berolahraga yang Paling Efektif?

Berolahraga itu lebih efektif bila ada temannya, apalagi bila Anda yang kurang motivasi atau gampang mager.

Liputan6.com, Jakarta - Mager alias malas gerak kebanyakan dialami Anda yang tak terbiasa berolahraga. Faktor penyebabnya beragam. Yang paling utama menurut Sophia Hage, SpOK, adalah tidak punya waktu.

"Lainnya, sulit mencari teman untuk olahraga bersama, sulit disiplin, dan masih sulit memprioritaskan olahraga. Atau, belum pernah olahraga sebelumnya dan tidak tahu bagaimana memulai atau takut untuk memulai," kata ahli kesehatan olahraga dari Jeda Wellnest kepada Liputan6.com, Senin (14/1/2019).

Maka itu, motivasi berperan penting untuk mendorong niat menjadi aksi. Berhubung olahraga adalah proyek hidup sehat jangka panjang, Sophia menyarankan siapapun yang baru memulai rutinitas itu untuk membuat rencana dan target yang realistis dan spesifik dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

Tentu saja, ia mengingatkan agar target yang dipatok bukan setinggi mungkin, melainkan langkah-langkah kecil yang ditingkatkan seiring waktu. Setiap target yang berhasil diraih, sambung Sophia, patut dirayakan untuk menghargai diri sendiri sehingga kita menjadi lebih bahagia.

"Sebaiknya bukan dengan makan (emotional eating), misalnya melakukan hobi atau yang disukai di luar makan," ucapnya.

Yang tak ketinggalan adalah mencari teman berolahraga yang menambah motivasi dan membantu kita mencapai target serta semangat berolahraga. Sophia mengatakan, teman alias sparring partner terbukti membantu banyak orang berolahraga secara teratur.

"Banyak penelitian yang menemukan bahwa orang yang menjadi bagian dari komunitas akan lebih mudah mempertahankan jadwal olahraganya," katanya.

Salah satu 'teman' yang bisa membantu merutinkan olahraga adalah komunitas. Tapi, tidak semua komunitas bisa menjadi teman yang baik, terutama bagi pemula yang jarang berolahraga.

Sophia menerangkan, komunitas yang baik adalah kumpulan orang yang mendukung secara positif, bukan memotivasi melalui body shaming. "We should be motivated by acceptance, not fear. Kita harus diterima dengan dukungan dan support dan bukan karena cemooh atau sindiran," ujarnya.

Komunitas yang baik juga mendukung anggotanya untuk belajar dan mencari pertolongan apabila dibutuhkan. "Bukan malah kalau cedera tetap dipaksa atau didorong untuk berolahraga," sambungnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bagaimana Bila Berteman dengan Gawai?

Tentu, tak gampang mencari komunitas yang pas buat kita. Gawai kemudian banyak dipilih sebagai cara untuk menemani sepi berolahraga seorang diri.

Salah satu yang mengandalkan gawai untuk memicu semangat berolahraga adalah Nadhira Diva. Perempuan yang dikenal sebagai selebgram yang sering berbagi tips berolahraga itu belakangan ini mengandalkan jam tangan untuk mengingatkannya mencapai target harian.

"Gaya hidup kita sekarang semakin dimanjakan. Mungkin orang dulu lebih sehat dari kita karena dulu belum ada mobil, motor, makan semua serba siapin sendiri. Nah, 10 ribu langkah per hari itu essential for me," kata Diva dalam peluncuran G-Squad, beberapa waktu lalu.

Jam tangan Baby-G seri BSA B-100 yang dimilikinya bisa mengingatkannya apakah target langkah sudah tercapai atau belum. Ia memilih jam tangan tersebut karena dinilai tahan banting dan punya alarm, tak seringkih aplikasi di gawai.

"Aku ini orangnya ceroboh. Jadi, aku butuh peralatan yang tangguh. Nah, jam ini ada step trackernya dan ada alarmnya yang bisa ingetin kalau aku belum capai target itu," kata dia.

Hal ini tak salah, tetapi ada risiko di balik menggantung motivasi lewat gawai. Menurut Sophia, berdasarkan penelitian, penggunaan gawai bisa berdampak positif pada penggunanya, namun ada yang menunjukkan tidak bermanfaat. Penelitian yang menemukan manfaat penggunaan gawai biasanya mengamati bahwa ada hal lain yang memotivasi untuk mengubah gaya hidup, bukan karena gawainya.

"Bahkan kalau hanya dilihat melalui pemakaian wearables, penelitian di remaja justru menemukan bahwa pemakaian wearables hanya memberi efek positif dalam jangka pendek," kata Sophia.

Ia melanjutkan, dalam jangka panjang, penggunaan gawai untuk membantu olahraga justru meningkatkan tekanan dari teman sebaya dan kompetisi yang tidak sehat. Ujung-ujungnya, manfaat gawai tergantung pada cara pemakaian dan faktor yang memengaruhi.

"Apakah dapat mengubah perilaku olahraga? Bisa, tapi masih belum menunjukkan hasil yang sama di banyak populasi," katanya.

3 dari 3 halaman

Jam Tangan Pintar

Business Relation Manager Casio Singapore Ltd, Destria Ray Natalia Sitompul menambahkan jam tangan tersebut keluar dalam enam versi warna yang cocok untuk perempuan. Harganya dimulai Rp 2,349 juta.

Namun, penggemar G-Squad lelaki juga dilayani dengan seri GBA800 dan GBD-800. Ada perbedaan harga antara kedua seri itu, Rp 2,379 juta untuk seri pertama, dan mulai dari Rp 1,799 juta untuk seri kedua.

Selain penghitung langkah, jam yang disebut sebagai sport watch itu juga tahan air dan tahan guncangan, serta baterai yang tahan hingga 2 tahun.

"Ada calories counter dengan metabolism ekivalen 5 level beratnya. Itu udah ter-default di jamnya sendiri. Penghitungnya dengan axis tiga sumbu. Datanya bisa terkoneksi ke aplikasi yang dihubungkan dengan bluetooth," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.